Tagar Boikot Trans7 Viral, Postingan Pernyataan Maaf Trans7 Keluar

NU CILACAP ONLINE – Setelah gelombang kecaman dan tagar #BoikotTrans7 deras menggema di berbagai platform media sosial dan viral, pihak Trans7 akhirnya mengeluarkan surat dan postingan permohonan maaf secara resmi, pada Selasa, (14/10/2025).

Evaluasi Internal Trans7

Dalam surat bernomor 399/DSMA-PR/25 yang ditandatangani Kepala Departemen Programming Renny Andhita dan Direktur Produksi Andi Chairil, Trans7 menyatakan telah melakukan evaluasi internal atas insiden tersebut.

“Berikut pernyataan maaf dari kami berkaitan dengan tayangkan program “Xpose Uncensored” TRANS7, pada tanggal 13 Oktober 2025,” tulis akun itu.

Dalam postingan itu, pihak Trans7 meminta permintaan maaf kepada pihak Ponpes Lirboyo yakni Gus Adib yang merupakan putra KH Anwar Mansyur.

Surat Resmi Trans7, Akui Kelalaian

Berikut selengkapnya isi surat resmi dari Trans7:

Dengan hormat, Sehubungan dengan tayangan/pemberitaan mengenai Pondok Pesantren Lirboyo yang telah ditayangkan di program “Xpose Uncensored” TRANS7, pada tanggal 13 Oktober 2025, kami telah melakukan review dan tindakan-tindakan atas keteledoran yang kurang teliti (kelalaian) sehingga merugikan Keluarga Besar PP. Lirboyo dalam hal ini.

Dan dengan ini, pertama, kami dari TRANS7 dengan segala kerendahan hati menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap Kiai dan Keluarga, para Pengasuh, Santri, serta Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, khususnya di bawah naungan PP. Putri Hidayatul Mubtadiaat.

Kami menyadari bahwa tayangan tersebut menimbulkan ketidaknyamanan bagi keluarga besar pesantren.

Hal ini menjadi pembelajaran berharga bagi kami di TRANS7 agar tidak lagi menayangkan pemberitaan yang berkaitan dengan Ulama, Kiai, dan kehidupan Pesantren, khususnya yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Lirboyo dalam program yang tidak relevan.

Kami juga berkomitmen untuk menghadirkan tayangan yang menampilkan nilai-nilai positif dan keteladanan kehidupan pesantren di Indonesia, khususnya berkaitan dengan Pesantren Lirboyo.

Kami berharap surat ini dapat diterima sebagai bentuk itikad baik dan komitmen kami untuk menjaga marwah lembaga pendidikan keagamaan, khususnya pesantren.

Tak hanya itu, Production Director Trans7, Andi Chairil menyampaikan permintaan maaf atas kelalaian mengenai narasi dalam program televisinya itu.

Narasi Permintaan Maaf

Assalamualaikum, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

Berkaitan dengan isi berita salah satu program di Trans7, yang menyangkut Pondok Pesantren Lirboyo, pada kesempatan ini, Kami ingin menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo. Juga para pengasuh, para santri dan alumni dari Pondok Pesantren dari Lirboyo.

Kami mengakui kelalaian dalam isi pemberitaan itu, dimana Kami tidak melakukan sensor yang mendalam secara teliti materi dari pihak luar. Namun, Kami tidak berlepas tanggung jawab atas kesalahan tersebut.

Kami telah menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada salah satu putra Kiai Haji Anwar Manshur, pada Senin (13/10/2025) malam, dan kepada gus Adib. Pada pagi ini, Kami pun telah menyampaikan surat permintaan maaf secara resmi melalui pesan singkat (WA) kepada Gus Adib untuk disampaikan kepada pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo. Sedangkan untuk, hard copy-nya, akan Kami kirimkan.

Sekali lagi, Kami mengakui kelalaian Kami dan Kami mohon maaf atas hal tersebut. Untuk kedepannya, ini akan menjadi pelajaran bagi Kami untuk lebih teliti, untuk bisa memahami hubungan antara Santri dengan para Kiai-nya dan pengasuh juga dengan alumni.

Sekali lagi, Kami mohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya atas kelalaian Kami.

Harapan Publik pada Media

Harapan publik pada media tentu saja, para punggawa dan awak media perlu banyak belajar dari insiden peristiwa ‘tidak lurah’ sebagaimana tersebut di atas, kendati agar ke depan tayangan televisi dapat kembali menjadi ruang refleksi yang mendidik, bukan ruang yang menggiring penonton pada kesimpulan yang menyesatkan.

Kesadaran ini penting untuk diingat bersama bahwa media tidak diciptakan untuk menghakimi, melainkan untuk mengingatkan.

Media Adalah Cermin Nilai

Media bukan palu vonis, melainkan cerminan nilai. Ketika media gagal menjaga netralitas dan kejujurannya, maka yang retak bukan hanya kepercayaan publik, tetapi juga wajah kebenaran itu sendiri. (IHA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button