Ziarah Ke Makam Habib Thoha Semarang
Kakek Buyut Habib Luthfi Bin Yahya
NU Cilacap Online – Kota Semarang tak hanya kaya dengan peninggalan sejarah, tetapi juga kaya akan jejak para ulama dan wali. Di antara makam wali itu adalah Habib Thoha bin Muhammad Bin Yahya Depok Semarang. Konon dia adalah kakek dari Rais Am Idaroh Aliyah Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabarah Al nahdliyah (JATMAN) Habib Lutfi Bin Yahya Pekalongan.
Makam Habib Thoha
Siapa Habib Thoha? Habib Thoha dijuluki Mbah Kramat Depok, Semarang sesuai dengan nama perkampungan di mana beliau dimakamkan. Lokasi makamnya tepat di belakang Kantor BCA Jalan Pemuda Semarang dan berdampingan dengan gedung-gedung megah lainnya.
Letaknya persis di depan jalan raya sehingga mudah dijangkau. Tak ada papan nama di depan karena memang makam belum diresmikan. Begitu juga dengan lahan parkir juga belum tersedia. Namun demikian tak menyurutkan semangat para peziarah untuk berziarah di sana.
Memasuki area makam, sejuknya lantai marmer akan langsung menyambut telapak kaki kita. Itu karena pengunjung diharuskan melepas alas kakinya dan meletakkan di rak yang telah disediakan. Beberapa orang banser tampak siaga berjaga di sebuah ruangan yang ada di samping pintu masuk. Mereka akan menyambut para peziarah dengan ramah.
Sementara itu, mata kita akan disambut oleh indahnya pohon-pohon kurma yang berdiri di kiri-kanan tumbuh di sela-sela lantai berpadu dengan bangunan arsitektur bernuansa timur tengah membuat peziarah serasa di Madinah.
Sorot lampu menambah keindahan pemandangan di sana karena kebetulan hari telah malam saat NU Cilacap Online tiba di Makam Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya yang beralamat di Kembangsari, Semarang Tengah, Jawa Tengah.
Untuk bangunan makam sendiri didominasi warna krem dengan kombinasi dinding berlubang. Sekilas bangunan tersebut mirip dengan makam putra beliau Habib Hasan Bin Thoha Bin Yahya yang berlokasi di Lamper Kidul Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang.
Di atas makam terdapat lampu hias utama yang hanya dinyalakan pada malam Jumat. Sedangkan untuk lantai tertutup oleh karpet merah lembut yang membuat nyaman para peziarah.
Di sebelah utara makam terdapat sumur keramat peninggalan Habib Thoha. Umumnya para peziarah akan mengambil air di sumur tersebut untuk diminum atau dibawa pulang. Air dari sumur tersebut diyakini membawa keberkahan.
Perjalanan Hidup Habib Thoha
Habib Thoha bin Yahya memiliki As-Habib Tohir merupakan seorang guru besar para sultan, adipati, maupun senopati di wilayah Jawa. Karena Keallamahan dan Kesalihannya pula, beliau mendapat gelar keraton dengan nama Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Prawiro Kusumo.
Julukan Thohir ia sandang lantaran banyaknya putri-putri beliau yang berjumlah 15 orang dan semuanya menjadi ulama atau auliya. Di antara putranya adalah Habib Hasan Bin Toha Semarang yang berjuluk Singo Barong, Habib Hamid atau Pangeran Dinegoro, dan Habib Sholeh atau Mbah Keramat Sedolaut.
Selain hal itu, Habib Thoha juga dikenal sebagai bapak umat di wilayah Asia Afrika. Sebab sebelum menetap di Mataram, beliau pernah tinggal di beberapa tempat antara lain; Pakistan, India, dan Penang, Malaysia.
Habib Thoha memiliki istri bernama Syarifah Fatimah binti Al-Imam Habib Husein Abubakar Al-Aydrus. Dari pernikahan ini, melahirkan empat Putra yaitu:
1. As Habib Al Syarif Hasan bin Toha bin Yahya dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Soemodiningrat seorang Senopati Mataram. yang di makamkan di Semarang, terkenal juga dengan Kramat Jati.
2. As Habib Al Syarif Husein dengan gelar Sayid Kramat Gunung Tugel beliau seseorang yang menjadi panutan dan guru beberapa ulama besar pada saat itu.
3. As Habib Al Syarif Alwi yang berdomisili di Majalengka dan mempunyai pondok pesantren serta ribuan santri.
4. Syarifah Alawiyah/Aliyah yang bergelar Raden Ayu Dewi Notokusumo (nantinya menjadi istri Sri sultan Hamengkubuwono II).
Perjuangan Habib Thoha
Sekembalinya Al-Imam Habib Husein Abubakar Al-Aydrus ke daerah Sunda Kelapa yang dikenal dengan Luar Batang. Akhirnya beliau berdomisili di tanah yang diberikan oleh Gubernur Batavia saat itu dan meneruskan dakwah di sana sampai beliau wafat.
Pada saat itu Sayid Thoha dan keluarga kemudian berdomisili di daerah Depok Semarang bersama Adipati Semarang waktu itu yaitu Raden Kertoboso atau Sayid Abdullah membantu perjuangan Pangeran Mangkubumi untuk mendirikan Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat.
Akhirnya dengan bantuan banyak pihak dan terutama dukungan Habib Thoha dan beberapa Adipati berdirilah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pangeran Mangkubumi naik tahta dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I. Baca juga Prof KH Ali Yafie Rais Aam PBNU Wafat
Setelah beberapa lama tinggal di Semarang Habib Thoha, kemudian tinggal lagi di Penang. Beberapa waktu kemudian Sayid Thoha mendengar bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono I dibuang ke Penang oleh Belanda. mendengar hal tersebut membuat Sayid Thoha sangat prihatin dan marah.
Kemudian Sayid Thoha membuat surat yang ditujukan kepada Thomas Stanford Rafles yang isinya agar segera mengembalikan Sri Sultan Hamengkubuwono I ke Mataram. Apabila Sir Thomas Stanford Rafles tidak mau maka Sayid Thoha bersama pasukannya akan mengobarkan peperangan di Asia Afrika.
Sir Thomas Stanford Rafles mendengar permintaan dari Sayid Thoha tidak punya pilihan lain yaitu mengembalikan beliau Sri Sultan Hamengkubuwono I ke Tanah Mataram. Sementara Sri Sultan Hamengkubuwono I sendiri meminta kepada Sayid Thoha agar diantar oleh beliau ke Tanah Mataram.
Karena hal itu, ketika di Mataram Sayid Thoha dinikahkan dengan salah seorang putri dari Sri Sultan Hamengkubuwono I karena memang dari sisi usia Sayid Thoha jauh lebih muda dari Sri Sultan Hamengkubuwono I. Akhirnya Sayid Thoha kembali mendiami Depok Semarang.
Putra Putri As-Habib Thoha
Dengan istri Syarifah Aisyah binti Al Imam Hasan bin Imam Abdulloh bin Hasan Al Aydrus melahirkan :
1.As Sayid Al Syarif Abdulloh.
2.As Sayid Al Syarif Abdurrahman.
3. As Sayid Al Syarif Muhammad
4.As Sayid Al Syarif Ahmad Al-Akbar
5.As Sayid Al Syarif Yasin.
6. As Sayid Al Syarif Sholeh Kramat Sedo Laut.
7.As Sayid Al Syarif Abubakar.
8. Syarifah Alwiyah
Dengan Istri Syarifah Fatimah Binti Husein bin Abubakar Al-Aydrus melahirkan :
- As Sayid Al Syarif Ali meninggal di Banten dan dimakamkan di daerah Tanara.
- As Sayid Al Syarif Hasan yang bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Senopati Agung Wedono Lebet Soemodiningrat.
- As Sayid Al Syarif Husein.
- As Sayid Al Syarif Alwi meninggal di Majalengka.
Dengan Istri Raden Ayu Dewi Notokusumo binti Sri Sultan Hamengkubuwono I melahirkan :
As Sayid Al Syarif Hamid / Abdul Hamid ( Pangeran Diponegoro )
As Sayid Al Syarif Ahmad Al-Asghor bergelar Raden Soemonegoro / Raden Soemodirjo meninggal di Jepara.
Syarifah Fatimah
Syarifah Aliyah bergelar Raden Ayu Panji
Putra-putra dari Sayid Thoha selain dibina langsung oleh ayahandanya juga kemudian diberangkatkan ke sumber-sumber ilmu di wilayah Asia Afrika khususnya Haromain, Hadramaut, Mesir dan India. Tidak satu pun dari putra putri beliau yang tidak menjadi alim dan semua menjadi wali quthub.
Al Imam Habib Husein Abu Bakar Al-Aydrus mempunyai istri seorang Syarifah bernama Aminah keturunan bin Yahya kemudian menurunkan satu putri bernama Fatimah. Ia dipersunting kerabat Prawiro Kusumo yang saat itu sedang mendapat tugas khusus dari Kerajaan Mataram untuk melihat kondisi prajurit Kerajaan Mataram yang dikirim ke Teluk Jakarta setelah melakukan pengepungan di Batavia.
Habib Thoha: Panglima Perang
Setelah mereka menikah kemudian menurunkan seorang putri. Kelak putri ini menjadi salah satu istri selir dalem Sri Sultan Hamengkubuwono II yang bernama Raden Ayu Dewi Notokusumo.
Setelah menjadi istri Sri Sultan Hamengkubuwono II kemudian melahirkan beberapa putri dan salah seorang putri beliau yang bernama Bendoro Raden Ayu Nitinegoro dan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono II dinikahkan dengan Habib Hasan bin Thoha bin Muhammad bin Toha bin Yahya.
Pada waktu itu Habib Hasan bin Toha bin Yahya atau yang lebih dikenal dengan Syekh Kramat Jati merupakan Panglima Perang Mataram yang tiada duanya dan tanpa tanding juga sangat setia kepada Sri Sultan Hamengkubuwono II. Beliau diberi gelar Raden Tumenggung Senopati Agung Wedono Lebet Ngayogyakarta Soemodiningrat.
Dari keturunan Habib Hasan bin Muhammad bin Toha bin Yahya ini Syiar Islam berkembang di wilayah Kerajaan Mataram, khususnya perkembangan thariqot di lingkungan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan beberapa kerajaan di Tanah Jawa.
Al-Imam Husein Bin Abu Bakar Al-Aydrus Wafat pada Malam 17 Ramadhan, akan tetapi mengapa acara haul beliau diperingati setiap hari Ahad di akhir bulan Syawal? Karena ini merupakan ijtima’ dari para ulama dan habaib yang saat itu berada di bawah pimpinan Mufti Betawi yaitu Al-habib Utsman Bin Abdullah Bin Yahya.
Para penjajah saat itu masih menguasai dan transportasi yang sangat sulit sekali serta bertepatan dengan keadaan orang-orang yang sedang berpuasa, sehingga diputuskanlah oleh para ulama dan habaib agar pelaksanaan Haul Al-imam Husein Bin Abu Bakar Al-Aydrus diadakan pada akhir Ahad bulan Syawal.
Setelah orang-orang melaksanakan silaturrahim lebaranan barulah kembali berkumpul dan bersilaturrahim di pusara beliau untuk memperingati Haulnya Al-imam Husein Bin Abu Bakar Al-Aydrus.
Baca juga artikel terkait
- Gelar Pelatihan Dakwah, LDNU Cilacap Bidik Generasi Milenial
- KH Nawawi Abdul Djalil Sidogiri, Cicit Sayyid Bakri Syatha
- Pemkot Semarang Tingkatkan Akses Menuju Makam KH Sholeh Darat
Kakek Buyut Habib Luthfi Bin Yahya
Choirul Umam juga aktif sebagai Ketua PAC GP Ansor Tembalang Kota Semarang menuturkan bahwa sebelumnya makam itu jarang diketahui orang. Baru kemudian saat makam Mbah Depok yang berlokasi di Jalan Depok Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Kota Semarang ini dibuka pada tahun 2018 oleh Habib Luthfi Bin Yahya makam tersebut banyak dikunjungi peziarah.
“Pembukaan makam ini pada tahun 2018 oleh beliau Al habib selaku ahli waris. Waktu itu beliau mengutus utusan untuk mencari keberadaan makam tersebut dan dibawalah tanah makam itu kepada Maulana Habib Luthfi,” terang Umam.
Umam juga mengungkap bahwa makam tersebut sempat hendak dibongkar untuk dipindahkan. Namun kemudian orang yang membongkar makam meninggal dunia, hingga akhirnya pemindahan itu pun gagal.
Bila dihitung dari silsilahnya, Habib Luthfi merupakan keturunan Habib Thoha generasi ke enam. Berikut urutan silsilahnya; Habib Lutfi bin Ali (Sapura pekalongan) bin Hasyim (Pekalongan) bin Umar (Indramayu) bin Thoha (Cirebon), bin Hasan (Semarang) bin Thoha Bin Muhammad Bin Yahya (Semarang).
Sebagai ahli waris, Habib Lutfi memegang kewenangan atas makam Mbah Depok. Untuk haul sendiri penyelenggaraanya pada bulan Sawal. Sedangkan kegiatan amaliah rutin setiap Ahad malam Senin berisi khataman Al-Qur’an dan Shalawat.
Menurut penuturan Choirul Umam, salah satu Banser penjaga makam Habib Thoha, nama Depok berasal dari kata pedepokan.
“Hal ini karena waktu itu Habib Thoha mendirikan sebuah perguruan atau padepokan untuk tempat belajar bagi para muridnya. Dari situ pula akhirnya Habib Thoha terkenal dengan julukan Mbah Depok,” kata Umam. (Naeli Rokhmah)
Makam baru ditemukan 2018, Bagaimana cara menemukannya?
Karangan bebasnya bagus, sangat bagus untuk membelokkan sejarah.
aku tertarik kasus ini KRT SUMADININGRAT memiliki 2 versi
1. KRT SUMADININGRAT gugur wafat karena dikepung oleh belanda , beliau dimandikan ditepi kalicode , dimakamkan di Jejeran, Wonokromo, Kec. Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
2. KRT SUMADININGRAT versi ba’alawi. dia bak superhero
a. Habib Hasan yang telah menyatukan kekuatan pasukan Banten dan Cirebon berhasil
b. mendirikan pesantren dan masjid di Desa Ngledok berhasil
c. karomah aliran sungai itu dipindah ke barat yang keberadaannya seperti sampai sekarang, Sebelumnya, arah sungai mengalir dari arah selatan Kuripan mengalir ke tengah kota menikung sebelum tutupan kereta api
d. pertempuran sengit di Pekalongan berhasil menang
e. Sultan Hamengkubuwono II kagum dan menjadikannya menantu.
makam Duku Kelurahan Lamper Kidul Kota Semarang
Assalamualaikum.
Izin bertanya Kyai, Apakah Habib Husein bin Abi Bakar Alaydrus Punya Dua Putri (istri kesatu/berbeda) yang masing-masing juga bernama fatimah..? Pasalnya dari penuturan diatas Istri Habib Toha adalah Fatimah binti Husein bin Abi Bakar Alaydrus (yg kemudian menurunkan Habib Hasan Singobarong), dan Istri Kerabat Prawiro Kusumo juga bernama Fatimah binti Husein bin Abi Bakar Alaydrus (menurunkan putri yg menjadi istri selir Hamengkubuwono II lahirlah anak putri yg nikah habib Hasan Singobarong). Berarti derajat nasabnya Habib Hasan Singobarong dan Istrinya adalah Antar Paman dan Keponakan. Apa Bagaimana..?
Mohon Penjelasan nya lebih detail..??
Sekian Terimakasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.