Kantata Takwa, Film Layar Tanjleb Tayang Perdana di Pelosok Desa

NU CILACAP ONLINE – Mahakarya film Kantata Takwa sejak dirilis pada tahun 2008, sepertinya baru kali ini mendapat tempat untuk tayang sebagai film layar tanjleb perdana yang diputar di pelosok desa.

Film yang merupakan penanda pada kesaksian para seniman Indonesia itu merekam tentang sebuah masa yang kelam dan banyak diwarnai dengan Korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Demikian pun adegan yang menyertainya, mulai penangkapan, penculikan, bahkan pembunuhan. Dan kita yang menonton film berdurasi 72 menit ini diajak untuk merenungi nasib para aktor dalam film tersebut. Bahwa perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.

Kendati tidak hanya sebuah film dokumentasi yang menentang kekuasaan tirani pada saat itu. Namun sebuah intepretasi yang kreatif.

“Menonton film Kantata Takwa serasa menemukan harta karun berupa mutiara.”

Demikian cerita salah satu dari ratusan penonton film Kantata Takwa yang diputar tadi malam (Ahad, 01/09/2024), di Hall Sanggar Matur Nuwun Pesantren Karanggedang Desa Salebu, Majenang.

“Betapa film ini menjadi sesuatu! ini indah!. Tak ubahnya mutiara yang lama mendekam dalam cangkang.” lanjutnya

Dan apabila menyimak proses sejatinya film ini, si mutiara yang mendekam sejak tahun 1991 ini butuh waktu selama 17 tahun lamanya bagi film Kantata Takwa ini untuk bisa tampil dan dipertontonkan ke muka publik.

Menurut filmaker dari Sekolah Seni Majenang M Asrof, yang bertindak sebagai manager pemutaran film Kantata Takwa ini mengatakan bahwa film ini indah.

“Keindahan menyentuhnya pada kemampuan yang memadukan aspek dokumenter, musik, aksi teatrikal hingga puisi.” akunya.

Film yang diproduksi pada 1991 dan pertama rilis pada tahun 2008. Sejak itu meski terbilang film lama, 26 tahun lebih berselang, ia masih punya ruh yang sama, nafas yang sama. Dan punya relevansi dengan keadaan sosial di masa kini.

“Padahal masa produksinya, hingga penayangannya telah melewati dua zaman, orde baru dan reformasi. Melintasi tiga rezim, dari Soeharto, Susilo Bambang Yudoyono hingga Joko Widodo.” katanya.

Film Kantata Takwa ini memungkinkan akan bertahan disegala keadaan dan kondisi dengan kekuatan karakternya.

Film ini kentara menampilkan ekspresi jiwa dari personel band yang bernama sama Kantata Takwa, terdiri dari lima maestro seni Indonesia ternama. Seperti Iwan Fals, Setiawan Djody, WS. Rendra, Sawung Jabo, dan Yockie Suryoprayogo.

Sementara Eros Djarot dan Gotot Prakosa selaku sutradaranya berhasil menangkap ungkapan ekspresi para aktor yang merupakan lima maestro seniman Indonesia.

“Mereka menyuarakan bahasa kemanusiaannya. Mereka menyuarakan pandangan hidup dari laku lampahnya. Dengan dalam pula mereka merespon dan mengevaluasi keberadaan dirinya sebagai warga negara Indonesia dan sebagai hamba Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa”.

“Betapa kontras dan indah. Dan di balik gaya urakan mereka, kata-katanya bermakna.”

Film ini juga menampilkan lagu-lagu epik nyayian jiwa nan istimewa, yakni Kesaksian, Paman Doblang, Kantata Takwa, Air Mata, Bento, Bongkar, Cinta, Hio.

Adapun WS Rendra, si Burung Merak, punya andil besar dalam membungkus sajian musikal film Kantata Takwa ini dengan aksi teatrikal yang mumpuni. Dan sarat kritik sosial.

“Apa artinya kekayaan alam tanpa keunggulan daya manusianya?
Bagaimana bisa digalang daya manusia tanpa dibangkitkan kesadarannya akan kedaulatan pribadi terhadap alam dan sesamanya?”

Film Indah dan Relevan

Sungguh hebat cara mereka meneriakkan kritik dalam bungkus seni yang begitu indah, relevan.

Menurut Pengasuh Pesantren Karanggedang Salebu Majenang yang juga salah satu anggota Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Faisal Kamandobat, Di antara adegan yang menarik yakni saat Iwan Fals menyanyikan ‘Bento’ sembari memainkan gitar diiringi koor belasan bocah yang telanjang bulat usai berenang di kali yang diapit persawahan.

Adegan di sambung aksi kejar-kejaran para bocah dengan telanjang bulat dan sejumlah orang dewasa dengan liar memergoki si “Bento” pun tak terelakkan.

“Melihat adegan kocak ini, kita sebagai penonton dibuatnya terpingkal.” akunya.

Selain itu film yang menyajikan ragam adegan dan aksi ini berhasil digarap secara mumpuni. Bahkan di atas panggung, mereka tetap menyajikan aksi teaterikal.

“Itu sajian film yang unik dan langka.”

Adapun secara konteks film ini masih relevan di saat sekarang.

Unbelievable things to see, setelah sekian dekade, setelah sekian peringatan Indonesia merdeka, kualitas manusianya masih sama. Isunya masih sama: keadilan, human right. Kita tidak mengalami kemajuan besar.” Tandasnya.

Adapun gelaran Layar Tanjleb pemutaran film Kantata Takwa ini diinisiasi oleh Sawang Sinawang, Sanggar Maturnuwun, bekerjasama dengan Santri Sekolah Seni Majenang, Srawung Warga, Guyub Rukun Cilacap, Kinoy Studio Creative dan Lesbumi NU Majenang.

Semoga film ini menjadi perenungan kita bersama bahwa Hidup bersama harus dijaga. Lagu ini harapan sukma. Hidup yang layak harus dibela. Maka orang-orang harus dibangunkan. Dan kenyataan harus dikabarkan. (IHA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button