Ngatawi Al-Zastrow, Kebudayaan Tergantung Kreativitas dan Tekad

NU CILACAP ONLINE – Budayawan NU Dr. Ngatawi Al-Zastrow, S.Ag., M.SI mengemukakan bahwa penyelenggaraan acara maupun program Kebudayaan semata-mata tidak tergantung pada anggaran maupun dana tapi tergantung pada kreativitas dan tekad.

Hal itu dia sampaikan dalam kegiatan Safari Kebudayaan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) I Lesbumi PWNU Jawa Tengah masa khidmat 2024-2029. Pada Jumat (27/09/2024).

Bertempat di Kampoeng Dolanan Dusun Sodongan RT 17/RW 6, Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Dedengkot grup musik Ki Ageng Ganjur itu kembali menegaskan bahwa dunia kebudayaan akan bisa terus hidup lantaran memiliki daya kreativitas dan tekad.

Karena menurutnya jika bersungguh-sungguh dengan kedua hal itu, dan betul-betul dimiliki maka dana atau anggaran akan mengikutinya.

“Jika belum apa-apa mikir dana, mikir anggaran, maka saya jamin asli enggak kuat. Program kebudayaan gak akan berjalan.” Tegasnya.

“Jadi sejauh mana dan bagaimana berkreasi. Bagaimana menumbuhkembangkan kreativitas. Itu yang akan menumbuhkan kembang pergerakan, atau pundi-pundi anggaran, dan dana.” Imbuhnya.

Lebih lanjut Budayawan NU yang lahir di Ngawi pada 27 Agustus 1966 menjelaskan bahwa kebudayaan mengandung 3 unsur dimensi nilai yakni logika, etika, dan estetika.

“Dalam konteks Lesbumi ketiga hal itu adalah konstruksi yang harus dibangun. Sebagaimana sikap Lesbumi NU yang tersebut oleh salah satu muassis Lesbumi Asrul Sani dalam Gelanggang Manifesto Kebudayaan Indonesia. Bahwa ketiga hal tersebut adalah prinsip dan pegangan orang Lesbumi.” Jelasnya.

Baca Juga : Usmar Ismail; Pendiri Lesbumi NU, Pahlawan Nasional

“Kalau yang menonjol Logika maka hanya sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi oleh karena logika berkaitan dengan benar-salah.”

“Kalau etika, berkaitan baik-buruk yakni norma dan aturan-aturannya, kalau estetika berkaitan dengan indah dan tidak indah atau harmoni.” Ungkapnya.

Maka logika, etika dan estetika adalah hal prinsipil yang menjadi pegangan seniman dalam hidupnya. Dalam menjalani kebudayaannya. Bahkan itu yang membedakan manusia dengan mahluk lain.” Bebernya.

Posisi Seniman Budayawan Muslimin Indonesia

Lebih dalam lagi, Ketua Lesbumi PBNU era KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) masa khidmat 2004-2015 yang memilih kebudayaan sebagai jalan dakwahnya. Juga menyampaikan terkait bagaimana posisi personal seorang seniman dan budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi NU).

Bahwa menurutnya posisi seniman itu setingkat di atas orang gila dan setingkat di bawah kiai.

“Sak édan-édané seniman tetep ora édan karena di atas orang gila. Sak apik-apike seniman tetep ora biso dadi kiai, karena di bawah kiai.” Selorohnya.

Baca Juga : Anugerah Saptawikrama Lesbumi NU, Apa dan Bagaimana Itu ?

Terakhir dirinya mengapresiasi dan berharap, melalui kebudayaan sebagai jalan dakwah Lesbumi NU, dia berkeyakinan bahwa masyarakat secara luas akan lebih dapat menerima.

“Karena jalan kebudayaan itu menawarkan dan memberikan. Inilah nilai-nilai ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.” Pungkasnya.

Melalui Safari Kebudayaan ini ia menyampaikan selamat dan apresiasi kepada pengurus Lesbumi NU Jateng masa khidmat 2024-2029 yang beberapa waktu lalu baru dilantik.

“Selamat menjalankan tugas dan fungsi dengan menyesuaikan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta Peraturan Perkumpulan NU.” Pungkasnya.

Sebagai informasi Wakil Ketua PWNU Jawa Tengah KH Kholison Syafi’i dalam kesempatan itu juga menyampaikan bahwa melalui Surat Keputusan (SK) dengan Nomor 118/PW/A.II/H/VII/2024 pada tanggal 17 Muharram 1446 H/24 Juli 2024 M.

Kepengurusan Lesbumi PWNU Jawa Tengah secara resmi mengangkat Abdul Gani M.Hum (Brebes) dan Abbet Nugroho (Magelang) sebagai Ketua dan Sekretaris.

Adapun susunan pengurus wilayah Lesbumi NU Jawa Tengah merupakan representasi dari ke-6 zona wilayah yang merupakan Eks Karesidenan Jawa Tengah. Meliputi Eks Karesidenan Surakarta, Kedu, Banyumas, Pekalongan, Semarang dan Eks Karesidenan Pati.

Dengan susunan kepengurusan Lesbumi NU Jateng yang baru ini maka nantinya bisa dan mampu menghidupi dan menaungi setiap zona wilayah Eks Karesidenan kebudayaan Jawa Tengah tersebut. (IHA)

Baca Juga : Zastrouw, Ki Ageng Ganjur, Dan Wasiat Gus Dur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button