Kiai Abdal Malik; Lima Aspek Kemandirian Ekonomi NU

NU CILACAP ONLINE – Ada lima aspek kemandirian ekonomi Nahdlatul Ulama (NU) yang berakar dari ajaran Hadrotus Syekh KH Hasyim Asy’ari dalam membangun kemandirian umat. Hal ini disampaikan oleh Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap Kiai Abdal Malik di Auditorium Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA) Cilacap.

Kiai Abdal memaparkan hal itu saat menjadi narasumber pada acara halaqoh yang bertajuk “Memperkokoh Kemandirian Ekonomi, Mewujudkan Cilacap Yang Maju dan Besar” pada Kamis (13/02/2025).

Kiai Abdal Malik dalam paparannya mengajak hadirin menengok sejarah Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Pedagang). Satu organisasi ekonomi yang menjadi cikal bakal Nahdlatul Ulama (NU).

Organisasi ini didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan para ulama lainnya pada awal abad ke-20 sebagai respon terhadap dominasi ekonomi kolonial dan ketidakmandirian ekonomi umat Islam, khususnya kaum santri.

“Sejak awal, NU sudah memiliki visi tentang kemandirian ekonomi umat. Hal ini terlihat dari pendirian Nahdlatut Tujjar,” katanya.

Kiai Abdal menyebut 3 tujuan berdirinya Nahdlatut Tujar yaitu;

  1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam.
  2. Mendorong semangat wirausaha di kalangan santri dan masyarakat Muslim.
  3. Mengurangi ketergantungan pada ekonomi kolonial.

Pada 1939, NU merumuskan konsep Mabadi Khoiro Ummah (Prinsip-prinsip Umat Terbaik), yang menjadi dasar etika ekonomi NU.

“Konsep “Mādābī Khairu Ummah” (umat terbaik) dalam ekonomi Nahdlatul Ulama (NU) mengacu pada prinsip-prinsip Islam yang mendorong umat untuk menjadi komunitas yang mandiri, berdaya, dan berkontribusi pada kebaikan bersama,” terang Kiai Abdal. Baca juga Program Ekonomi NU, Antara Tujuan, Usaha dan Jenisnya

Prinsip ini bisa dikaitkan dengan lima aspek ekonomi NU yang berakar dari ajaran KH. Hasyim Asy’ari dalam membangun kemandirian umat:

1. Aṣ-Ṣidqu (Kejujuran)
Dalam ekonomi Islam, kejujuran adalah fondasi utama. Kejujuran dalam perdagangan, produksi, dan transaksi ekonomi menciptakan kepercayaan dalam masyarakat.

NU menekankan praktik ekonomi yang jujur, menghindari riba, gharar (ketidakjelasan), dan penipuan dalam bisnis.
2. Al-Amānah wal Wafā bil ‘Ahdi (Amanah dan Menepati Janji)
Dunia usaha membutuhkan kepercayaan. Menjalankan bisnis atau perdagangan dengan amanah dan memenuhi janji adalah bagian dari etika ekonomi NU.

Para pelaku ekonomi NU didorong untuk tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga menjaga integritas dan tanggung jawab sosial.
3. At-Ta’āwun (Kerjasama dan Gotong Royong)
Ekonomi NU berbasis pada prinsip kebersamaan dan tolong-menolong, seperti dalam konsep koperasi dan ekonomi berjamaah.

Dalam sejarahnya, NU telah membangun berbagai institusi ekonomi berbasis koperasi dan usaha bersama untuk memperkuat ekonomi umat.
4. Al-‘Adālah (Keadilan)
Prinsip ekonomi yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi memastikan distribusi yang adil.

NU berusaha menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan sosial, termasuk melalui pengembangan UMKM dan ekonomi berbasis pesantren.
5. Al-Istiqāmah (Konsistensi dan Keteguhan)
Membangun ekonomi umat membutuhkan komitmen jangka panjang dan ketekunan.

NU terus berusaha mempertahankan nilai-nilai Islam dalam bisnis dan ekonomi, termasuk dengan memperkuat sektor ekonomi halal dan pemberdayaan pesantren.

“KH. Hasyim Asy’ari sudah sejak awal memikirkan bagaimana umat Islam, khususnya warga NU, bisa mandiri dalam ekonomi,tegas Kiai Abdal.” ungkap Kiai Abdal. Baca juga Kiai Abdal Malik: Pesantren dan Madrasah Memperkuat Kebangsaan

Peran HPNU dalam Ekonomi

Kiai Abdal juga menyinggung terkait Pengusaha Nahdliyin (HPN) dan berbagai inisiatif ekonomi lainnya merupakan kelanjutan dari gagasan kemandirian ekonomi yang telah dirintis sejak zaman Nahdlatut Tujjar. Baca juga Kiai Abdal Malik: Rais Syuriyah Adalah Uswah Jam’iyah

Ia menyebut nama satu tokoh penting dalam penguatan ekonomi NU adalah KH Mahfudz Siddiq, yang merupakan kakak dari KH Ahmad Siddiq.

“KH Mahfudz Siddiq turut berperan dalam mengembangkan gerakan ekonomi berbasis Islam dan menanamkan semangat kewirausahaan di kalangan Nahdliyin,” ujarnya.

“Dengan perspektif ekonomi ini, NU tidak hanya bergerak di bidang keagamaan tetapi juga di bidang ekonomi, dengan tujuan menjadikan umat Islam lebih mandiri secara finansial dan tidak bergantung pada sistem ekonomi yang tidak adil,” tandas Kiai Abdal. (Naeli R)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button