Kajian Islam Aswaja (Ahlussunnah Wal Jamaah) Sabtu Manis
NU CILACAP ONLINE – Kajian Islam Aswaja Kitab Al Ajwibah Al Gholiyah, Sabtu Manis akan dimulai pelaksanannya pada hari Sabtu tanggal 22 Desember 2018. Hal itu dikatakan oleh Katib Syuriyah PCNU Cilacap, K. Abdal Malik, di Gedung Pusdiklat PCNU Cilacap, Sabtu(15/12).
“Dalam Kajian Islam Aswaja Sabtu Manis ini akan dibacakan Kitab Al Ajwibah Al Gholiyah fi ‘Aqidati Al Firqati Al Najiyah, karya Karya Al Habib Zainal Abidin Al ‘Alawy. Pembacaan Kitab dibawakan oleh KH Su’ada Adzkiya, Rais Syuriyah PCNU Cilacap,” katanya.
Dipilihnya Kitab Al Ajwibah Al Gholiyah karena kitab tersebut merupakan kitab doktrin teologi aswaja yang berisi ajaran-ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang aplikatif dalam membumikan Islam di Indonesia. Di samping itu, kitab berisi teks yang mudah untuk dipahami karena berisi tanya jawab aswaja.
Kajian Islam Aswaja ini merupakan realisasi dari rekomendasi Komisi Syuriyah pada saat pelaksanaan Muskercab NU Cilacap I tahun 2018 beberapa waktu yang lalu.
“Persiapan sudah dilaksanakan jauh-jauh hari, tapi pada saat itu masih harus menunggu selesainya pembangunan Masjid Nur Tjokrosiwojo sebagai tempat pelaksanaan Kajian Islam Aswaja ini,” ungkap K. Abdal Malik.
Baca Artikel Terkait
- Situs Islam Aswaja Menyemai Paham Ahlussunnah wal Jamaah
- Kajian Aswaja Kitab Firqah Annajiyah LTM MWCNU Adipala
Menurut jadwal yang sudah ditetapkan, Kajian ini akan berlangsung secara rutin setiap Sabtu Manis dengan periode selapanan(36 hari) sekali. Kajian dimulai pada pukul 08.30 sd. 12.00 WIB.
K. Abdal Malik berharap, seluruh unsur PCNU Cilacap beserta lembaga dan badan otonomnya baik laki-laki maupun perempuan, bisa menjadi peserta dan mengikuti kajian ini.
Pengurus MWCNU dan Ranting NU di Kecamatan Kesugihan beserta badan otonomnya, merupakan peserta penyangga Kajian Islam Aswaja ini, mengingat lokasi yang dekat dengan mereka. Oleh sebab itu, mereka sangat kami harapkan untuk proaktif menjadi peserta.
Kitab ini sangat baik dan cukup untuk dijadikan sebagai rujukan bagi para kyai, santri dan cendekiawan. Karena merekalah yang paling berkewajiban untuk membentengi ASWAJA dari segala penyimpangan dan tuduhan-tuduhan kepada pengikut ASWAJA sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ أَوْ قَالَ الْبِدَعُ وَسُبَّ أَصْحَابِي فَلْيُظْهِرِ الْعَالِمُ عِلْمَهُ فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْـمَعِيْنَ لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا
“ketika telah tampak merajalela fitnah atau bid’ah-bid’ah dan para shahabatku telah di caci, maka orang yang berilmu harus menampakkan ilmunya. barang siapa yang tidak melaksanakan perintah ini, maka ia mendapatkan laknat dari Allah SWT, malaikat dan semua manusia dan Allah tidak akan menerima darinya ibadah sunnah maupun fardlu.”