Harlah Ke-92, Maarif MWCNU Kedungreja Potong Tumpeng

NU Cilacap Online – Lembaga Pendidikan Maarif (LP Maarif) Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kedungreja  potong tumpeng pada acara Hari Lahir (Harlah) LP Ma’arif NU Ke-92 dengan mengusung tema “Berkhidmat melalui pendidikan ma’arif yang inovatif dan responsif di era digital,” Sabtu, (25/09).

Kegiatan bertempat di SMP Jendral Sudirman Tambaksari. Hadir secara  langsung Ketua LP Maarif MWCNU Kedungreja dan Ketua Tanfidziyah MWCNU Kedungreja.

Sehubungan dengan itu Ketua LP Maarif MWCNU Kedungreja Umar Fatoni dalam sambutannya menyatakan bahwa keseragaman guru Ma’arif NU adalah sebagai daya penyemangat dalam berhidmat. Iapun mengingatkan ada empat hal kepada Guru Ma’arif.

“Pertama guru Maarif harus mengetahui filsafat kerja guru yaitu sugih tanpa banda artinya guru harus mengutamakan ilmu pengetahuan. Kedua digdaya tanpa aji, maksudnya guru harus mampu mejadikan peserta didik yang digdaya dengan ilmu,” katanya.

Ketiga, kata Ketua LP Maarif NU Kedungreja, adalah ngelurug tanpa bala artinya musuh guru adalah kebodohan. Dan Keempat menang tanpa ngasorake, maksudnya ketika sudah pintar jangan sera merta menjastis kebodohan seseorang.

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah MWCNU Kedungreja Samsul Muin menyampaikan motivasi kepada para guru.

“Guru adalah sebagai garda terdepan dalam pendidikan. Mereka harus mempunyai peranan lebih besar pada masyarakat,” katanya

Samsul Muin menegaskan bahwa pemberian beasiswa kepada kader kader NU yang salah satunya karus mempunyai KARTANU dan KTA PERGUNU.

Hadir di acara potong tumpeng Harlah LP Maarif NU Ke-92 antara lain Umar Fatoni Ketua LP Ma’arif MWCNU Kedungreja sebagai nahkoda lembaga, Ketua Tanfidziyah MWCNU Kedungreja selaku orang tua dari NU, Kepala Sekolah di bawah naungan LP Maarif NU Kedungreja Cilacap Jawa Tengah

Filosofi Tumpeng menurut Tradisi Islam Jawa yakni Yen metu kudu sing mempeng artinya bila keluar harus dengan sungguh sungguh dalam ajaran Islam, bentuk kerucut dengan satu bulir nasi di pucuk menjadi simbol Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan nasi di bawah melambangkan banyaknya manusia yang penuh dosa, artinya semakin keatas semakin sempurna.

Kontributor : Anas Mubarok
Editor : Achmad Nur Wahidin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button