Tradisi Sidekah Kupat

NU CILACAP ONLINE – Bulan Sapar dalam kamus hidup orang sunda Dayaluhur merupakan waktu yang sakral oleh karenanya semua warga masyarakat yang masuk dalam kawasan wilayah Dawamancung (Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karangpucung) ini menggelar Tradisi Sidekah Kupat.

Tradisi Sidekah Kupat sebagai peringatan selametan ini mengandung maksud sebagai ungkapan wujud syukur kepada Allah SWT. Selain sebagai bentuk bakti warga kepada para pendahulu, leluhur.

Semua warga memperingatinya untuk eling, mengenang dan mengingat kembali kepada leluhurnya. Selain itu juga kepada para raja-raja pasundan dulu, di mana mereka melakukan tetirah rohani. Mereka melewati dan menyusuri jalanan pemukiman warga.

Sidekah Kupat yang berarti sedekah ketupat, sebagai adat budaya tradisi selametan masyarakat dalam wilayah ini digelar pada hari rabu terakhir (Rebo Wekasan) bulan Sapar atau tanggal 25 bulan Sapar (penanggalan Jawa). Menurut tutur tinular warga setempat, ritual tersebut telah berlangsung lama sejak abad 16 M yang lalu.

Dalam lintasan waktu dan sejarah ada berbagai versi terkait sejarah Sidekah Kupat. Satu di antaranya adalah peristiwa yang berkait dengan historis raja-raja Pasundan dan Era Kerajaan Mataram, baik Mataram kuno maupun Mataram Islam.

Kerajaan Mataram (Jawa Tengah) merupakan tempat berziarah bagi raja-raja Pasundan. Mengingat, adanya bangunan rohani, seperti candi, atau berkembangnya syiar Islam.

Adapun kawasan Dayahulur dulunya dipercaya sebagai alur puraga atau jalur darat kuna, sebelum adanya Jalan Daendels. Pada waktu zaman Mataram Kuna banyak raja Pasundan yang berziarah ke Candi Dieng atau Prambanan lewat sini. Begitu pula saat Mataram Islam, banyak yang ziarah. Waktu dulu jalur utara atau selatan merupakan rawa-rawa.

Saat para raja berziarah membawa rombongan cukup besar. Mulai dari prajurit hingga para petinggi kerajaan.
Nah, sebagai rasa bakti warga, para penduduk yang wilayahnya dilewati rute ziarah raja-raja Pasundan, mereka pun membuat ketupat.

Ketupat itu kemudian disajikan dengan cara digantung pada sebuah tongkat melintang di perbatasan-perbatasan desa.

Warga bergiat secara sadar dan komunal, mereka menyediakan bekal untuk iring-iringan raja. Sebelum itu, warga telah membersihkan jalan desa untuk menghormati rombongan raja yang melakukan perjalanan. Sapar kan artinya perjalanan

Adapun dalam kisah lain meriwayatkan bahwa ketika pasukan Siliwangi siap berperang melawan pasukan Kerajaan Demak.

Rombongan dari tanah pasundan tersebut melintasi wilayah Dayeuhluhur. Masyarakat setempat lantas memberikan sambutan dengan memberikan bekal berupa ketupat untuk pasukan Siliwangi.

Sejak itu kegiatan Sidekah Kupat terus berlangsung, masyarakat terus melestarikannya. Dan menentukan waktunya pada setiap Rabu Wekasan di Bulan Sapar.

Selanjutnya, tradisi ini terus dilakukan sebagai pesan bahwa masyarakat Dayaeuhluhur sangat mengagungkan para tamu. Masyarakat setempat akan menyambut, menjamu, dan menjamin keselamatan setiap tamu selama berada di Dayaeuhluhur.

Pada pukul 06.00 pagi semua warga berkumpul di batas desa. Setiap mereka membawa ketupat yang disajikan di sebuah tiang melintang.

Nantinya, siapa pun yang melewati jalanan tersebut bebas mengambil ketupat. Sebelum ritual, sesepuh desa merapal riwayat tentang tetirah para raja pasundan, menggunakan bahasa Sunda lengkap, beserta sesajen dan bebakaran dupa.

Warisan Budaya Indonesia

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mencatat dari sekitar 726 karya budaya asal Jawa Tengah baru 103 yang tercatat dan ditetapkan sebagai WBTB.

Maka, upaya pendokumentasian sangat perlu untuk menjadi sumber primer sebagai syarat administratif dalam membumikan adat ini agar dapat pengakuan sebagai Warisan Budaya tak benda (WBTB) atau Intangible Heritage.

Sidekah Kupat tidak saja soal perlindungan pemerintah dalam pelestarian adat budaya masyarakat dalam Kawasan Dawamancung ini. Tapi, jika serius digarap, kegiatan ini bisa menambah pundi-pundi ekonomi warga, dalam menggeliatkan perekonomian warga setempat bisa lewat atraksi wisata maupun budaya. (IHA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button