Mengenang KH Chasbullah Badawi Sang Bapak Pendidikan

Mengenang 8 Tahun Wafatnya sang Pengajar Sejati

NU CILACAP ONLINE – Bapak Pendidikan, julukan yang sangat tepat ditujukan untuk KH Chasbullah Badawi, putra KH Badawi Hanafi sang Muassis pesantren terbesar di Kabupaten Cilacap Al Ihya Ulumaddin. Hari ini 11 Ramadhan 1446 Hijriah, tepat delapan tahun wafatnya sosok panutan dan pengajar sejati.

KH Chasbullah Badawi wafat pada 11 Ramadhan 1438 H, bertepatan hari Senin 5 Juli 2017. Hari ini tepat 8 tahun ketika publik digemparkan dengan duka yang begitu mendalam. Sosok bersahaja yang selalu memancarkan wajah asih ini mengembuskan nafas terakhirnya pada pukul 19.20 Wib di Rumah Sakit Geriatri Purwokerto.

Dialah KH Chasbullah Badawi, pendakwah dan pendidik hingga akhir hayat. Satu dari jajaran pengasuh Pesantren terbesar di Cilacap Al ihya Ulumaddin.

Julukan Bapak Pendidikan terlontar oleh Alm. KH Suhud Muchson pada saat penghormatan terakhir menjelang jazad sosok mulia ini dikebumikan. Momen ini terabadikan dalam sebuah video berdurasi lima menit.

KH Suhud Muchson yang saat itu menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap di hadapan ribuan orang yang bertakziyah mengurai sepak terjang perjalanan hidup KH Chasbullah Badawi di dunia pendidikan.

Romo  Chas, demikian beliau akrab disapa. Sosok yang tak hanya mendirikan lembaga pendidikan tetapi juga menjadi  inspirasi bagi ribuan santri dan generasi penerusnya. Beserta sang kakak KH Mustolih Badawi beliau mengkhidmahkan seluruh hidupnya untuk kebaikan tanpa sedikitpun mengharap imbalan duniawi.

Berawal dari satu madrasah ibtidaiyah (MI) yang berdiri di Kesugihan, semangat dan dedikasi KH Chasbullah Badawi menjadikan lembaga tersebut berkembang hingga 16 unit pendidikan. Tak berhenti di situ, perjuangan beliau dalam dunia pendidikan semakin meluas dengan berdirinya Yayasan Badan Amal Kesejahteraan Ittihadul Islamiyyah (YABAKII) yang kini mengelola 49 lembaga pendidikan.

“Semua ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan adalah warisan yang beliau tinggalkan bagi umat,” ungkap KH Suhud Muchson.  Baca juga KH Badawi Hanafi, Pendiri Pondok Pesantren Al Ihya Ulumaddin

Berbuat Tanpa Mengharap Balasan

“Berikanlah manfaat kepada orang lain, jangan mengharap keuntungan”, demikian prinsip yang selalu beliau pegang teguh. Baca juga Ny Hj Salamah Binti Nadzir (Istri KH Chasbullah Badawi) Wafat

Dedikasi tanpa pamrih ini terlihat jelas hingga usia senjanya. Di umur 79 tahun, beliau tetap mengabdikan dirinya untuk umat.

“Tak sedikitpun Romo Chas berpikir tentang balasan duniawi atas pengorbanannya, boro’boro dapat ganti,” ucap Gus Suhud mengenang perjuangan sang paman. Bagi Romo Chas, berbuat baik adalah kewajiban bukan pilihan.

Lalu Gus Suhud menirukan perkataan,”Kami belum pernah dikecewakan Allah.” Kalimat sederhana, namun begitu dalam maknanya. Keikhlasan yang beliau jalani dalam hidup membuktikan bahwa Allah selalu memberi yang terbaik bagi hambanya yang berjuang di jalan kebaikan,” kata Gus Suhud.

KH Chasbullah Badawi tak pernah melihat dunia sebagai tempat mencari keuntungan, melainkan sebagai ladang amal penuh dengan manfaat bagi sesama.

Mendidik Hingga Akhir Hayat

Bahkan di hari-hari terakhirnya, KH Chasbullah Badawi tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. Sehari sebelum beliau di bawa ke Rumah Sakit, beliau masih sempat membimbing dan mengajar putra-putrinya.

Romo Chas tak langusng berpulang ke hadirat  ilahi, beliau seakan menanti senejak, memastikan bahwa putra-putrinya dan patra santrinya siap dan sabar melepas kepergiannya.

Momen ini begitu membekas bagi para santri dan keluarga. Salah satu putra beliau Gus Umam mengingat detik-detik terakhir kepergian ayahandanya.

“Enggeh, bapak sampun bade kondur mawon tesih sempat mbmbing kula (Iya, bapak sudah mau berpulang saja masih sempat membimbing saya),” ujarnya lirih. Sebuah pengabdian yang tak terputus hingga akhir hayat.

Warisan Perjuangan untuk Generasi Penerus

KH Chasbullah Badawi tak hanya meninggalkan kenangan, tetapi juga warisan perjuangan yang berat bagi generasi berikutnya. Pesan beliau jelas;

“Ojo nganti anak putuku urip kepenak, turu amleng, fasilitas terpenuhi hanya karena berbuat kemanfaatan di dunia pesantren dan pendidikan,” ucap Gus Suhud menirukan ucapan beliau

Ini yang paling berat. Kata-kata ini mengingat bahwa perjuangan mendidik umat bukanlah jalan yang mufah. Generasi penerus harus tetap menjaha nilai-nilai perjuangan yang temah ditanamnya oleh beliau.

Kini 49 lembaga pendidikan yang berada di bawah nauangan Yabakii menjadi bukati nyata  bahwa semangat KH Chasbullah Badawi terus hidup. Ribuan santri yang beliau didik menjadi bagian dari jejak perjuangan yang tak akan pernah pudar.

KH Chasbullah Badawi mungkin telah berpulang, tetapi semangat dan nilai-nilai perjuangannya akan tetap terus menyala dalam tiap langkah mereka yeng mencintai ilmu  dan pendidikan. (Naeli Rokhmah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button