Robi’ul Awal; Bulan Maulud Penuh Keteladanan

NU CILACAP ONLINE – Bulan Rabi’ul Awal, sering disebut Bulan Maulud atau Maulid. Karena pada bulan ini, lahir Nabi Muhammad SAW. Dan karena bulan inilah, mayoritas umat Islam merayakan hsri kelahiran Nabinya.

Saya mengabaikan kontroversi kelompok yang membid’ahkan amaliyah Maulud. Itu tidak penting kita bicarakan. Biarlah mereka berbicara apa tentang maulud. Suka-suka mereka.

Muhammad, lahir dari nasab yang mulia. Kakeknya adalah pemimpin Suku Quraish, suku terbesar di Arab kala itu. Jika dirunut ke atas, sampailah nasabnya kepada Nabi Ibrahiem AS, dari jalur Nabi Ismail AS.

Pemimpin besar, lahir dari nasab yang mulia dan baik. Terjaga akhlak dan karakternya. Tidak mungkin seorang Nabi, lahir dari orang tua kafir, sebagaimana disebutkan oleh sekelompok orang yang mengatakan bapak-ibu Nabi kafir, sehingga masuk neraka.

Ketika Nabi lahir, terjadi suatu peristiwa penting. Mekah diserang oleh balatentara Abrahah, Gubernur Yaman yang hendak menghancurkan Ka’bah. Mereka datang ke Mekah dengan mengendarai gajah. Sehingga tahun kelahiran Nabi terkenal sebagai tahun gajah. Serangan dan kehancuran tentara Abrahah diabadikan dalam QS. Al Fiil.

Yang menarik dari kisah sejarah itu adalah, ketika tentara gajah datang menyerang, Abdul Mutholib, kakek Nabi, pemimpin Bangsa Quraish, justru sibuk mengurusi binatang ternaknya. Ditanyakan mengapa itu yang dia lakukan, mengapa tidak mengadakan persiapan untuk melawan tentara Abrahah, untuk melindungi kota Mekah dan Ka’bah?

Konon jawaban Abdul Mutholib adalah, Ka’bah ada yang punya. Biarlah yang punya yang menjaganya. Sedang domba-domba ini aku yang punya, maka aku perlu mengurusinya.

Apa yang dikatakan Abdul Mutholib menjadi kenyataan. Ka’bah diselamatkan oleh Allah, Tuhan yang mempunyai Ka’bah. Hal ini memberi pelajaran bagi kita, bahwa agama ini, Islam, adalah kepunyaan Allah. Allah-lah yang akan menjaganya.

Adapun dengan cara dan dengan melalui siapa Allah menjaga Islam, itu urusan Allah. Kita jangan suka mengklaim, sebagai pembela Islam. Sebab Islam itu mughnian ‘anhu, mencukupi dirinya sendiri, sebagaimana firman Allah dalam QS, Al Hijr:9

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Akulah yang menurunkan Al Quran, dan sekaligus sebagai penjaganya.

Jadi, siapa kita yang mengaku sebagai pembela Islam, sedang Islam dijaga oleh pemiliknya yang Maha Perkasa.

Baca juga Maulid Nabi Muhammad SAW

Kisah Masa Kecil

Nabi lahir sebagai yatim-piatu. Artinya sejak kecil ” keadaan ” telah mendidiknya untuk hidup tidak manja. Tapi mandiri. Pemimpin besar tidak lahir secara instan, dan hidup dalam suasana penuh kemanjaan.

Nabi bahkan pernah menjadi penggembala kambing. Suatu pralambang bahwa Dia akan menjadi ” penggembala ” bagi umatnya.

Setelah yatim-piatu, Muhammad berada dalam pengasuhan kakeknya, pemimpin Bangsa Quraish yang berwibawa. Kewibawaan yang besar, sampai diceritakan, bahwa orang-orang Quraish pun berjalan membungkuk jika melewati ” singgasana” Abdul Mutholib.

Sampai suwaktu waktu, Muhammad kecil bermain-main di atas kursi kakeknya yang keramat itu. Hal ini menyebabkan ada orang Quraish yang menegurnya. Bahwa tindakan Muhammad itu, ” saru”, kurang ajar, sebab bermain-main di atas singgasana yang mulia.

Mendengar teguran kepada cucunya itu, Abdul Mutholib mengatakan, agar dibiarkan saja Muhammad bermain-main di singgasananya, sebab kelak Muhammad akan menjadi orang besar, melebihi dirinya.

Baca juga Harlah Muslimat NU Karangpucung Penuh Dengan Apresiasi

Kata adalah doa. Umur Muhammad kala itu, mungkin antara 5-6 tahun. Lebih dari 30 tahun kemudian, apa yang dikatakan Abdul Mutholib menjadi kenyataan. Di usia 40 tahun, Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Abdul Mutholib kakek yang berdoa itu, sudah lama wafat. Dia tidak pernah menyaksikan bahwa 30 tahun kemudian, doanya dikabulkan oleh Allah.

Ini pelajaran berharga bagi kita. Doa pasti dikabulkan, entah kapan. Dan entah kita melihat, merasakan atau menikmati atau tidak. Kita harus selalu optimis, bahwa Tuhan tak akan menyia-nyiakan doa hamba-Nya.

Doa bisa menjadi investasi masa depan untuk anak cucu kita. Tak harus kita yang menikmatinya, walaupun kita yang berdoa.

Setelah kakeknya wafat, Muhammad berada dalam asuhan pamannya, Abu Tholib. Ini penting bagi Muhammad, calon pemimpin besar, untuk memahami karakter orang-orang yang berbeda.

Pergaulan dengan banyak orang, akan melatih social skil-nya, dan itu penting bagi tugas dakwahnya sebagai Nabi di masa yang akan datang.

Walau hidup miskin, Abu Tholib adalah sosok yang terhormat. Kemisknannya tidak menghalanginya untuk mengasuh dan menyayangi keponakannya.

Kaya bukan ditentukan oleh banyaknya harta, tetapi kaya itu ditentukan oleh kelapangan hati. Seperti Abu Tholib ini.

Surat Ali ‘Imran Ayat 134 menyebutkan:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Abu Tholib adalah seorang pedagang. Pada suatu waktu Muhammad diajak ke Syam untuk berdagang. Di tengah perjalanan, Abu Tholib mampir ke rumah seorang Pendeta yang bernama Bukhaero.

Namun Muhammad ditinggal di luar rumah. Namun Bukhaero melihat nubuwwah berada di depan rumahnya. Bukhaero melihat awan menaungi anak kecil yang ditinggal oleh Abu Tholib di depan rumahnya.

Setelah bertanya dan dijelaskan oleh Abu Tholib, bahwa anak kecil yang di luar adalah keponakannya, Bukhairo segera mendatanginya. Dan meminta anak kecil itu memperlihatkan punggungnya. Di situ Bukhaero melihat secara yakin, bahwa inilah Nabi yang dikabarkan oleh al kitab.

Seketika Bukhairo membaca dua kalimat syahadat sebagai tanda ia beriman dan berislam kepada Muhammad sebagai utusan Allah.

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ

Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. [Ash Shaf / 61 : 6].

Bukhairo adalah ciri orang beriman dan berilmu. Imannya dilandasi oleh ilmu, dan ilmunya membawanya kepada keimanan, makrifatullah. Orang beriman jika diperintah, maka ia sami’na wa atho’na. Iman itu tanpa syarat. Take for garantie.

Quran Surat Al-Anfal Ayat 2 menyebutkan:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Arti: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Dalam QS, An Nuur 51 Allah berfirman:

اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Membicarakan kelahiran Muhammad tentu ada konteks masa lalu, saat itu dan yang akan datang. Kehidupan masa kecilnya, dan suasana yang terjadi sangat penuh dengan pelajaran. Banyak keteladanan yang dapat diambil dari kehidupan Muhammad. T

idak saja dari kehidupannya setelah menjadi Nabi, itu pasti. Tapi kehidupan pra-Nabinya pun penuh memancarkan banyak pelajaran untuk kita. Demikian pula kehidupan setelah wafatnya.

Semua mewarisi sifat-sifat yang terbaik dari semua manusia. Dalam kurun satu generasi dari kenabiannya, Muhammad telah berhasil membangun suatu peradaban agung.

Baca juga Ziarah Ke Makam Habib Thoha Semarang

Orang-orang kemudian menamainya sebagai masyarakat Madani atau Mutamaddin (civil society). Semua menandakan bahwa Muhammad adalah figur yang besar. Maka tidak heran jika Micel D Hart dalam bukunya Seratus Tokoh Berpengaruh, menempatkan Nabi Muhammad SAW dalam urutan nomor satu.

Benarlah firman Allah dalam Quran Surat Al-Ahzab Ayat 21

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Sungguh ada untuk dirimu pada diri rasulullah suatu teladan yang baik, yaitu bagi orang-orang yang meyakini pertemuan dengan Allah dan hari akherat, dan orang-orang yang mengingat Allah sebanyak-banyaknya.

Pojok Cilacap, 13 Oktober 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button