Islam, Muslimah dan Inner Beauty, Apa Saja Kriterianya?
NU CILACAP ONLINE – Inner Beauty memang bukan terminologi Islam, akan tetapi bukan berarti Islam, khususnya para Muslimah tidak mengenali dan mengedepankan Inner Beauty; bahkan menurut Dr Zulfatun Ni’mah, Inner Beauty memiliki kriteria khusus. Seperti apa? Mari simak konten artikel dan video Ramadhan berikut ini;
Istilah Inner Beauty
Inner beauty merupakan istilah yang terdiri dari kata inner yang berarti dalam, dan beauty artinya kecantikan. Secara sederhana inner beauty berarti kecantikan dari dalam.
Maksud di sini, inner beauty adalah kecantikan dari dalam jiwa seorang manusia yaitu cantik dalam pikiran dan hati. Inner beauty ini tidak bisa langsung dideteksi atau dilihat secara instan oleh kita. Sebab kecantikan ini berbeda halnya dengan kecantikan yang berada di luar tubuh manusia.
Perbedaan konsep kecantikan dari dalam dan luar merujuk pada fisik seseorang seperti halnya, wajah, rambut, dan kulit. Segala hal yang dapat dilihat dengan mudah oleh mata manusia dari segi penampilan seseorang.
Kecantikan penampilan inilah yang ditangkap atau disambut oleh industri kecantikan dengan menawarkan produk kecantikan yang dapat meningkatkan tingkat kecantikan seseorang.
Tujuan produk tersebut adalah untuk memperindah bagian tubuh manusia, mayoritas dalam hal ini merupakan perempuan. Mulai dari produk pemutih kulit, pelurus rambut, ataupun mengubah bentuk tubuh agar sesuai dengan standar kecantikan.
Kemudian masalah timbul ketika standar kecantikan yang dikenalkan kepada masyarakat adalah kecantikan yang mengacu kepada standar industri. Seperti halnya rambut yang lurus, hidung mancung, ataupun dagu yang lancip.
Hal ini dapat berimplikasi pada perempuan yang tidak memiliki kriteria kecantikan tersebut menjadi insecure atau merasa tidak nyaman.
Mempercantik Diri
Perempuan yang merasakan bahwa dirinya tidak cantik kemudian melakukan upaya besar-besaran untuk mempercantik diri. Mempercantik diri dalam hal ini mengubah bentuk tubuh jika tanpa mengetahui konsekuensinya dapat berakibat fatal.
Sebab ada beberapa produk kecantikan yang mengandung zat berbahaya bagi tubuh, seperti merkuri dan hidrokuinon. Di samping itu, penggunaan produk kecantikan seperti ini membutuhkan harga yang tinggi dan memakan banyak waktu.
Konsep inner beauty kemudian menjadi pupoler di Indonesia seiring berjalannya dengan waktu. Konsep ini menawarkan gagasan untuk memperindah sikap, perilaku, dan kata-kata untuk berkomunikasi dan bergaul dengan orang lain.
Sehingga orang lain yang berinteraksi dengan kita merasa nyaman dan dihargai karena keindahan sikap, perilaku, dan kata-kata dari orang yang bersangkutan.
Islam dan Kriteria Inner Beauty
Dalam hal ini kalau kita hubungkan dengan ajaran Islam, pastilah sangat sesuai dengan Akhlakul Karimah. Akhlak yang mulia yang di mana di dalamnya menekankan perilaku untuk menghargai orang lain dengan cara, berkomunikasi secara sopan, empati kepada orang lain.
Baca juga Menunda Haid Di Bulan Ramadhan, Bagaimana Hukumnya?
Menurut beberapa pakar, ada beberapa kriteria inner beauty yaitu;
- Mampu memancarkan suasana positif yang menjadikan orang lain tergerak untuk melakukan kebaikan. Dalam hal ini, Islam memiliki konsep yang sama yaitu, Shalih dan Muslihah. Shalih yaitu orang yang berbuat baik, kemudian Muslihah menunjuk kepada karakter orang yang bisa mempengaruhi orang lain untuk berbuat baik.
- Ramah, sifat ramah dapat dilihat dari wajah seseorang yang murah senyum. Senyum merupakan bahasa universal yang bisa diterima siapa saja di muka bumi ini. Sesuai hadis Nabi yang menyatakan;
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“[1].
Selain itu, bahasa tubuh seseorang yang menunjukkan kerendahan hati dan menghormati terhadap keberadaan orang lain di sekitarnya. Maka dari itu, ramah sangat ditekankan dalam kriteria inner beauty.
- Memiliki empati yang dalam. Empati merupakan kemampuan untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan terutama penderitaan orang lain. Artinya, orang yang memiliki empati mudah tergerak hatinya untuk membantu orang lain. Hal ini ini timbul karena dorongan dia bisa merasakan penderitaan yang sama.
- Menerima dirinya dengan bahagia. Dapat dikatakan bersyukur atas apa yang apapun Allah berikan kepadanya, baik dari segi kemampuan fisik, intelektual, maupun rohaninya. Dengan menerima penuh sukacita, seseorang tidak akan terobsesi untuk menggapai sesuatu di luar kemampuannya.
Muslimah dengan Inner Beauty
Dengan adanya inner beauty tidak serta merta kecantikan luar boleh diabaikan. Karena terlalu fokus dengan kecantikan dalam kemudian abai akan penampilan fisik. Terlalu fokus pada kecantikan dalam menjadikan kita tampil aneh-aneh seperti halnya, jorok karena tidak pernah menggosok giginya atau tidak mencuci muka.
Sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya merasa tidak nyaman karena tidak sopan. Sebagai muslimah yang baik, perlu menyeimbangkan usaha untuk tampil baik secara dari luar maupun dari dalam (inner beauty).
Menjaga kebersihan badan maupun pakaian. Sungguh, Islam adalah agama yang mengajarkan kebersihan kepada pemeluknya.
Dalam Al-Qur’an sendiri, terdapat beberapa ayat yang menyinggung tentang kebersihan. Baik bersih jasmani, yaitu bersih badan, pakaian, tempat dan lain-lain; atau bersih secara rohani, yaitu kebersihan hati kita dari sifat negatif dan penyakit hati seperti sombong, dengki, dan tamak.
Misalnya, dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 222:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat, dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”
Ayat yang ini mengandung nilai-nilai ajaran yang penting untuk kita ikuti, yaitu hendaknya kita senantiasa bertobat atas dosa dan kesalahan yang kita lakukan, sebab tobat adalah langkah awal untuk kita menyucikan dan membersihkan batin kita.
Kemudian, optimalkan untuk mengekspresikan rasa syukur kita bahwa kita diberi anugerah tubuh yang baik maka kita rawat dengan sebaik-baiknya.
Dengan cara memanfaatkan bahan-bahan yang sudah disediakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, baik bahan yang masih berupa bahan mentah, maupun yang sudah diolah oleh pabrik.
Penting untuk menggunakan proporsi sewajarnya dan sesuai kemampuan masing-masing agar tidak perlu sampai mengada-adakan atau menghalalkan segala cara demi untuk tampil cantik. [Zidni Choiron Nafi]
Baca Juga >> Pelatihan Menjahit Fatayat NU Diakhiri Dengan Fashion Show