Konflik Israel-Palestina dari Masa Ke Masa
NU Cilacap Online – Konflik Israel-Palestina yang berlangsung lebih dari 1 Abad ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Dan masa depannya terletak pada masa lalunya, lalu apa inti Konfik tersebut?
Pada kesempatan kali ini NU Cilacap Online akan merangkumnya melansir dari berbagai sumber. Terutama dari media arus utama timur tengah jazirah arab, Aljazeera, inilah riwayat yang dapat dihimpun.
Konflik Israel-Palestina telah merenggut puluhan ribu nyawa dan membuat jutaan orang mengungsi. Peristiwa tersebut berakar pada tindakan kolonial yang dilakukan lebih dari satu abad yang lalu, ketika Israel mendeklarasikan perang terhadap Jalur Gaza.
Setelah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelompok bersenjata Palestina Hamas pada hari Sabtu, 07/10/2023, mata dunia kembali terfokus pada apa yang mungkin terjadi selanjutnya.
Pejuang Hamas telah membunuh lebih dari 800 warga Israel dalam serangan di beberapa kota di Israel selatan. Sebagai tanggapan, Israel melancarkan kampanye senjata pengeboman di Jalur Gaza. Dari serangan itu menewaskan lebih dari 1000 warga Palestina.
Mereka telah memobilisasi pasukan di sepanjang perbatasan Gaza, tampaknya untuk persiapan serangan darat. Dan pada hari Senin, 09/10/2023 mereka mengumumkan “blokade total” terhadap Jalur Gaza.
Juga menghentikan pasokan makanan, bahan bakar dan komoditas penting lainnya ke wilayah kantong yang sudah terkepung tersebut. Sebuah tindakan yang menurut hukum internasional merupakan kejahatan perang.
Namun apa yang terjadi dalam beberapa hari dan minggu mendatang akan menjadi sejarah perang dunia. Selama beberapa dekade, media Barat, akademisi, pakar militer, dan pemimpin dunia menggambarkan konflik Israel-Palestina sebagai konflik yang sulit diselesaikan, rumit, dan menemui jalan buntu.
Berikut riwayat singkat sebagai panduan sederhana untuk bahan pandangan pemecahan salah satu konflik paling panjang yang berlangsung di dunia:
Bagian pertama. Periode 1917 hingga 1939.
Deklarasi Balfour
Lebih dari 100 tahun yang lalu, pada tanggal 2 November 1917, Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, menulis surat yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris.
Surat itu pendek hanya 67 kata, namun isinya mempunyai dampak sistemik terhadap Palestina yang masih terasa hingga saat ini. Hal ini membuat pemerintah Inggris berkomitmen untuk “mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina” dan memfasilitasi “pencapaian tujuan ini”.
Surat tersebut dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Intinya, sebuah kekuatan Eropa yang menjanjikan gerakan Zionis, sebuah negara yang 90 persen penduduknya adalah penduduk asli Arab Palestina.
Mandat Inggris itu dibentuk pada tahun 1923 dan berlangsung hingga tahun 1948. Selama periode tersebut, Inggris memfasilitasi imigrasi massal orang Yahudi. Banyak penduduk baru yang melarikan diri dari Nazisme di Eropa dan mereka juga menghadapi protes dan pemogokan.
Warga Palestina khawatir dengan perubahan demografi negara mereka dan penyitaan tanah mereka oleh Inggris untuk diserahkan kepada pemukim Yahudi.
Lalu apa yang terjadi pada tahun 1930-an?
Meningkatnya ketegangan akhirnya menyebabkan Pemberontakan Arab, yang berlangsung dari tahun 1936 hingga 1939. Pada bulan April 1936, Komite Nasional Arab yang baru dibentuk meminta warga Palestina untuk melancarkan pemogokan umum, menahan pembayaran pajak dan memboikot produk-produk Yahudi. Hal ini untuk memprotes kolonialisme Inggris dan meningkatnya imigrasi Yahudi.
Pemogokan selama enam bulan ini ditindas secara brutal oleh Inggris, yang melancarkan kampanye penangkapan massal dan melakukan pembongkaran rumah. Sebuah praktik yang terus diterapkan Israel terhadap warga Palestina hingga saat ini.
Fase kedua pemberontakan dimulai pada akhir tahun 1937 dan dipimpin oleh Inggris. Yakni oleh gerakan perlawanan petani Palestina, yang menargetkan pasukan Inggris dan kolonialisme.
Pada paruh kedua tahun 1939, Inggris telah mengerahkan 30.000 tentara di Palestina. Desa-desa dibom melalui udara, jam malam diberlakukan, rumah-rumah dibongkar, dan penahanan administratif serta pembunuhan massal tersebar luas.
Bersamaan dengan itu, Inggris berkolaborasi dengan komunitas pemukim Yahudi dan membentuk kelompok-kelompok bersenjata. Serta “pasukan kontra-pemberontakan” yang terdiri dari para pejuang Yahudi bernama Pasukan Malam Khusus.
Di dalam Yishuv, komunitas pemukim pra-negara, senjata diimpor secara diam-diam dan pabrik senjata didirikan untuk memperluas Haganah. Para militer Yahudi yang kemudian menjadi inti tentara Israel.
Dalam tiga tahun pemberontakan tersebut, 5.000 warga Palestina terbunuh. 15.000 hingga 20.000 orang terluka dan 5.600 orang dipenjarakan.
Apa rencana resolusi PBB?
Pada tahun 1947, populasi Yahudi telah membengkak menjadi 33 persen dari seluruh wilayah Palestina. Namun mereka hanya memiliki 6 persen tanah tersebut.