Konflik Palestina-Israel, Intifada 2000 Hingga Perang di Jalur Gaza
Intifada kedua dimulai pada tanggal 28 September 2000. Ketika itu pemimpin oposisi Likud Ariel Sharon melakukan kunjungan provokatif ke kompleks Masjid Al-Aqsa. Ribuan pasukan keamanan saat itu dikerahkan di dalam dan sekitar Kota Tua Yerusalem.
Akibat Intifada 2000 memicu bentrokan antara pengunjuk rasa Palestina dan pasukan Israel menyebabkan tewasnya lima warga Palestina dan melukai 200 orang dalam dua hari. Insiden tersebut memicu pemberontakan bersenjata yang meluas. Selama Intifada, Israel menimbulkan kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perekonomian dan infrastruktur Palestina.
Israel menduduki kembali wilayah yang diperintah oleh Otoritas Palestina dan memulai pembangunan tembok pemisah. Seiring dengan maraknya pembangunan pemukiman, mereka menghancurkan mata pencaharian dan komunitas Palestina.
Pemukiman adalah ilegal menurut hukum internasional. Namun selama bertahun-tahun, ratusan ribu pemukim Yahudi telah pindah ke koloni yang dibangun di atas tanah Palestina yang dicuri.
Ruang bagi warga Palestina semakin menyusut karena jalan dan infrastruktur yang hanya diperuntukkan bagi pemukim membelah Tepi Barat yang diduduki. Hal itu memaksa kota-kota Palestina menjadi stand bantuan. Yakni daerah kantong terisolasi bagi warga kulit hitam Afrika Selatan yang diciptakan oleh rezim apartheid di negara tersebut.
Pada saat Perjanjian Oslo disahkan dan ditandatangani, lebih dari 110.000 pemukim Yahudi tinggal di Tepi Barat. Termasuk Yerusalem Timur. Saat ini, jumlahnya mencapai lebih dari 700.000 orang yang tinggal di lebih dari 100.000 hektar (390 mil persegi) tanah yang diambil alih dari Palestina.
Perpecahan Palestina dan blokade Gaza
Pemimpin PLO Yasser Arafat meninggal pada tahun 2004, dan setahun kemudian, Intifada kedua berakhir. Pemukiman Israel di Jalur Gaza dibongkar, dan tentara Israel serta 9.000 pemukim meninggalkan daerah kantong tersebut.
Setahun kemudian, warga Palestina memberikan suara dalam pemilihan umum untuk pemilu pertama.
Waktu itu Hamas memenangkan mayoritas. Namun, perang saudara Fatah-Hamas pecah, yang berlangsung selama berbulan-bulan, yang mengakibatkan kematian ratusan warga Palestina.
Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza, dan Fatah sebagai partai utama Otoritas Palestina kembali menguasai sebagian wilayah Barat.
Pada bulan Juni 2007, Israel memberlakukan blokade darat, udara dan laut di Jalur Gaza, menuduh Hamas melakukan “terorisme”.
Baca Juga: Konflik Palestina-Israel, Periode Resolusi PBB – Perjanjian Oslo
Perang di Jalur Gaza
Israel telah melancarkan empat serangan militer berkepanjangan di Gaza. Pada tahun 2008, 2012, 2014 dan 2021. Ribuan warga Palestina banyak terbunuh, termasuk anak-anak, dan puluhan ribu rumah, sekolah, dan gedung perkantoran hancur lebur.
Upaya pembangunan kembali direncanakan setelahnya, tapi itu mustahil. Karena pengepungan tersebut menghalangi material konstruksi untuk mencapai Gaza.
Serangan tahun 2008 melibatkan penggunaan senjata yang dilarang secara internasional, seperti gas fosfor.
Pada tahun 2014, dalam kurun waktu 50 hari, Israel membunuh lebih dari 2.100 warga Palestina. Termasuk 1.462 warga sipil dan hampir 500 anak-anak. Selama penyerangan tersebut atau yang disebut “Operasi Perlindungan Tepi” oleh Israel, sekitar 11.000 warga Palestina terluka, 20.000 rumah hancur dan setengah juta orang mengungsi.(IHA)