Hakikinya Kemerdekaan; Antara Individual dan Uluhiyah
NU CILACAP ONILINE – Kemerdekaan, tidak ada yang hakiki. Semerdeka apapun suatu bangsa atau seseorang, tetaplah kemerdekaan itu dibatasi oleh kemerdekaan bangsa dan orang lain. Inilah gambaran dari hakikat kemerdekaan.
Hari ini adalah hari terakhir kita di Bulan Agustus 2024. Bulan Agustus adalah momen spesial bagi kita bangsa Indonesia. Sebab pada bulan Agustus, bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan.
Layaknya sebuah perayaan, maka pada bulan Agustus, seluruh rakyat bergembira, bersuka ria, bernyanyi nyanyi, dan berpesta, dengan berbagai cara dan bentuk.
Setidaknya, pada saat itulah, kita merasa merdeka, bebas dari tekanan hidup, intimidasi, dan melupakan berbagai masalah yang menyelimuti diri kita, seperti beban ekonomi, hutang, dan sebagainya.
Tetapi pesta perayaan itu hari ini, mulai selesai. Kita akan kembali terbebani dengan berbagai masalah dan ujian hidup.
Kata merdeka, memang hal yang mudah diucapkan. Tetapi sesuatu yang sulit dicapai. Bangsa-bangsa di dunia telah bersusah payah, dengan mengorbankan darah nyawa untuk mencapai kemerdekaan nasional.
Kita sebagai individu, juga terus berjuang untuk mencapai kemerdekaan secara individual.
Tetapi perlu disadari bahwa yang namanya kemerdekaan, tidak ada yang hakiki. Semerdeka apapun suatu bangsa atau seseorang, tetaplah kemerdekaan itu dibatasi oleh kemerdekaan bangsa dan orang lain.
Baca juga Arti Tauhid Adalah Kemerdekaan Hakiki. Bagaimana Penjelasannya?
Kemerdekaan Uluhiyah
Kemerdekaan yang hakiki sesungguhnya adalah kemerdekaan yang bersifat uluhiyah, ilahiah. Yaitu kemerdekaan tauhid, yang mana seseorang secara keimanan, merdeka dari pengaruh apapun dan siapapun, kecuali pengaruh secara uluhiyah, ilahiah, yaitu penghambaan dirinya semata mata kepada Alloh. Mengapa?
Karena kemerdekaan ini adalah suatu perjanjian masa lalu antara kita dan Alloh, sebagaimana bunyi Ayat QS. Al a’raf 172 ketika Alloh mengeluarkan manusia dari tulang sulbi moyangnya, Adam, seraya berkata: Alastu bi robbikum, apakah aku Tuhanmu? Manusia menjawab, betul, Engkau Tuhan kami.
Rumusan tauhid itu secara singkat, terformulasikan dalam lafadz laa ilaaha illalloh, yang artinya, tidak ada Tuhan yang wajib disembah, kecuali Alloh.
Kalimat tauhid adalah kalimat pembebasan, pembebasan manusia dari perbudakan mental, rasa super, yaitu perasaan angkuh, sombong, dan merasa dirinya hebat seperti Tuhan, minta dihormati, dihargai atau bahkan disembah. Atau juga perasaan inferior, rendah diri, hina, inlander, dan berlaku seperti budak atau penjilat.
Baca juga KH Abdul Chalim: Tokoh NU Dianugrahi Pahlawan Nasional 2023
Oleh karena itu, di Islam, tidak ada pendeta, atau ajaran kependetaan, kultus individu, dan sebagainya. Laa ruhbaniyyata fil islam.
Maka dari itu, tugas manusia tauhid adalah menegakkan tauhid, agar setiap manusia itu merdeka, bebas dari penindasan dan penghambaan diri kepada selain Alloh,
Tahrirunnaas min ‘ibaadatil’ibaad ila ‘ibadatillah. Yang mempunyai arti, mengubah manusia, dari menyembah kepada selain Alloh, menjadi menyembah kepada Alloh.
Itulah kemerdekaan, kata dan kondisi yang harus kita perjuangkan. Karena tak akan ada kata merdeka sampai kapanpun, kecuali kemerdekaan tauhid yang bisa kita capai dengan menjadikan diri kita semata mata sebagai hamba Alloh, dengan hidup ikhlas, sabar, syukur, dan istiqomah. Karena kemerdekaan harus diperjuangkan sepanjang hidup kita.
Cilacap, 31 Agustus 2024
Toufik Imtikhani