Banom NU Majenang Bersinergi, Bagikan Takjil Di Bulan Suci

NU Cilacap Online – Bulan Ramadhan tahun 1442 H ini menjadi momentum kebersamaan bagi seluruh Badan Otonom (Banom) NU di lingkungan Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Majenang, yakni bersinergi melakukan kegiatan secara bersama-sama, bagikan takjil kepada masyarakat umum. Kegiatan dipusatkan di kota Majenang.

Hal ini diutarakan Sekretaris Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Majenang Cilacap, Taufiq Hidayat selaku koordinator lapangan (Korlap) kegiatan.

Dia menjelaskan berbeda dengan ramadhan sebelumnya, momentum bagi takjil kali ini dilaksanakan secara bersama. Kegiatan Banom NU Majenang Bagikan Takjil diikuti Muslimat NU, GP Ansor, Fatayat NU, IPNU, IPPNU, Pagar Nusa, PMII, dan ISNU semuanya bersatu padu dan mewarnai ramadhan dengan berbagi takjil.

Sinergi Banom NU

Kagiatan Banom NU Majenang Bagikan Takjil tersebut merupakan hasil musyawarah pengurus MWCNU Majenang dengan para pimpinan lembaga serta Banom yang ada saat menjelang bulan ramadhan, di mana PAC GP Ansor Majenang ditunjuk menjadi koordinator dalam pelaksanaan bagi takjil tersebut.

“Kegiatan bagi takjil ini dilakukan bersama dengan Banom NU di wilayah MWCNU Majenang sebagai bentuk sinergi bersama walau dalam bentuk kegiatan sederhana, semoga menjadi bentuk syiar NU”. ujar Taufiq Hidayat selaku korlap.

Dijelaskan, kegiatan bagi takjil tidak serta merta membagi takjil kepada pengguna jalan yang melintas, namun berbagi juga dengan para pedagang yang ada, agar dagangan mereka tetap laku. Oleh karenanya, penempatan bagi takjil tersebut tidak di area para pedagang yang berjualan.

Selain itu, karena kecamatan Majenang merupakan daerah padat penduduk sehingga banyak masyarakat yang menunggu datangnya maghrib dengan ngabuburit ataupun dengan belanja jajanan yang ada, maka satuan Balantas Satkoryon Banser Majenang juga ikut diterjunkan.

Banom NU Majenang Bagikan Takjil

Taufiq Hidayat  juga menyampaikan bahwa kegiatan bagi takjil ini akan dilaksanakan setiap hari Ahad sore di area kota Majenang.

“Kegiatan ini akan dilaksanakan setiap hari Ahad sore selama bulan Ramadahan saat menuju maghrib, dengan lokasi yang berbeda namun tetap di jantung kota Majenang, juga agar para pedagang tidak terganggu dengan kegiatan ini kita tempatkan di titik-titik tertentu bukan dikomplek pedagang berjualan, serta agar lalu lintas tetap tertib pengguna jalan dikawal oleh satuan Banser Lalu Lintas”, Imbunya.

“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran Badan Otonom NU Majenang dalam mensupport kegiatan ramadahan ini agar terlaksana dengan baik”. Pungkasnya.

Ramadhan Bulan Mulia Memuliakan

Ramadhan merupakan bulan mulia, apapun aktivitas yang dilakukan mustinya memberikan nilai manfaat dan akan menjadi catatan pahala bagi yang menjalankannya. Jangankan dari segi aktivitas, tidurnya orang yang berpuasa di bulan Ramadhan pun tercatat sebagai ibadah.

Demikian hal ikhwal landasaran memaknai harokah dalam berorganisasi, apapun bentuk programnya akan bisa dan dapat berjalan bersinergi melalui saling komunikasi, dan berkordinasi. Walau hal yang dikerjakan dengan melakukan kegiatan kecil apalagi di tengah pandemi.

Tidak dipungkiri bahwa bulan ramadlan bulan mulia, dan setiap elemen masyarakat khususnya Nahdlatul Ulama dengan segala unsur di dalamnya memuliakannya dengan nilai-nilai kultural yakni tradisi memberi dan berbagi kepada sesama dalam bentuk kegiatan di bulan suci ramadhan.

Banom NU Majenang
Kegiatan Banom NU Majenang Bagikan Takjil diikuti Muslimat NU, GP Ansor, Fatayat NU, IPNU, IPPNU, Pagar Nusa, PMII, dan ISNU semuanya bersatu padu dan mewarnai ramadhan dengan berbagi takjil.

Tradisi Takjil

Kata yang digunakan untuk menyuruh orang segera berbuka puasa itu adalah takjil. Dalam lintasan sejarah dan waktu, tradisi Takjil dimaknai sebagai makanan pembuka saat waktu Maghrib tiba.

Dari banyak risalah bahwa menyegerakan berbuka puasa sangat dianjurkan dalam Islam, sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, beliau berbuka secara takjil dengan kudapan makan kurma. Hal tersebut tertulis dalam hadits yang berbunyi:

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berbuka puasa dengan ruthab (kurma muda) sebelum shalat (Maghrib). Jika tidak ada ruthab maka dengan tamr (kurma matang), jika tidak ada tamr maka beliau meneguk beberapa teguk air.” (HR. Abu Daud).

Kata “takjil” mulai marak digunakan sejak jaman era Soekarno, hal demikian sebagai kata ganti kudapan, yakni makanan pembuka sesaat bagi orang berbuka puasa. Seiring berjalannya waktu perumpamaan kurma diterjemahkan oleh ulama sebagai takjil, yang menjelma berbagai makanan manis seperti kolak pisang, rucuh kelapa mida, sop buah, es campur, dan lain sebagainya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata takjil memiliki arti mempercepat berbuka puasa. Kata ini berakar dari kata ‘ajila dalam bahasa Arab yang memiliki arti menyegerakan, sehingga takjil bermakna perintah untuk seseorang menyegerakan berbuka puasa.

Kontributor : Taufiq Hidayat (Korlap Tim Pelaksana kegiatan (TPK) Bagi Takjil Banom NU Majenang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button