Hercules, Selayang Pandang Jalan Hidup Jagoan Tanah Abang

NU CILACAP ONLINE – Hercules memiliki nama asli Rosario de Marshall, dikenal pimpinan gangster, jagoan Tanah Abang, namun, siapa yang menyangka, di sepenggal jalan hidup dan di usia senjanya Hercules mau mesantren, nyantri, meniti jalan tobat, belajar ilmu agama kepada guru, kiai, tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.

Di Pesantren Ora Aji Sleman, Yogyakarta itu Hercules seringkali terlihat bersama kiainya. Hercules memanggil Gus Miftah dengan panggilan ‘Abah’.

Membaca kisah sejarah pengalaman hidup seseorang kita akan bisa membayangkan dan banyak belajar darinya. Kisah mereka memberikan pelajaran, menawarkan sikap budaya, yang buruk dibenamkan yang baik ditegakkan.

Kita akan dibuatnya tahu siapa dia, dari mana dia, dan bagaimana mereka bisa memberi dan menginspirasi, dan kita mendapat makna hikmah dari pengalaman hidup mereka. Sejarah serupa tetumbuhan makna dan kita ditantang untuk merawatnya.

Baru-baru ini publik terutama kalangan Nahdliyin dikejutkan kisah seorang Hercules yang taubat berkat bimbingan sang guru. Sebuah kisah bisa jadi buat kita takjub, terkadang terasa memilukan dengan bejibun pilu atas pengalaman hidup di masa lalu.

Hercules, Gus Miftah dan Gus Ipang

Jalan hidup seseorang bisa berubah, begitupun Jalan Hidup Hercules. Baru-baru ini dia terlihat mengunjungi rumah Sekretaris Jenderal PBNU Ahmad Helmy Faisal Zaini didampingi Gus Miftah, Gus Ipang (cicit KH M Hasyim Asy’ari) dan Ustadz Yusuf Mansyur.

“Tadi Abah (Gus Miftah) telepon kalau mau ke rumah Pak Sekjen. Saya tanya boleh ikut apa tidak. Dibilang boleh akhirnya saya ke sini,” jelas Hercules seperti dikutip dari unggahan Instagram @ipangwahid, Jumat (24/9/2021).

Dalam kesempatan silaturahmi di kediaman sekjen itu, Hercules -seolah’ jadi bintang tamu. Bertubi pertanyaan ditujukan kepadanya. Dia jawab ceritakan seperlunya. Disampaikan bahwa dirinya (Hercules-red) sudah mengalami dan menempuh  jalan hidup yang sulit dan bahaya. Matanya pernah ditembak tapi tidak wafat. Ia pernah dibacok ratusan kali, namun Allah belum mengizinkan ia meninggal dunia.

Sekjen PBNU H Ahmad Helmy Faisal Zaini sempat bertanya alasan mata Hercules yang berbeda antara kiri dan kanan. Dengan santai Hercules menjawab bahwa matanya yang kanan berbeda karena pernah ditembak dari jarak satu meter.

Hal itu menyebabkan matanya terluka dan agak masuk ke dalam. Selain itu ia juga dikeroyok ratusan orang dengan celurit dan samurai.

Lalu Sekjen Helmy menanyakan alasan Hercules bertaubat dan memilih mendekatkan dirinya kepada Allah. Hercules menjawab bahwa semua manusia hidup terbatas oleh waktu dan usia. Ketika wafat maka tidak ada yang bisa dibanggakan kecuali amal baik.

“Karena belum waktunya, makanya saya tidak mati. Meskipun sudah dibacok ratusan orang. Yang di atas belum mengizinkan,” imbuhnya.

Hercules yang saat itu memakai peci ‘kethu’ mengaku telah memiliki kebiasaan yang berbeda saat ini. Setiap Jumat selalu memberikan makan ratusan anak yatim dan sering puasa. Disampaikan saban hari Jumat ada sekitar 250-300 anak yatim diundang ke rumahnya. Ia juga baru menjalani puasa dari Senin-Kamis.

“Kita hidup sementara. Jika ibarat tangan kotor, tangan saya ini sudah sangat kotor sekali. Umur kita tidak lama. Mau apa lagi,” ujar Hercules.

Dalam kongkow santai itu, para tokoh-tokoh muda NU itu mendengar perjalanan hidup dari gelap menuju terang Hercules, banyak bisa menarik hikmah yang sangat luar biasa. Menurut Gus Miftah, sosok Hercules besok di akhirat adalah penyelamatnya di hadapan pengadilan Allah.

“Ketika saya tidak masuk surga, nanti Maung Hercules menarik saya, itu guru saya. Tolong dimasukkan ke surga,” tandas Gus Miftah.

Hercules Jagoan Tanah Abang

Bernama lengkap Hercules Rosario Marshal. Ia seorang pejuang yang pro terhadap NKRI ketika terjadi ketegangan Timor-timur sebelum akhirnya merdeka pada tahun 1999. Sosoknya yang berkarisma hingga dipercaya pasukan TNI, di konflik Timor-timur kala itu, memegang logistik oleh KOPASUS dalam operasi di Tim-tim.

Dalam operasi di Tim-tim itu, Hercules tertimpa nasib yang kurang beruntung hingga berakibat pada kondisi fisik dan penampilannya. Mata kanannya cacat dan begitu juga tangan kanannya, hilang hingga siku. Musibah yang dialaminya di Tim-tim kala membuatnya harus dirawat intensif di RSPAD Jakarta hingga pulih.

Saat pulih, petualangannya di ibukota Jakarta pun dimulai. Pengakuan Hercules, dirinya masuk ke Jakarta sekitar tahun 1987. Awalnya Hercules berkecimpung di Hankam Seroja yang menampung dan memberdayakan penyandang cacat seperti dirinya yang mendapat luka cacat dalam Operasi Seroja di Timor-timur.

Di Hankam Seroja, ia mendapatkan pelatihan keterampilan. “Saat itu saya sudah main ke Tanah Abang dan setelah selesai di Hankam, saya ke Tanah Abang lagi. Saya merebut daerah hitam dan di situ pertarungan sengit. Hampir tiap malam ada orang mati,” kata Hercules mengurai jalan hidup nya

Bersama teman-temannya dari Timor Timur, dia mulai membangun daerah kekuasannya di Tanah Abang. Dari kelompok kecil, hingga Hercules membawahi sekitar 17.000 orang ‘pasukannya’ yang tersebar di seluruh DKI Jakarta.

Dan dari situlah perjalanan hidupnya menjadi Hercules yang di kenal sampai sekarang, ia jalani. Hidup di Jakarta tepatnya di daerah Tanah Abang yang terkenal dengan daerah ‘Lembah Hitam’, seperti diungkapkan Hercules daerah itu disebutnya sebagai daerah yang tak bertuan, bahkan setiap malamnya kerap terjadi pembacokan dan perkelahian antar preman.

Hampir setiap malam pertarungan demi pertarungan harus dia hadapi. “Waktu itu saya masih tidur di kolong-kolong jembatan. Tidur nggak bisa tenang. Pedang selalu menempel di badan. Mandi juga selalu bawa pedang. Sebab setiap saat musuh bisa menyerang,” ungkapnya

Rasanya tidak percaya Hercules menjadi sosok preman yang paling ditakuti, setidaknya di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Badannya kurus. Hanya tangan kirinya yang berfungsi dengan baik. Sedangkan tangan kananya sebatas siku menggunakan tangan palsu. Sementara bola mata kanannya sudah digantikan dengan bola mata buatan.

Tapi setiap kali nama Hercules disebut, yang terbayang adalah kengerian. Banyak sudah cerita tentang sepak terjang Hercules dan kelompoknya. Sebut saja kasus penyerbuan Harian Indopos gara-gara Hercules merasa pemberitaan di suratkabar itu merugikan dia. Juga tentang pendudukan tanah di beberapa kawasan Jakarta yang menyebabkan terjadi bentrokan antar-preman.

Belum lagi sejumlah tawuran antar-geng yang merenggut korban jiwa atau luka-luka. Sejak pertengahan 80-an kelompok Hercules malang melintang di kawasan perdagangan Tanah Abang. Tak heran jika bagi warga Jakarta dan sekitarnya, nama Hercules identik dengan Tanah Abang.

Banyak cerita dari pria yang bernama lengkap Hercules Rosario de Marshal ini. Mulai sepak terjangnya ketika memulai menjadi preman di Jakarta, isu kedekatannya dengan Prabowo Subianto, hingga pengakuannya yang kini belum pernah membunuh orang dan soal mitos yang menyebut dirinya kebal peluru.

Meski tubuhnya kecil, Hercules kelahiran Timtim (kini Timor Leste) 54 tahun lalu diakui sangat besar. Dalam tawuran antar-kelompok Hercules sering memimpin langsung. Konon cerita, pernah suatu kali dia dijebak dan dibacok 16 bacokan hingga harus masuk ICU, tapi ternyata tak kunjung tewas.

Bahkan dalam suatu perkelahian, sebuah peluru menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala tapi tak juga membuat nyawa pemuda berambut keriting ini tamat. Ada isu dia memang punya ilmu kebal yang diperolehnya dari seorang pendekar di Badui Dalam.

Pada suatu kesempatan ada yang mencoba menanyakan salah satu mitos yang beredar di kalangan masyarakat adalah apakah Hercules kebal peluru?

Dengan tersenyum Hercules, membantah hal itu. “Kita tidak kebal peluru. Kita selalu selamat karena berbuat amal, membantu anak yatim piatu. Doa mereka yang selalu membuat saya selamat,” ungkapnya.

Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB)

Namun kini, Hercules tak seperti dulu lagi. Di balik cerita-cerita seram mengenai dirinya, jarang yang mengetahui bahwa ternyata Hercules adalah penerima penghargaan Bintang Seroja dari pemerintah, saat bergerilya di Timor Timur.

Di balik sosok dirinya yang sangar, ada sisi lain yang belum banyak diketahui orang. Dalam banyak peristiwa kebakaran, ternyata Hercules menyumbang berton-ton beras kepada para korban. Termasuk buku-buku tulis dan buku pelajaran bagi anak-anak korban kebakaran.

Begitu juga ketika terjadi bencana tsunami di beberapa wilayah, Hercules memberi sumbangan beras dan pakaian. Soal beras, memang tidak menjadi soal baginya karena dia memiliki tujuh hektar sawah di daerah Indramayu, Jawa Barat.

Bahkan ada juga bantuan bahan bangunan dan semen untuk pembangunan masjid-masjid. Sisi lain yang menarik dari Hercules adalah kepeduliannya pada pendidikan. “Saya memang tidak tamat SMA. Tapi saya menyadari pendidikan itu penting,” ujar ayah tiga anak ini yang menyekolahkan ketiga anaknya di sebuah sekolah internasional.

Mengenai pertobatannya, ia mengakui sejak tahun 2006 lalu. Kini Jalan Hidup Hercules bergeser, menapaki dunia bisnis di bidang perkapalan dan perikanan.

“Manusia hidup sementara. Mati akan dipanggil satu-satu, tinggal menunggu kematian. Sekarang, saya sadar, saya bertobat, masuk dunia bisnis dan membantu manusia yang membutuhkan,” kata Hercules.

Hercules juga membuat ormas yang disebutnya sebagai Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB). Dengan ormas ini dia berharap dapat membantu masyarakat lainya yang terkena musibah.

Mengutip Tebuireng Initiatif, Hercules adalah tokoh yang cukup terkenal di Tanah Abang. Terutama di dalam dunia hitamnya Jakarta. Setelah keluar dari penjara terkait kasus penyerobotan lahan, Hercules mulai menata hidupnya. Ia meninggalkan dunia hitam sebagai preman. Kini, selain menekuni bisnis. Hercules bertekad membesarkan ormas yang didirikannya Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) bergerak di bidang sosial.

Kesaksian tentang perubahan Hercules diceritakan juga oleh Gus Ipang Wahid atau Irfan Asy’ari Sudirman Wahid di akun instagram pribadinya @ipangwahid, Jumat (24/9). Ipang juga sempat menceritakan sosok Hercules pada 2 September 2021. “Mendengar kisah Ketua Umum GRIB yang anggotanya 1,4 juta orang itu seperti menonton film,” jelas Ipang

Soal kedekatan Hercules dengan Prabowo Subianto, dia tak menampik hal itu. Namun, kedekatan dirinya itu lantaran dirinya sama-sama alumni dari Timor Timur. Ditambahkan, beberapa orang yang terlibat semasa konflik di Tim-Tim juga diakui dekat dengan dia, “bukan hanya dia saja. Tidak ada hubungan selain soal emosional saja.” terangnya.

Premanisme

Diakuinya, dia beberapa kali berurusan dengan kepolisian. Meski pernah dipenjara beberapa waktu, Hercules mengakui hingga saat ini dirinya belum pernah sekali pun melakukan tindakan pembunuhan dan pemerasan.

Dalam kasus penyerangan ke kamar Jenazah RSCM, Hercules menyebutkan saat itu ditahan selama 60 hari dan pada kasus penyerangan kantor Indopos, dirinya ditahan selama 40 hari.

“Saya tidak pernah ditahan karena membunuh orang, memeras orang. Nama saya di kepolisian bersih. Mudah-mudahan selalu bersih,” ucapnya.

Dalam kasus premanisme, ia punya penilaian, banyaknya preman yang muncul dikarenakan masalah pendidikan dan tidak dimilikinya keterampilan untuk berkembang. Namun sebenarnya orang jadi jahat itu lantaran miskin.

“Miskin, orang gak punya bukan hanya urusan uang, materi tapi miskin kemampuan, tak punya bekal ilmu kelola hawa nafsu. Nah itu, Akar timbulnya segala kejahatan.”

Disampaikan biasanya semua preman itu berakhir bekerja sebagai debt collector atau penagih utang. Hercules mengakui itu di antara banyak pengikutnya bekerja sebagai debt collector. ”Ya bisanya itu tukang tagih, kalau tidak kerjanya itu, ya pension,” kelakarnya.

Foto: TebuirengInitiatives

Penulis: Imam Hamidi As
Editor: Naely Rokhmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button