Identitas Global Sepak Bola

Catatan kecil dari Piala Eropa dan Copa Amerika tahun 2024

NU CILACAP ONLINE – Pada medio Juni- Juli 2024 ini, dunia disuguhi hiburan berupa turnamen sepak bola Piala Eropa, yang berlangsung di Jerman, dan Copa Amerika yang diselenggarakan di Amerika Serikat.

Setelah memasuki babak penyisihan group dan fase delapan besar, sampailah masing-masing ke fase semifinal, dan final.

Pasa fase semifinal, Piala Eropa ada empat team besar yang bertemu. Team orange Belanda vs Team Tiga Singa Inggris, dan Team Matador Spayol vs Team Ayam Jantan Perancis.

Di Copa Amerika, bertemulah Team Uruguay vs Columbia dan Argentina vs Canada.

Kejutan dan Debutan

Dari kedua tournament itu, kejutan terjadi di Copa Amerika, di mana team kecil semacam Columbia dan Canada bisa menembus semifinal. Terutama Canada, yang mewakili wilayah Amerika bagian Utara. Lebih sangat pantas jika misal team Mexico atau Amerika Serikat.

Brazil atau Paraguay, dua team besar yang telah tersingkir di babak sebelumnya. Terutama Brazil. Final impian seharusnya terjadi antara Brazil dan Argentina. Tetapi ini sungguh mengejutkan, bahwa team medioker macam Columbia, bisa masuk fase final untuk melawan Argentina.

Gaya Global Sepak Bola

Untuk Piala Eropa, saya kira keempat semifinalis, sangat representatif, walau sebetulnya seperti Portugal atau Jerman, juga sangat pantas masuk semifinal. Tapi itulah sepakbola.

Hal yang menarik adalah, bahwa dalam gelaran kedua turnamen ini, masing-masing team, tidak ada yang menampakan ciri khasnya sendiri.

Dalam sepak bola, kita mengenal istilah jogobonito (Brazil), cattanacio ( Italia ), staying power (Jerman), atau kick and rush (Inggris).

Keempat negara pada masa lalu mempunyai gaya permainan yang menonjol. Tetapi pada 10 tahun terakhir ini, kita tidak melihat praktek-praktek permainan bola semacam itu. Apalagi pada kedua turnamen tahun ini yang kita saksikan.

Sepak Bola dan Identitas

Jogobonito adalah suatu gaya sepak bola yang sangat menonjol yang, disamping bertujuan mencapai kemenangan, tetapi juga menghibur.

Style jogobonito ini secara nyata, telah mengantarkan Brazil sebagai team yang memperoleh piala dunia terbanyak, bahkan piala Juliet Rimes.

Brazil mencatat menjadi juara piala dunia terbanyak, 5 kali. Juga menjadi raja Copa Amerika.

Jogobonito juga melahirkan para pemain-pemain hebat di dunia, semacam Pele, Zico, Romario, Rivaldo, Ronaldo Da Lima, Ronaldinho, hingga Neymar Junior.

Pada gelaran piala Copa Amerika kali ini, tidak ada jogobonito Brazil. Neymar tidak masuk team.

Neymar adalah representasi jogobonitonya Brasil dalm 10 tahun terakhir ini. Dan barangkali juga, Neymar adalah generasi terakhir jogobonito.

Setelah era Neymar berakhir, Brazil memainkan sepak bola standar yang pragmatis. Pegang bola, passing, dan berlari.

Demikian juga kick and rushnya Inggris, Cattanacionya Italia, dan staying powernya Jerman, sekarang tidak terlihat lagi.

Pendekatan Akademis Sepak Bola

Alan Sharer, saya kira adalah generasi terakhir kick and rushnya Inggris. Leonardo Benucci adalah generasi terakhir cattanationya Italia.

Dan Michael Ballack adalah pemain penutup staying powernya Jerman. Setelah era mereka berakhir, berakhir pulalah identitas permainan sepak bola, menuju identitas sepak bola global yang modern.

Bakat-bakat alami menghilang, diganti dengan pemain-pemain bola yang lahir dari akademi-akademi.

Baca juga Sepak Bola Liga Santri Warnai Hari Santri Nasional MWCNU Kroya

Pemain bola bisa dididik melalui suatu pendekatan ilmiah. Pelatihan yang terstruktur, pemberian menu latihan dan makan yang terukur.

Kekuatan otot juga bisa dibentuk dengan ilmu pengetahuan. Inilah sepak bola modern yang makin hari makin kehilangan bakat-bakat alami yang mengesankan.

Dunia sepak bola kehilangan pemain-pemain yang membuat beda suatu permainan.

Baca juga Tradisi Piala Bergilir Untuk Pengantin IPNU IPPNU

Kehilangan Besar

Dunia sepak bola kehilangan aktor-aktor kreatifnya semacam Andrea Pirlo, Roberto Baggio, Brian Robson, Andi Muller, Bebeto, Ronaldo, Redondo, Ronaldinho, dan tentu Ronaldo Luis Nazario.

Yang ada sekarang adalah para pemain yang ingin mencetak gol dengan mengabaikan bagaimana dan dengan cara apa mereka mencetak gol, dianggap tidak penting lagi.

Yang penting menang dan gol. Sepak bola tidak ada lagi melihat gaya Ronaldinho atau Ronaldo mencetak gol.

Juga tidak ada lagi bagaimana cara Neymar melewati lawan. Juga tidak dapat menyaksikan Parnembucano mencetak gol melalui tendangan bebas.

Baca juga Ghirah, Gairah, Nasionalisme Dalam Katalisator Sepak Bola

Atau bagaimana Coutinho mencetak gol di sudut tiang jauh melalui tendangan melengkung. Juga kita tidak bisa melihat lagi bagaimana Andrea Pirlo atau Baggio memberi umpan di ruang sempit kepada para strikernya.

Saat ini kita hanya bisa melihat passing-passing dan umpan standar, bahkan suatu ritme permainan acak yang dimainkan para pemain bola di lapangan. Sebuah tontonan yang menjemukan. Tetapi tetap ditonton karena tak ada pilihan lagi.

Pojok Cilacap, 140624
Toufik Imtihani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button