KH Imam Asy’ari; Pejuang Islam dan Pendidikan asal Kalijeruk, Kawunganten

Oleh Novia Uswatun Hasanah, S.Pd., M.Pd

NU Cilacap Online – Hidupnya didedikasikan untuk syiar agama dan pendidikan. Ia adalah sosok pendakwah sejati juga pejuang kemerdekaan. Jasanya begitu besar meski tak banyak yang mengenal sosoknya. Dialah KH Imam Asy’ari; Pejuang Islam dan Pendidikan Asal Kalijeruk, Kawunganten.

KH Imam Asy’ari merupakan salah satu tokoh penting asal Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Semasa hidup, beliau bersama-sama dengan tokoh-tokoh sentral Kawunganten, seperti Syekh Mas’ud (Pondok Pesantren Al-Barokah (Kawunganten) mendedikasikan hidupnya untuk kemaslahatan ummat yakni syiar Islam dan Pendidikan. Namun, meskipun jasanya terbilang besar, tak banyak orang mengenal sosok beliau.

Kiai Imam , begitu sapaan akrab beliau, lahir sekitar tahun 1934 di sebuah Dusun bernama Tegalanyar, Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten. Beliau merupakan putera bungsu dari tiga bersaudara pasangan KH Abdul Wahab dan istri.

Masa kecilnya dihabiskan di Kawunganten. Kyai Imam kecil menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR). Menginjak remaja, beliau menimba ilmu di beberapa pondok pesantren seperti di Sokaraja, Attaujieh Al Islami_Leler-Banyumas, dan Ihya Ulumaddin Kesugihan.

Setelah cukup lama nyantri, sektiar tahun 1950 an, beliau pulang ke kampung halaman dan menikah dengan Sopiyah. Pasca menikah, Imam Asy’ari muda berprofesi sebagai petani sekaligus meneruskan perjuangan syiar Islam dan pendidikan di Kawunganten. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai delapan orang anak.

Tokoh Pergerakan dan Pejuang Kemerdekaan

Selain mensyiarkan Islam, KH Imam Asy’ari ternyata merupakan tokoh pejuang kemerdekaan. Imam Asy’ari muda, dengan semangat nasionalisme dan kepemimpinannya yang mumpuni, mampu menggerakkan masyarakat untuk berjuang bersama melawan penjajah kala itu. Ia merupakan salah satu tokoh incaran yang diburu oleh pemberontak dalam peristiwa G30S/PKI.

Layaknya ‘buronan’ yang terancam dihabisi sewaktu-waktu, tak pelak mengharuskan Imam Asy’ari untuk mengungsi ke gunung, bahkan ke luar daerah untuk menyelamatkan diri. Menurut cerita sang istri, Hj. Sopiyah, Imam Asy’ari sempat mengungsi ke Prembun, Kebumen dan Kesugihan, Cilacap.

Saat mengungsi di Kesugihan, beliau cukup lama berada di Pondok Pesantren Ihya Ulumaddin, dandipercaya untuk mengajar di sana bersama K.H. Mustholih Badawi. Setelah keadaan aman, beliau kembali ke Kawunganten dan mendedikasikan hidupnya di bidang keagamaan dan pendidikan.

Baca juga KH Muhdir Saefullah, Ungkapan Cinta Lewat Gramatika

Pendakwah Sejati

Kiai Imam Asy’ari banyak mengisi pengajian dari kampung ke kampung, masjid ke masjid, maupun dari majelis satu ke majelis yang lain. Beliau banyak diundang masyarakat untuk ceramah dari kampung ke kampung.

Selain itu, di lingkungan tempat tinggalnya, beliau mendirikan masjid sebagai pusat peradaban masyarakat sekitar. Di masjid tersebut, beliau mengajar ngaji anak-anak, orang dewasa maupun orang tua.

Bersama dengan Syekh Mas’ud, Beliau membuat kajian rutin mingguan yang sangat digandrungi oleh masyarakat setempat. Kajian beliau terkenal dengan nama Pengajian Mingguan yang dilaksanakan setiap hari Minggu, bertempat di sekitar.

Baca juga Evakuasi Banjir Kalijeruk Kawunganten Berlangsung Dramatis

Lokasi SMP di wilayah Kecamatan Kawunganten. Sepeninggal beliau, tradisi pengajian ini lalu sempat diteruskan oleh almarhum KH Maslahudin (Wakil Rais Syuriah PCNU Cilacap).

Yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat adalah bahwa beliau memiliki kedekatan khusus dengan Syekh Mas’ud. Menurut keterangan sang istri, Hj. Sopiyah, suaminya merupakan konco kenthel ulama ahli fikih tersebut.

Baca juga Inilah Daftar Pemenang Sayembara Menulis Feature Alim Ulama Cilacap

Syekh Mas’ud seringkali berkunjung ke rumah Kiai Imam Ay’ari untuk berdiskusi dan mengkaji kitab bersama. Putera pertama Kiai Imam Asy’ari yang berkuliah di Madinah kala itu, seringkali mengirimkan kitab-kitab ke Indonesia.

Kitab-kitab itulah yang lalu sering dibedah menjadi bahan diskusi. Begitu pula sebaliknya, Kiai Imam Asy’ari juga tak jarang menyambangi ndalem sang Syekh untuk berembug terkait masalah-masalah keagamaan maupun kemasyarakatan.

Seiring berjalannya waktu , kedua tokoh ini kemudian sama-sama berkiprah dan berjuang dalam membangun peradaban ummat di sekitar Kawunganten baik melalui dakwah keagamaan maupun pendidikan.

Meski demikian, sosok KH Imam Asy’ari lebih dikenal sebagai penceramah yang getol berdakwah ke masyarakat umum dan pinggiran kampung. Sementara, Syekh Mas’ud lebih berkonsentrasi mendakwahkan ilmu beliau kepada santri-santri di pesantren.

Tak bisa dipastikan tahun berapa Kiai Imam menunaikan ibadah haji. Namun, menurut pengakuan istri beliau, Kiai Imam Asy’ari menunaikan ibadah haji sebanyak tiga kali semasa hidupnya.

Yang pertama, bersama dengan bapaknya syekh Mas’ud, saat di mana orang-orang Indonesia masih menggunakan kapal laut untuk naik haji dan menghabiskan waktu sampai berbulan-bulan (sekitar 7 bulan perjalanan pulang pergi).

Haji kedua ditunaikan bersama sang ayah mertua beliau yang pada saat itu ayah mertua meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari haji dan dimakamkan di tengah laut.

Haji ke-3 bersama sang istri tercinta di tahun 1970 an di mana pemberangkatan ibadah haji kali pertama menggunakan pesawat terbang.

Menurut keterangan istri beliau, sepulang dari haji KH Imam Asy’ari seringkali membagikan ilmu tentang haji atau manasik haji kepada masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji.

Pejuang Pendidikan

Tidak hanya berjuang dalam dakwah Islam, KH Imam Asy’ari juga menaruh perhatian khusus pada dunia pendidikan untuk masyarakat. Menurut keterangan putera puterinya, sepulang kiai Imam menimba ilmu di pesantren, ia mendirikan Madrasah Diniyah Islamiyah pada tahun 1968 yang menjadi cikal bakal pendirian Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah (MII).

Pada Tahun 1978, kemudian ia mendirikan Badan Hukum Yayasan Al-Mu’awanah Kawunganten. Yayasan tersebut kemudian disahkan secara resmi dengan akta notaris No. 1 pada tahun 1978 tanggal 1 Oktober 1978 di sahkan dalam berita acara negara di Pengadilan Negeri Cilacap.

Mula-mula, KH Imam Asy’ari mendirikan Madrasah Diniyah Islamiyah yang menjadi cikal bakal lembaga pendidikan formal Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Al- Mu’awanah, atau yang saat ini dikenal dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Mu’awanah Desa Kalijeruk Kecamatan Kawunganten.

Kemudian, oleh generasi penerus, yayasan tersebut dikembangkan lagi dengan mendirikan beberapa lembaga pendidikan lain, di antaranya Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Mu’awanah pada tahun 1993, dan Raudhatul Athfal (RA) Al-Mu’awanah pada tahun 2005.

Di samping itu, madrasah diniyah yang dulu didirikan, kini masih eksis berdiri dengan nama TPQ Al-Mu’awanah. Masjid yang dulu dibangun oleh KH Imam Asy’ari hingga saat ini masih dimanfaatkan sebagai pusat ibadah dan pendidikan Islam oleh masyarakat sekitar.

Pada tahun 1984, KH Imam Asy’ari wafat pada usia sekitar 53 tahun. Ia dimakamkan di pemakaman umum Surowani, Kawunganten.

Meski tak banyak masyarakat umum yang mengetahui kiprah beliau, namun jejak perjuangan dan pengabdian beliau terhadap syiar Islam dan pendidikan khususnya di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten masih bisa kita temukan melalui lembaga-lembaga pendidikan yang beliau dirikan.

Lembaga-lembaga tersebut sekaligus menjadi legacy yang perlu dijaga dan dikembangkan agar dapat terus lestari.

Sebagai bentuk penghormatan kepada beliau, pada Kamis, 23 Juni 2022, nama beliau diabadikan sebagai nama Gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Desa Kalijeruk. Tepatnya, Gedung IPHI KH Imam Asy’ari ini beralamat di Dusun Tegalanyar, RT 02, RW 03, Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap.***

Artikel berjudul “Mengenal KH Imam Asy’ari; Pejuang Islam dan Pendidikan asal Kalijeruk, Kawunganten” adalah karya Novia Uswatun Hasanah, S.Pd., M.Pd. juara dua dalam sayembara menulis feature alim ulama yang diselenggarakan PCNU Cilacap dalam rangka memperingati  Hari Santri Nasional tahun 2024.

Penulis merupakan Kader  utusan MWCNU Kawunganten. Keseharian penulis adalah Guru MTs Al-Mu’awanah Kawunganten

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button