Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa, Organisasi Bela Diri NU

NU CILACAP ONLINE – Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa disingkat IPS-NU Pagar Nusa. Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan Bangsa. Organisasi beladiri ini didirikan oleh kiai-kiai NU tanggal 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo. Gus Ma’sum Jauhari, pendekar pilih tanding, dinobatkan sebagai ketua pertamanya.

Perangkat organisasi dan badan otonom yang melaksanakan kebijakan NU pada pengembangan seni bela diri disebut Pagar Nusa. Kini Pagar Nusa telah memiliki cabang hampir di seluruh Indonesia. Setiap cabang memiliki kekhasan sendiri-sendiri karena aliran silat mereka yang berbeda-beda dipelihara dan dirayakan. Yang menyatukan mereka adalah sama-sama berakidah Islam ahlus sunah wal-jamaah, setia membela NKRI, dan sama-sama melestarikan budaya pencak silat.

Beberapa hari lalu, Pagar Nusa menyelenggarakan “Festival Pagar Nusa 2012” di OSO Sport Center, Bekasi, Jawa Barat (2-5/4). Dalam festival tersebut, beberapa kegiatan digelar di antaranya, Kejuaraan Nasional (kejurnas) pencak silat yang diikuti perwakilan dari wilayah seluruh Indonesia; Festival Pencak Silat, diikuti anggota Pagar Nusa dan beragam perguruan dan aliran pencak silat lain, Sarasehan Pendekar; Pengobatan Alternatif; dan Bazar.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang Pagar Nusa, Abdullah Alawi dari NU Online berhasil mewawancarai Ketua Umum Pagar Nusa KH Fuad Anwar, beberapa saat sebelum penutupan Festival Pagara Nusa, Kamis, (5/4) lalu. Berikut petikannya.

Pagar Nusa baru saja menyelenggarakan kejurnas. Bagaimana Bapak sendiri menilainya?

Maksudnya?

Apa yang mesti diperbaiki, misalnya? Kalau sudah baik, kan mesti di tingkatkan?  

Namanya kekurangan pasti ada, walaupun kekurangan itu muncul pada saat acara. Padahal sebelumnya kami persiapkan.Yang nomor dua sudah kami anggap cukup berhasil. Apalagi ini kejurnas pertama kali.

Apa kunci keberhasilan festival ini? 

Modal festival pencak silat bukan karena materi, bukan karena uang. Kunci keberhasilan ini adalah kekompakan panitia dan pengurus.

Tadi NU Online bertanya kepada beberapa kontingen daerah. Mereka sangat antusias terhadap kejurnas ini menjadi kegiatan rutin. Menurut Bapak? 

Sangat setuju sekali dengan usulan teman-teman daerah untuk mengadakan kejuaraan nasional ini secara periodik. Nah, ini akan kita rekomendasikan kepada pengurus Pagar Nusa periode yang akan datang supaya kejurnas itu diprogramkan. Kalau bisa tiga tahun sekali di tingkat nasional, dua tahun sekali di tingkat wilayah, tiap tahun di tingkat cabang, kabupaten. Itu kita rekomendasikan kepada Pagar Nusa akan datang. Kalau bisa tiga tahun, ya lima tahun sekali, yang penting ada kejurnas karena itu penting.

Kenapa kejurnas itu penting? 

Karena itu berdampak dan berkembangnya semangat. Jadi, layanilah cabang-cabang yang belum bangkit. Hakikatnya Pagar Nusa ini sudah ada di komunitas nahdliyin seluruh Indonesia. Di mana itu ada komunitas Islam, komunitas nahdliyin, itu ada padepokan, atau tempat latihan-latihan silat.

Target yang ingin dicapai dalam kejurnas ini apa? 

Target kami menumbuhkembangkan semangat pesilat-pesilat yang ada di daerah untuk kami ajak menata organisasi ini dengan manajemen yang profesional.

Pesilat-pesilat bisa diorganisir juga, ya Pak? 

Iya. Supaya mereka mengenal teknologi olahraga dan meningkatkan sumber daya keolahragaan di kalangan nahdliyin.

Sebenarnya tujuan mempelajari silat itu apa, Pak?

Yang pertama, adalah olah raga. Kita tahu semua, dari tinjauan medis, olah raga adalah sarana untuk memelihara kesehatan. Yang kedua, ekspresi seni. Yang ketiga, beladiri.

Beladiri itu tujuan terakhir?

Terakhir. Karena musuh yang ada sekarang bukan face to face dengan fisik. Bela diri sekarang nomor tiga. Dulu, nomor pertama, ini sesuai dengan masanya. Zaman perang Mataram, beladiri pertama, ketika damai, unsur seni yang dominan.

Berkaitan dengan ragamnya aliran silat di Indonesia. Kira-kira ada berapa?  

Aduh, ribuan. Tetapi dari ribuan itu, yang asli cuma sedikit, yang banyak akulturasi. Aliran-aliran dan aliran. Begitu ya.

Pagar Nusa memiliki berbagai perguruan dan aliran silat yang sudah bergabung. Bagaimana menyatukannya?

Ragam-ragam perguruan itu tetap dipelihara, yang menyatukan kita adalah kesamaan akidah, Islam ahlussunah wal jama’ah an nahdliyin.   

Rencana Pagar Nusa yang akan menginventarisir aliran-aliran silat dikalangan nahdliyin. Itu bagaimana?

Sudah terlaksana dengan adanya festival tadi, yang sudah ketemu dari Minangkabau, aliran Minagkabau. Di Minangkabau terdapat 13 aliran pokok. Dari 13 aliran pokok ini berkembang berbagai pecahan-pecahan yang terakulturasi dengan daerah-daerah lain. Oleh karena itu, aliran silat Minagkabau ini yang akan diinventarisir yang 13 tadi. Tiga belas aliran silat itu milik raja-raja di Minang atau Sumatera Tengah yang hanya diwariskan kepada kerabat atau ahli waris raja-raja Minang.

Di daerah lain, bagaimana?

Di daearah lain, Betawi. Betawi, aliran yang tampak asli adalah cingkrig dan masih banyak lagi perlu penggalian, penelitian lebih dalam.

Ada tim khusus ini meneliti ini? 

Direncanakan.

Jadi yang diinventarisir baru dari dua daerah ya?

Dua daerah. Dari daerah, Jawa Barat juga ada. Nama alirannya Cimande. Jawa Tengah dan Jawa Timur, relatif sama. Cuma beda tipis karena dalam satu rumpun seni silat dari Mataram. Perbedaanya amat jelas antara rumpun Mataram dengan Sumatera.

Apa perbedaannya?

Rumpun Sumatera, unsur seninya relatif lebih tebal, lebih kentara, karena ketika silat itu diciptakan dalam suasana aman dan damai sehingga silat jadi sarana hiburan yang dominan. Tetapi yang kelompok rumpun Mataram, unsur beladirinya sangat kentara mungkin karena ketika silat itu diciptakan dalam suasana perang antara kerajaan-kerajaan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karakter silat Jawa Barat juga sama dengan Minang, unsur seninya sangat menonjol, mungkin karena silat Jawa Barat ketika diciptakan dalam situasi yang damai.

Baca Juga >> Situs Berita Kegiatan Lembaga dan Badan Otonom NU

Situasi sangat berpengaruh? 

Iya

Masa depan seni beladiri silat itu bagaimana? 

Kami ingin mengajak atlet-etlet itu untuk ikut kejuaraan yang diselenggarakan oleh IPSI maupun pemerintah karena filosofi kami, pencak silat Pagar Nusa itu ada trilogi tombak bermata tiga. Filosofi yang pertama adalah keolahragaan, untuk menjaga kesehatan diri kita masing-masing.

Yang nomor dua, keislaman, kami siap untuk menjaga akidah Islam ahlussunah wal jama’ah. Pihak-pihak mana pun yang mengusik akidah Islam ahlussunah wal jama’ah, Pagar Nusa siap jadi garda terdepan untuk membela.

Yang ketiga, keindonesiaan. Kami siap untuk menjadi garda terdepan mempertahankan kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia. Jadi, keolahragaan, keislamaan dan keindonesiaan. Pihak-pihak yang mengusik ketenteraman, persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia, kita siap jadi pembelanya.

Berkaitan dengan sejarah, hubungan silat dan pesantren itu bagaimana? 

Begini, dulu, pesantren-pesantren itu, atau bahkan didahului penyebar-penyebar Islam di Nusantara ini, Walisongo, dan bahkan sebelum Walisongo, para penyebar Islam pertama di Indonesia ini, Islam Indonesia bukan merupakan agama pertama, dari keyakianan-keyakinan lokal, Hindu, Budha, Islam masuk di tengah-tengahnya.

Tidak sedikit hambatan hambatan yang ditemui. Kalau hambatan-hambatan berupa fisik, maka dihadapi dengan fisik. Untuk melengkapi dakwah, melengkapi mubaligh, dai-dai dalam berdakwah maka mereka melengkapi diri dengan ilmu beladiri. Ilmu beladiri yang dipakai adalah pencak.

Hampir semua mubaligh, pendakwah itu mengusai ilmu pencak silat. Nah, mubaligh-mubaligh itu kemudian menetap dalam sebuah koloni, sebuah tempat yang dinamakan pondok pesantren. Ketika keliling-keliling, berdakwah. Ketika di rumah, namnya, kiai, mengasuh para santri.

Di samping yang diajarkan itu ilmu agama, sebagai sarana olahraga, kiai-kiai, mengajak santri-santrinya di waktu senggang untuk olah raga pancak. Nah, sekarang, setelah dakwah hambatannya bukan fisik, maka pencak dipertahankan sebagai sarana olahraga dan seni.

Silat di kalangan anak muda, Pak. Tanpa anak muda, sehebat apa pun, tak akan ada generasi penerus. Belakangan, ada kecenderungan mereka lebih senang mempelajari ilmu beladiri impor. Bagaimana  mensiasatinya?

Kita ajak perguruan-perguruan silat untuk menata organisasi dengan manajemen yang memadai. Manajemen yang sesuai dengan situasi dan perkembangan zaman.

Adanya pencak silat ditinggalkan oleh para genarasi sekarang, mungkin karena cara menampilkan pencak silat sudah tidak sesuai dengan selera anak muda sekarang. Salah menawarkan, maka calon pembeli akan lari. Jadi, harus kita sesuaikan. Tetapi penyesuaian ini tidak mengubah jatidiri pencak silat

Maksudnya?

Unsur silatnya tidak hilang. Artinya apa? Aturan silat dengan aturan-aturan yang tidak rigid, silat dengan norma-norma dan etika seni, saya yakin silat akan tetap menarik. Tetapi kemudian ilmu silat kemudian dipakai perkelahian sembarangan di jalan, dipakai kelengkapan kriminil, maka itu lama-lama akan ditinggalkan oleh generasi muda. Saya yakin orang tuia-orang tua kelas menengah yang punya aanak akan tidak simpati. Tetapi kalau kita tampilkan sesuai dengan perkembangan zaman, maka orangtua-oang tua kelas menengah yang mempunyai putra atau putri akan dilengakapi dengan olahraga dan seni pencak silat.

Update: Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa termasuk bagian dari perangkat organisasi NU, kedudukannya sebagai badan otonom NU.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button