Hidup Itu Sendiri Harus Beda, Oleh Toufik Imtikhani

NU CILACAP ONLINE – Diskusi masalah syurga di masing-masing agama, dengan diksi dan variasi yang berbeda, tapi intinya sama, menunjukkan bahwa semua agama yakin tentang kehidupan akhirat. Inilah sedikit kutipan dari tulisan Toufik Imtikhani yang berjudul, Hidup Itu Sendiri Harus Beda.

Orang muslim yakin, bahwa agama Islam yang dipeluknya, adalah agama yang paling benar, dan yakin besok akan masuk syurga.

Orang Kristen yakin bahwa agamanya adalah yang paling benar, dan besok akan masuk syurga, apalagi Yesus dipercaya sebagai Sang penebus dosa. Dalam tradisi katolik juga ada surat aflat, yaitu surat pengampunan dosa dengan syarat-syarat tertentu.

Para penganut Budha pun begitu yakin akan kebenarannya, dan menyikapi hidup sebagai perjalanan ke nirwana (syurga).

Umat Hindhu tidak jauh berbeda dengan umat agama yang lain, bahwa agama mereka adalah agama yang benar dalam menempuh perjalanan menuju syurga.

Artikel Terkait

Tidak ada agama satupun yang merasa tersesat. Mereka semua yakin berada dalam jalan kebenaran menuju syurga. Demikian juga masing-masing umat sangat yakin, bahwa agamanya adalah jalan yang benar untuk menggapai syurga.

Well, semua manusia sama-sama merindukan syurga. Gambaran keadaan syurga dari masing-masing agama pun relatif hampir sama. Inti dari semuanya adalah, bahwa syurga merupakan tempat yang penuh kebahagiaan. Sebaliknya, neraka adalah tempat yang penuh kesengsaraan.

Diskusi masalah syurga di masing-masing agama, dengan diksi dan variasi yang berbeda, tapi intinya sama, menunjukkan bahwa semua agama yakin tentang kehidupan akhirat.

Sekaligus juga meyakini dan ini pasti, bahwa kematian dan kehidupan itu ada yang menciptakan. Artinya pula, mereka semua percaya dengan adanya Tuhan Sang Pencipta. Percaya kepada Tuhan dan akhirat ini inti dari keimanan.

Karena ini menyangkut awal dan akhir kehidupan. Tuhan, awal penciptaan kehidupan, dan akhirat akhir dari kehidupan, kehidupan yang terakhir. Kepercayaan kepada hal lainnya, bisa dikatakan semua agama berselisih.

Artinya, selain kepercayaan kepada Tuhan dan akhirat, secara umum adalah bersifat sekunder, wakaupun secara internal masing-masing agama dianggap hal yang pokok. Contoh, iman kepada Nabi Muhamnad SAW dalam Islam adalah suatu keharusan.

Sementara bagi agama yang lain, mungkin tidak terpikirkan. Iman kepada Yesus sebagai anak Tuhan dalam teologi Kristen, justru dikritik oleh Islam sebagai sebuah kesesatan.

Budha dan Hindhu, mungkin bahkan tidak ada cerita tentang Nabi. Sidharta Gautama hanya dianggap sebagai guru yang bijaksana.

Baca juga Toufik Imtikhani : NU Butuh Kepemimpinan Yang Solid

Dalil-dalil Hadis

Kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhirat inilah yang sering disebut Nabi dalam beberapa hadistnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah saw., beliau bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Artinya: “Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari).

Toufik Imtikhani

Kata kunci dalam keimanan adalah, iman kepada Allah ( Tuhan ) dan hari akhirat. Hari akhirat adalah tempat dan saat Allah membalas amal baik dengan pahala, dan membalas amal buruk dengan siksa.

Keimanan kepada kedua hal ini, membuat setiap pemeluk agama untuk berlomba-lomba beramal baik, dan menahan diri dari berbuat buruk.

Sedangkan syarat masuk syurga adalah iman dan perbuatan baik. QS, Al Bayyinah:7-8

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ

Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ ࣖ

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

QS, Al Kahfi:107 menyebutkan:

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّٰتُ ٱلْفِرْدَوْسِ نُزُلًا

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka disediakan surga firdaus sebagai ganjaran dan tempat untuk mereka tinggal.

Jadi, mengapa sesama calon penghuni ” syurga ” saling ribut. Bukankah lebih baik kita memperbanyak amal kebaikan? Bukankah tidak ada kelompok agama manapun yang mengklaim dirinya sesat, sehingga pantas untuk dituduh sesat? QS, Al A’raf:56 menyebutkan,

إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ

Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ

Katakanlah: “Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, (QS, Al Baqarah:139 )

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Al Baqarah: 148 ).

Very well, mari diantara para ahli ” syurga”, saling berbuat baik, tidak saling menghina, atau mencaci maki. Karena itu semua bukan perbuatan orang beriman, juga bukan perbuatan baik, yang akan membuat kita tidak jadi masuk syurga.

Orang Islam tak perlu menghina agama lain, apalagi antar sesama muslim, hanya karena beda amaliyah, beda ubudiyah, apalagi hanya masalah siyasah. Demikian juga dengan agama-agama lain, tak perlu saling menghina dan mencaci. Karena semua agama mengajarkan kebaikan. Maka sibukilah dan konsentrasi dalam menjalankan agama masing-masing. Kelak semua Tuhan yang akan memberikan pengadilan. Apakah Dia akan memaafkan seorang hamba, memberinya rahmat dan memasukannya ke syurga, atau menghukum seorang hamba dan menyiksanya di neraka.

یَغۡفِرُ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ

Allah mengampuni siapa yang dikehendaki, dan menghukum siapa yang dikehendaki.
( QS, Ali Imran: 129 )

Dalam firman-Nya yang lain:

وَ رَحۡمَتِیۡ وَسِعَتۡ کُلَّ شَیۡءٍ ؕ

Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu ( QS, Al A’raf:156 )

Hari akhirat adalah mutlak milik Allah. Tidak ada raja dan penguasa, kecuali hanya Allah. Pada hari itu, kekuasaan dan keputusan mutlak berada dalam diri-Nya.

مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ

(Allah) yang menguasai hari pembalasan ( QS, Al Fatihah:4 ).

Keputusan akan dijatuhkan seadil-adilnya. Hisab akan dilakukan secermat-cermatnya. Tidak akan ada yang terlewati dari kebaikan dan keburukan setiap manusia. Sehingga tidak ada yang akan terdlolimi.QS, Al Zalzalah:7-8

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ

7. Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

8. Barang siapa berbuat keburukan, walau sebesar dzarrah, maka diapun akan mendapatkan balasannya.

Jika setiap kelompok agama, dan jika setiap sekte dalam agama, bahkan ormas atau partai politik berbasis agama, masing-masing mengklaim paling baik dan benar, serta akan masuk syurga, itu adalah bukti keleluasan syurga, setidaknya hal itu baru dalam konsep dan angan-angan, bukan sesungguhnya.

Baca juga Road To Mecca Part 5; Selamat Berpisah, Mekah

Padahal yang sesungguhnya, itu lebih luas daripada klaim masing-masing kelompok manusia tersebut di atas. Nabi mengatakan dalam sebuah hadistnya:

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بشر

“Allah SWT berfirman: Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia untuk hamba-hamba-Ku yang saleh.” (HR Muslim)

Andaipun kita tidak memasuki syurga yang sama, paling tidak boleh jadi kita akan memasuki syurga menurut versi masing-masing. Tak perlu pusing memikirkan keyakinan orang lain, pikirkanlah diri kita apakah kita pantas masuk syurga dalam keyakinan kita. Ini lebih penting.

Syurga itu luas. Seluas langit dan bumi. Terlalu longgar untuk diisi dengan satu umat tertentu saja, dalam satu atau beberapa generasi.

Pemilik syurga adalah Tuhan. Siapa yang diijinkan masuk, dan siapa yang disuruh masuk, serta siapa yang boleh tinggal di dalamnya, adalah terserah Dia.

Ikhtiar kita tentu berharap bagian dari golongan yang diijinkan masuk ke dalam syurga-Nya, dengan merajuk melalui doa, harapan, ibadah dan amal kebajikan kepada sesama.

Pojok Cilacap, 20 Agustus 2024

Toufik Imtihani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button