Harlah Ke-67 IPNU, Transformasi Pelajar untuk Peradaban Bangsa
NU CILACAP ONLINE – Harlah IPNU ke-67 tahun 2021 tanggal 24 Februari mengambil tema Transformasi Pelajar untuk Peradaban Bangsa. Bagaimana hubungan IPNU dan Peradaban Digital? Apa itu transformasi? Transformasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan yang sebelumnya menjadi baru dan lebih baik
Ada yang memberikan pengertian atau definisi bahwa Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan.
Menurut Zaeny, transformasi berasal dari kata berbahasa Inggris yaitu transform yang artinya mengendalikan suatu bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Menurut Kamus Bahasa Indonesia transformasi adalah perubahan, berubah dari keadaan yang sebelumnya menjadi baru sama sekali.
Proses transformasi merupakan perubahan yang terjadi secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit, tidak dapat diduga kapan dimulainya dan sampai kapan proses itu akan berakhir tergantung dari faktor yang mempengaruhinya, komprehensif dan berkesinambungan dan perubahan yang terjadi mempunyai keterkaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada dalam masyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas, kita bisa menghubungakan Transformasi Pelajar untuk Peradaban Bangsa dalam tema Harlah Ke-67 IPNU tahun 2021, khususnya yang bekaitan dengan pengertian transformasi.
Pengertian, Ciri, Tingkatan Peradaban
Apa itu Peradaban? Sosiolog Prof Dr. Koentjaraningrat memberikan pengertian tentang peradaban yaitu bagian yang halus dan indah seperti seni budaya dalam masyarakat yang sudah maju terhadap element kebudayaan tertentu.
Sementara Prof. Koentjaraningrat menyatakan bahwa peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Sebuah peradaban memiliki sekurang-kurangnya 3 ciri, yaitu, (1) terdapatnya pembaruan dalam masyarakat akibat berbagai dilematika kehidupan, misalnya pembahrauan dalam hukum, sosial, dan politik, (2) terdapatnya perbedaan antara satu fase kehidupan sebelumnya dengan kehidupan yang terjadi di saat ini, dan (3) terdapatnya keanekaragaman pekerjaan masyarakat yang bukan hanya tersentral dalam pertanian, akan tetapi dalam segi media sosial, internet, sampai pada segi hukum yang berkembang.
Peradaban manusia saat ini dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu:
- Peradaban Pertama, sebagai tahap peradaban awal (primitif), di mana manusia masih berpindah-pindah sebagai bagian dari kegiatan berburu dan meramu
- Peradaban Kedua, sebagai tahap peradaban pertanian, di mana dimulai kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam. Revolusi Agraris
- Peradaban Ketiga, sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang. Revolusi Industri.
- Peradaban Keempat, sebagai tahap peradaban informasi, ada dan banyaknya penemuan di bidang Teknologi Informasi dan komunikasi serta teknologi digital menjadi ciri budayanya.
Sebuah peradaban adalah kebudayaan yang lebih maju sehingga dibedakan antara yang terpelajar dan yang tidak terpelajar yang mempertentangkan dengan manusia barbar, berperadaban adalah baik dan tidak berperadaban adalah buruk (Hungtinton, 2010).
IPNU dan Peradaban Digital
Jika melihat kondisi tahun 2021 saat ini, maka tingkatan peradaban manusia, termasuk bangsa Indonesia, ada di tingkatan ke-4. Yaitu, peradaban informasi, atau lebih populer disebut peradaban digital. Salah satu ciri budaya digital, ciri kultur digital adalah tingkat konsumsi teknologi yang tinggi oleh masyarakat saat ini.
IPNU, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, sesuai dengan namanya, melekat pada dirinya ciri dan karakter keterpelajaran. Jika melihat defisini peradaban Huntington di atas, maka keterpelajaran dalam diri IPNU, seharusnya memiliki muatan keberperadaban. Karena pelajar, seharusnya beradab, memiliki adab. Keterpelajaran IPNU harus tetap ada dalam bingkai keberadaban.
Baca juga Harlah IPPNU Ke-66: Antara Pelajar, Persatuan dan Peradaban
Harlah ke-67 IPNU tahun 2021 saat ini rasanya memang tepat mengambil tema di atas (dalam judul). Lebih tepat lagi dengan peradaban digital yang memang sedang terus berproses. Usia IPNU saat ini, sudah sangat dekat dengan teknologi digital dalam banyak bentuknya. IPNU, pelajar sekaligus pembelajar, bahkan dalam satu tahun belakangan ini, erat hubungannya dengan pemakaian teknologi digital yang cukup tinggi. IPNU dan Peradaban Digital sudah sangat dekat
Contohnya dalam proses belajar daring. Belajar daring, memang belum masuk dalam tahap sebuah peradaban. Pun demikian, masih belum bisa dinyatakan sudah menjadi budaya, mengingat pro dan kontranya selama masa pandemi virus corona. Lebih tepat, daring dalam peradaban digital yang lebih besar, merupakan proses transisi, belum sampai pada tahap transformasi budaya. Masih butuh waktu untuk bertarnformasi menjadi budaya digital.
Namun, dalam skala luas, peradaban digital sudah dimasuki bersama-sama secara global. Dunia dan masyarakatnya sudah mencerminkan aktifitas-aktifitas yang serba digital. Sekadar contoh, dari belajar daring sampai memesan makanan, belanja online atau kemudahan beraktifitas lain dengan dukungan beribu-ribu aplikasi digital.
IPNU Harus Bertransformasi?
Jawabannya, iya dan pasti. Namun semua itu butuh waktu. Situasi dan kondisi masyakarat juga sangat menentukan proses transformasi tersebut. Tidak serta merta dan mendadak berperadaban digital. Juga tidak serta merta berubah. Memang, perubahanpun bisa lebih cepat. Namun bagaimana dengan kesiapan diri dari IPNU menyongsong perubahan itu sendiri, sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia.
Hubungannya dengan peradaban bangsa, bagaimana? Sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan turun temurun, bangsa Indonesia dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, adalah bentuk final di mana nilai-nilai kebangsaan tertanam dan di atasnya tumbuh sebuah peradaban. Yaitu peradaban bangsa Indonesia yang dicirikan dengan keragaman budaya, keanekaragaman bahasa, toleransi, gotongroyong, saling menolong dan nilai-nilai keberadaban lainnya.
Tentu, peradaban bangsa Indonesia masa depan pun, hari ini sudah dicirikan dengan budaya digital. Kader IPNU, dari pusatnya Indonesia hingga pelosok tanah air, sudah tersentuh budaya digital. Mungkin dan pastinya masih ada yang belum tersentuh. Tapi, pada saatnya pasti akan bersentuhan, karena perubahannya sangat cepat.
Perubahan sebagai hakikat transformasi, harus disikapi oleh IPNU, oleh Pelajar dan Santri NU, agar membawa dampak yang lebih baik, dampak pada budaya dan peradaban yang lebih beradab. Momentum Harlah Ke-67 IPNU harus menjadi titik pijaknya. Maka dari itu, beberapa hal berikut ini bisa menjadi kunci kesiapan IPNU dalam proses Transformasi Pelajar;
Pertama, penguasaan ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan umum harus tetap menjadi prioritas. Artinya, IPNU harus tetap dan selalu belajar; di sekolah, di madrasah dan di pesantren; sesuai khittahnya, IPNU adalah Pelajar / Santri NU
Kedua, penguasaan dan pemanfaatan teknologi digital harus diimbangi dengan kesadaran bahwa teknologi tidak bisa dilepaskan dari norma dan etika. Bagaimana mahir berteknologi akan tetapi juga menjunjung tinggi adab, menjadi kunci utama; karena IPNU dan Peradaban Digital pasti akan bertemu pada masanya.
Ketiga, menguatkan semangat nasionalisme, cinta tanah air hubbul wathan minal iman, sebagai pondasi dalam kesadaran berbangsa dan bernegara. Peradaban bangsa Indonesia kini dan masa yang akan datang, sangat ditentukan oleh jiwa-jiwa keterpelajaran yang menjujung tinggi kehormatan dan kedaulatan tanah air;
Keempat, menguatkan nilai-nila Ahlussunnah Wal Jamaah dalam kehidupan beragama sehari-hari sebagaimana digariskan dan diwariskan oleh para pendiri Organisasi NU di mana IPNU sebagai Badan Otonomnya. Menjadikan nilai-nilai Aswaja sebagai mindset dan pijakan berpikir, berorganisasi serta berperilaku.
Kelima, tetap mengutamakan adab dan etika; kepada orang tua, saudara, teman, guru, sahabat, Kiai dan Ulama, serta menempatkan adab dan etika sebagai pondasi yang kokoh dalam belajar, berjuang sekaligus membangun nilai-nilai ketaqwaan (bertaqwa).
Selamat Harlah Ke-67 IPNU, semoga rekan-rekan IPNU benar-benar siap memasuki era Transformasi Pelajar untuk menyongsong Peradaban Bangsa yang lebih baik. (MAM)