Mengapa Bisa Terjadi Perbedaan Penentuan Awal Syawal ?

NU CILACAP ONLINE – Penentuan Awal Syawal 1444 H di Indonesia berpotensi terjadi perbedaan. Sehingga seringkali muncul pertanyaan dari masyarakat terkait hal tersebut.

Mengapa Penentuan Awal Syawal 1444 H di Indonesai berpotensi terjadi perbedaan antara NU dan Muhammadiyah? Jawab: Karena perbedaan kriteria dalam menentukan awal bulan hijriyah.

Penjelasan:

  1. Penentuan awal bulan hijriyah menurut NU
  • Dalam penyusunan kalender/almanak, NU menggunakan kriteria : “Tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi hilal minimal 6,4 derajat:. Kriteria ini sama dengan kriteria yang digunakan oleh Kementerian Agama RI yang mengacu hasil kesepakatan Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).Kriteria ini menjadi dasar pembentukan almanak NU dan dasar penerimaan laporan rukyah hilal dalam penentuan awal bulan Hijriyah pada kalender Nahdlatul Ulama.
  • Dalam kaitan pelaksanaan ibadah, bagi NU, kalender yang tersusun/data hisab yang ada itu bersifat prediktif. Hal ini disandarkan pada hadis Nabi Muhammad Saw.:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‌صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ (رواه البخاري).

Nabi Muhammad Saw.: “Berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah (akhirilah puasa) karena melihat hilal. Apabila tertutup awan, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari).

Berdasar Hadis ini, maka ikhbar awal Syawal 144 H nanti akan didasarkan pada hasil rukyatul hilal pada tanggal 29 Ramadhan 1444 H. Hasil hisab yang ada harus dikonfirmasi dan diverivikasi dulu dengan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal bil fi’li).

Mengingat data hilal awal Syawal 1444 H, posisi hilal belum mencapai batas imkanur rukyah, tinggi hilal se Indonesia masih di bawah 3 derajat dan elongasi kurang dari 6.4 derajat, maka berdasar kriteria imkanur rukyah, hilal tidak mungkin terlihat dan oleh karenanya bulan Ramadhan 1444 H digenapkan bilangannya menjadi 30 hari, sehingga awal Syawal diprediksi jatuh pada hari Sabtu, 22 April 2023. Namun demikian, ikhbar dan isbat awal Syawal 1444 H akan dilakukan setelah dilakukan rukyatul hilal bil-fi’li sebagai sarana untuk menverifikasi hasil hisab.

  1. Penentuan awal bulan hijriyah menurut Muhamadiyah

Penentuan awal bulan hijriyah berdasarkan hadis di atas menggunakan kriteria Wujudul Hilal (WH).  Substansi hadis di atas dipahami bahwa wujudul hilal menjadi dasar penentuan awal bulan baru, meskipun tidak bisa terlihat. Berdasarkan kriteria ini, awal bulan Syawal 1444 H jatuh pada hari jum’at, 21 April 2023. Hal ini dikarenakan telah terpenuhinya 3 unsur dalam kriteria Wujudul Hilal, yaitu: (1) telah terjadi ijtimak, (2) ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, dan (3) pada saat matahari terbenam, piringan atas Bblan masih di atas ufuk.

Inilah yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan antara NU dan Muhammadiyah. Tinggal hilal awal Syawal 1444 H di Indonesia sudah wujud karena tingginya sudah di atas 0 derajat, seperti di tempat Observasi Hilal Pedalen Kebumen, tinggi hilal awal Syawal 1444 H adalah 1 derajat 50 menit. Karena hilal sudah wujud di Hari Kamis Legi 29 Ramadhan 1444 H/20 April 2023, maka 1 Syawal menurut Muhamadiyah jatuh hari Jumat Pahing, 21 April 2023; Sedangkan bagi NU, mengingat tinggi hilal belum mencapai batas imkanur rukyah, maka awal Syawal 1444 H jatuh pada hari Sabtu Pon, 22 April 2023, setelah diverifikasi dengan rukyatul hilal bil-fi’li.

  1. Di Jawa khususnya, juga terdapat pengamal hisab Aboge yang kemungkinan juga berbeda, bagaimana sikap kita terhadap mereka?

Jawab: Sebenarnya, hisab aboge ini tidak diperuntukkan untuk penentuan awal bulan hijriyah, termasuk awal Syawal 1444 H, mengingat hisab Aboge ini merupakan hisab ‘urfi kalender Jawa Islam yang terkadang cocok dengan kalender Hijriyah dan terkadang tidak cocok. Di samping itu, hisab ABOGE ini sebenarnya sudah kedaluarsa, mengingat dalam penentuan awal bulan Jawa Islam, sekarang sudah menggunakan rumus ASAPON. Hal ini dikarenakan setiap serratus dua puluh tahun sekali dilakukan perubahan agar mendekati kalender hijryah.

NoHURUFJAWAMASEHIMASA
1AJumgi1 Sura 1555 – 30 Besar 162611 Juli 1633 – 22 Juni 170372 Tahun
2Amiswon1 Sura 1627 – 30 Besar 174623 Juni 1703 – 11 Agus 1819120 Tahun
3Aboge1 Sura 1747 – 30 Besar 186612 Agus 1819 – 17 Pebr 1936120 Tahun
4Asapon1 Sura 1867 – 30 Besar 198617 Pebr 1936 – 26 Agus 2052120 Tahun
5Anenhing1 Sura 1987 – 30 Besar 210727 Agus 2052 – 19 Mar 2168120 Tahun

 

Walaupun demikian, karena ada yang mengamalkan, maka sedikit saya sampaikan sistem hisab ABOGE ini.

Rumus yang digunakan adalah:

Rumus Tahun Islam Aboge

 Untuk menggunakan rumus ini, harus diketaui terlebih dahulu nama tahun yang dimaksud. Caranya adalah tahun yang dimaksud dibagi 8, sisanya disesuaikan dengan table berikut:

1.و3.ا5.ج اول7.د
2.ج آخر4.هـ6.ز8.ب

Tahun yang sedang berjalan sekarang adalah tahun  1956, setelah dibagi 8 ditemukan sisa 4, sehingga tahun 1956 adalah tahun Ha. Setelah diketahui tahun Ha, baru dimasukan rumus ABOGE, ditemukan Ha had ponah, artinya Tahun Ha itu tanggal satu Suro-nya adalah hari Ahad Pon. Setelah diketahui tanggal satu suronya adalah Ahad Pon, kemudian dimasukan rumus berikut:

* رَمَا (جِي جِيَا) فَرْ (لُوْ جِي) عُوَلْ (فَفَتْ لِيْمَا) 

رَعُوْخِيرْ (نمَا) دِيْ وَالْ (فِيتُوْفَتْ) دِي خِيرْ (رَوْفَتْ)

     *  رَجَبْ (لُوْ تلُوْ) بَنْ (مَا لُوْ) ضَانْ (نمْ رَوْ) وَلْ (جِي رَوْ) 

دَهْ (رَوْجِي جِيَا) جَهْ (فَتْ جِيَا) وَاشْكُرُوا للهِ

Dari bait tersebut ditemukan Waljiro, artinya awal Syawal itu angkanya siji (satu) untuk hari dan loro (dua) untuk pasaran. Satu itu dihitung dari Ahad (karena satu Suronya hari Ahad), dan dua dimulai dari Pon (karena tanggal satu Suro pasarannya Pon). Sehingga diketahui, menurut hisab ABOGE, 1 Syawal 1444 H jatuh pada Ahad Wage.

Namun sekali lagi, sebaiknya hisab ABOGE ini jangan dipakai untuk penentuan awal bulan hijriyah, karena tidak bukan peruntukannya.

  1. Bagaimana sikap kita sebagai warga NU terhadap kelompok lain yang berbeda?

Jawab: Sikap kita tentu meneladani sikap para Ulama dan para Kiai . Guru kita mengajarkan sikap tasamuh (toleransi). Jika Ikhbar dari PBNU dan Itsbat dari Pemerintah RI tanggal 1 Syawal 1444 H jatuh pada hari Sabtu Pon, tanggal 22 April 2023, maka bagi kita, itulah yang benar. Terhadap pihak lain yang menentukan berbeda, kita menghormati dan menghargai pendapat mereka.

Semoga kita semua tetap hidup damai dan selamat fid-dun-ya wal-akhiroh, Amiiin.

(Oleh: Misbahus Surur, Dosen Ilmu Falak UNUGHA Cilacap)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button