Islam; Kebenaran Menuju Surga atau Keadilan Duniawi?

NU Cilacap Online – Bagaimana memandang agama Islam sebagai instrumen kemanusiaan, keadilan, dan jalan menuju kebenaran surgawi, secara garis besar ada korelasi dengan hukum-hukum Islam yang dilakukan dan diikuti sebagai sebuah keyakinan bagi para pemeluknya menjadi  corak manusia yang “agamis”.

Kata “agamis” sendiri merupakan corak dari ideologi manusia beragama yang menerapkan keyakinan tunggal atas dasar iman agamanya tersebut, yang ingin di peluk secara sadar untuk mempengaruhi cara pandang kehidupan.

Dengan dan atas nama agama Islam sebagai agama yang diyakini “rahmatan lil alamin” atau rahmat bagi alam semesta, apakah benar Islam sendiri adalah jalan menuju keberanran surgawi, atau jalan menuju sebuah keadilan bagi kehidupan umat  manusia dan semseta di dalamnya yang juga merupakan dasar dari sifat duniawi?

Jejak Kemasyhuran Islam

Menelisik lebih jauh tentang Islam secara mendalam, baik dalam syariat maupun makrifat sebagai jalan dari spiritalisme keagamaan yang terus mengalami banyak tafsir ulang bagaimana Islam itu sendiri.

Semua itu tentu akan menjadi penting sebagaimana pergerakan dalam Islam harus mampu menjadi “rahmat bagi alam semesta” yang artinya memberi manfaat lebih pada manusia dan alam semesta di dalamnya saling tercipta harmoni menjalani kehidupan di dunia dan setelahnya.

Filsuf Islam terkemuka; Ibnu Rusyd dalam pemikrannya yang mengemukakan bahwa “jika ingin menguasai orang bodoh, maka bungkuslah sesuatu yang batil dengan agama”.

Oleh sebab itu dengan bebagai wacana berislam itu sendiri, mungkinkah Islam merupakan agama yang mempunyai sikap-sikap ideology keadilan; sebagaimana adanya doktrin-doktrin dalam Islam untuk berzakat dan beramal serta hidup dalam kedamaian antar manusia menjadi tujuannya sesuai dengan maksud rahmatan lil alamin?

Atau memang Islam yang dalam praktiknya keagamaannya yang mewartakan janji surga pada pengikutnya merupakan kebenaran surgawi itu sendiri, yang menjadi dasar orang-orang yang percaya pada Islam tanpa adanya keduniawian yang benar menjadi fokus utama ajaran Islam?

Kemasyuran Islam sebagai sebuah agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana dapat bertahan sedemikian lamanya sampai ribuan tahun sejak berkembang abad ke-7 M.

Tentu di dasari oleh sebuah keyakinan manusia akan datangya ajaran agama yang benar seperti yang banyak diyakini pemeluk agama lain-lainnya sebagai instrumen menjalani hidup di dunia dalam damai dan keadilan.

Akan tetapi diksi-diksi atas kebenaran dalam agama apapun, semua itu tetap bertumpu pada prespektif iman ajaran agama masing-masing dan itu sangatlah subyektif tergantung individu itu berpikir tentang perspektifnya dan apa yang menjadi iman individu tersebut dalam beragama apapun corak agamanya.

Untuk itu jika dihadapkan pada pola prespektif pribadi atau privat atas dasar kebenaran menurut manusia. Tentu kebenaran adalah apa yang diyakini dari apa yang diajarkannya sama halnya ajaran agama bagi manusia apapun agama yang dianutnya tersebut.

Namun dalam prespektif agama Islam; di mana perkembangnya di dunia terus meluas pengaruhnya dan Nabi Muhamad manusia pertama yang membawa ajaran Islam sebagai agama sendiri yang di anut pengikutnya; menurut berbagi sumber Nabi Muhamad SAW menjadi manusia yang paling berpengaruh di dunia karena populasi pemeluk Islam di dunia terus mengalami kenaikan.

Sebagaimana kiprah agama Islam sendiri sebagai sebuah ajaran bagi manusia yang memperkenalkan konsep sebuah surga sama dengan agama-agama yang lain dengan terus berkembangnya Vslam di dunia.

Apakah Islam secara “de facto” ajaran yang secara nyata jalan menuju kebenaran duniawi upaya dalam bentuk ideologi menciptakan sebuah keadilan bagi semua umat tidak terkecuai atau memang benar hanya sebatas kebenaran surgawi yang diyakini para pemeluknya?

Islam Ajaran Duniawi dan Surgawi  

Jika direnungi segalanya yang ada dunia termasuk keberadaan agama Islam. Sudah tentu, semua berasal dari Allah SWT dan akan kembali pada Allah SWT, begitu juga sesuatu itu, yang agama lainnya bawa dengan berbagai ajaran turunannya bahwa semua memang ada atas izinnya.

Untuk itu pasti ada maksud dari datangnya semua agama tersebut termasuk Islam; di mana pengetahuan dalam agama Islam secara nyata dapat mempengaruhi cara pandang manusia hidup di dunia.

Sebab; “berIslam” sendiri bagi para pemeluknya juga merupakan wawasan dari pengetahuan akan kehidupan baik di dunia maupun setelahnya, yang tertuang dalam setiap ajaran-ajarannya. Oleh karena itu melihat bagaimana suatu ajaran agama tersebut sebagaimana ada dan mampu berdampak pada pemeluknya.

Filsuf Islam terkemuka; Ibnu Rusyd dalam pemikrannya yang mengemukakan bahwa “jika ingin menguasai orang bodoh, maka bungkuslah sesuatu yang batil dengan agama”.

Pendapat Ibnu Rusyd sepertinya memang benar, agama sebagai sesuatu yang berpengaruh pada cara pandang hidup manusia yang diyakini, kemudian menerangkan bagaimana kehidupan itu dengan berbagai konsekwensinya, agama diharapkan mampu menerangi sebuah kebatilan yang mungkin berpotensi besar dilakukan oleh orang yang bodoh.

Posisi Islam sendiri sebagai agama yang menjadi mayoritas di indonesia, yang mana Islam di Indonesia yang sangat berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat, memberikan ruang lain di dalam kehidupan sendiri dalam praktik dan ideologinya.

Islam di Indonesia dapat dikatakan merupakan jalan ideologi sosial yang sangat berpengaruh bagi dimensi kehidupan, di mana mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam dengan berbagai praktik keagamaannya yang diterapkan pada praktik-praktik kehidupan sosial.

Islam dan Keadilan Sosial

Maka ketika berbicara bagaimana Islam sebagai jalan kebenaran menuju kehidupan surgawi, secara doktrin dan motivasi bagaimana Islam itu di praktikan oleh pemeluknya yang sesuai dengan peruntukannya pada keadilan sosial dan kemayarakatan.

Konsekwensi surga dikehidupan selanjutnya sangat penting dalam mempersuasi kebatilan dan kebodohan yang mungkin itu menjadi salah satu watak manusia untuk di arahkan meskipun kehidupan di surga atau setelah manusia hidup di dunia semua dikembalikan kepada Allah SWT.

Islam dalam peran-peran keduniawian mewujudkan rahmat bagi umat manusia menuju keadilan bagi masyarakat juga seperti tercermin pada praktik-praktik pemeluknya, yang mana budaya zakat, infaq dan shadaqah, serta berkorban hewan menjadi rujukan penting mewujudkan keadilan dan kehamonian umat manusia.

Oleh karena itu agama sebagai instrument hidup untuk kehidupan yang lebih baik di masyarakat, sudah seharusnya dilaksanakan sebagaimana tujuan dari beragama itu sendiri, yang mana kehidupan duniawi dan surgawi harus benar dimaknai satu tujuan menjadi rahmat bagi alam semseta berserta isinya.

Dalam praktik beragama, menjadi penting factor-faktor kepemimpinan kaum agawawan untuk dapat terus mepersuasi umat menuju jalan kebenaran dalam praktik beragama, di mana melalui peran kepemimpinan agama, kebodohan dalam tindakan manusia dapat diarahkan, dan sikap kebatilan manusia dapat diubah menjadi kebaikan, sesuai peran agama yang di singgung oleh Ibnu Rusyd. (Toto Priyono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button