3 Bukti NU Konsisten Menjaga NKRI (Artikel Harlah ke 95 NU)

Imam Asy'ari MWCNU Sampang
H. Imam Asy’ari S.Pd., M.Pd., Ketua MWCNU Sampang Cilacap

NU Cilacap Online – Ada bukti bukti sejarah, sekurang-kurang 3 bukti,  bahwa NU adalah organisasi yang getol, solid, konsisten serta istiqomah merawat dan menjaga keutuhan NKRI. H. Imam Asy’ari S.Ag., M.Pd., menguraikannya dalam artikel menyambut harlah ke 95  NU, selengkapnya di bawah ini.

95 tahun silam, keadaan sosial, politik, ekonomi, budaya nusantara (pra NKRI) dan dunia tidaklah stabil. Maraknya penjajahan berupa imperialisme dan kolonialisme merambah hampir seluruh kawasan dunia.

Belum adanya konstitusi resmi tentang eksistensi negara dan lembaga dunia yang menegakkannya seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dewasa ini, menjadikan nafsu keserakahan negara atau kerajaan kuat semakin meraja lela.

Syahwat menjajah negara lemah merasuk di dada para pemimpin negara dan monarkhi maju dan kuat di dunia, terutama dari belahan benua Eropa. Sebut saja Belanda, Inggris, Prancis, Portugis, Jerman dan hampir semua negara serumpunnya adalah deretan bangsa penjajah kenamaan dunia.

Mungkin dalam benak mereka, menjajah negara atau belahan dunia di luar negeri mereka saat itu adalah aktifitas absah yang semisal ihyaa’ul mawat dalam ranah fiqh mu’amalah dalam Islam.

Misi penjajahan yang mulanya berorientasi kepada penguasaan teritorial pulau atau tanah, pada gilirannya berimbas kepada sektor ideologi. Penyebaran agama dan keyakinan para penjajah menjadi bagian dari tujuan kedatangannya ke wilayah yang dijajah.

Tahun 1825 sampai 1830 M Pangeran Diponegoro gigih berjuang memerangi penjajah Belanda maka selang 1 abad berikutnya yakni  tahun 1926 M, Hadrotus Syaikh KH Hasyim Asy’ari harus berani bangkit tampil meneruskan jejak para pendahulu untuk melawan kolonial dengan mendeklarasikan organisasi bernama Jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama (NU)

Tepat tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan 31 Januari 1926 M para pendiri NU mengusung gagasan mulia berupa Kebangkitan Ulama untuk mengawal Paham Ahlussunnah wal Jamaah di tanah Nusantara yakni Indonesia sekaligus dalam percaturan dunia.

Organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang istiqomah mengawal ajaran Aswaja di Indonesia sekaligus mengawal keutuhan NKRI adalah Nahdlatul Ulama (NU). Baca : Sejarah Organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

3 Bukti NU Menjaga NKRI

Apa bukti sejarah bahwa NU adalah organisasi yang getol, solid konsisten serta istiqomah merawat dan menjaga keutuhan NKRI ? 3 Bukti di antaranya termuat dalam catatan peristiwa sebagai berikut:

  1. Ketika rumusan dasar negara Pancasila sedang digodog oleh tim sembilan pada tahun 1945 yang tertuang dalam dokumen Piagam Jakarta, tokoh NU yang juga putra pendiri NU yakni KH Wahid Hasyim merupakan sosok pemimpin bersahaja yang dengan legowo menerima usulan penghapusan 7 (tujuh) kata di dalamnya. Tujuh kata tersbut yaitu: “…..dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Sikap kesatria KH Wahid Hasyim tersebut sangat mengejutkan, sebagai representasi umat terbanyak, pemeluk agama terbesar dengan lapang dada menerima usulan yang berat itu. Toh dengan penghapusan 7 (tujuh) kata tersebut tidak menghalangi aktifitas ibadah kaum muslim mengamalkan syari’at Islam di bumi Nusantara ini.
  2. Di saat partai Islam keluar dari koalisi pemerintahan Ir. Soekarno tahun 1956 karena konsep politik presiden pertama RI yang kontroversial yakni NASAKOM atau Nasionalis, Agama dan Komunis, maka NU setia bersama rezim yang sedang berkuasa. KH Abdul Wahhab Hasbulloh berdalih bahwa kesertaan NU dalam konsep Nasakom tidak berarti menerima ideologi komunis yang secara teologi jelas-jelas golongan tak bertuhan atau atheis. Justru dengan sikap keterbukaan NU yang mau duduk bersama pemerintahan yang meluncurkan konsep Nasakom berpeluang besar untuk mengimbangi manuver kubu nasionalis (PNI) dan sosialis komunis (PKI) yang semakin dominan mengendalikan negara saat itu.
  3. Ketika negara menetapkan kebijakan tentang organisasi kemasyarakatan dan partai politik berupa Tap MPR No. II/ 1983 dan UU No. 8 / 1985 yang mewajibkan setiap ormas dan parpol menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal, ada sebagian pihak yang menolak, maka NU dengan tegas menerima hal tersebut. Melalui musyawarah panjang pada Muktamar NU ke 27 tahun 1984 di Situbondo Jatim muktamirin sepakat untuk tunduk kepada regulasi pemerintah tentang asas tunggal Pancasila. Sikap ini tentu sangat bertolak belakang dengan banyak pemimpin ormas Islam lainnya terutama yang gemar menyuarakan paham khilafah. NU tetap teguh pendirian menjadikan NKRI sebagai negeri kedamaian atau Darussalam  tanpa sedidkitpun tergoda rayuan ormas yang suka menawarkan konsep Darul Islam.

Itulah Bukti 3 Bukti NU Konsisten Menjaga NKRI, merawat dan melestarikan kedaulatan NKRI. Bukti sejarah NU tersebut tidak siapapun bisa memungkiri.

Menyebar Aswaja Dengan Mabadi Khaira Ummah

Selain itu usia 95 tahun NU berkhidmah menyebarkan ajaran Aswaja menunjukkan bertambahnya kematangan sikap, karakter dan perilaku dalam berorganisasi, beragama, berasyarakat dan berbangsa serta bernegara.  Hal ini terungkap dalam prinsip dasar pembentukan karakter umat terbaik atau mabadi’ khaira ummah.

Pembentukan karakter (character building) umat terbaik yang terinspirasi dari seruan Allah SWT dalam firman-Nya berupa QS. Ali Imron: 110: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dan beriman kepada Alloh …”.

Dari isi kandungan ayat tersebut, ada pesan moral yang kemudian dirangkum oleh KH Mahfudz Shiddiq (ketua Tanfidziyah PBNU (1937-1942) menjadi 3 (tiga) prinsip dasar yaitu:1. As-Shdiqu (jujur), 2. Al-Wafa bil ‘Ahdi (menepati janji) dan 3. At-Ta’awun (tolong menolong). Prinsip dasar pembentukan karakter umat terbaik yang 3 (tiga) ini diputuskan dalam musyawarah pada Muktamar NU tahun 1939 di Magelang.

Kemudian pada Musyawarah Nasional (Munas) alim ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU tahun 1992 di Lampung prinsip dasar tersebut ditambah 2 (dua) butir lagi menjadi 5 (lima) yaitu: 4. Al-‘Adalah (keadilan) dan 5. Al-Istiqamah (konsisten).

Dengan prinsip dasar pembentukan karakter umat terbaik yang lima maka in syaa Alloh akan betul-betul terwujud profil umat terbaik yakni kaum nahdliyyin yang berpaham Ahlussunnah wal Jamaah yang jujur, menepati janji, tolong menolong dan berkeadilan serta konsisten. Dari prinsip-prinsip di atas mewujudkan 4 (empat) karakter dasar yaitu: Tawasuth ( moderat), Tawazun (seimbang) dan I’tidal (tegak lurus) serta Tasamuh (toleransi).

Selamat dan sukses Harlah NU ke 95 tahun 2021, semoga meraih keberkahan. Tetap jaga protokol kesehatan, NU siap teguhkan komitmen kebangsaan menjaga kedaulatan NKRI.

~Artikel Esai Harlah NU ke 59 ini ditulis oleh H. Imam Asy’ari, S.Pd., M.Pd., Ketua MWCNU Sampang Cilacap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button