KH Mahfudz Siddiq, Ketua HBNO (PBNU) 4 Periode

NU Cilacap Online – KH Mahfudz Siddiq adalah Ketua HBNO (PBNU) selama 4 (empat) periode, dan pertama kali terpilih sebagai Presiden (Ketua) Tanfidziyah HBNO (Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama, kini PBNU) pada Muktamar NU ke-12 di Malang, tahun 1937.
Dalam sejarah pelaksanaan Muktamar NU, KH Mahfudz Siddiq beberapa kali terpilih sebagai Ketua Tanfidziyah HBNO. Kemudian KH Mahfudz Siddiq berturut-turut beliau terpilih lagi menduduki jabatan Presiden (Ketua) Tanfidziyah HBNO pada Muktamar ke-13 di Menes, Pandeglang (1938); Muktamar ke-14 di Magelang (1939); dan Muktamar ke-15 di Surabaya (1940).
KH Mahfudz Siddiq sendiri pada mulanya menolak jabatan sebagai Ketua Tanfidziyah HBNO; sekalipun berkali-kali sidang menetapkannya sebagai calon ketua. Suata saat beliau mengatakan; “Dari segi pengalaman dan pengetahuan tentang NU, saya masih belum apa-apa dibanding kiai lain yang lebih senior. Saya keberatan dengan jabatan itu,” tandasnya di depan muktamar.
Muktamar merupakan institusi tertinggi dari organisasi berlambang jagat dan tali itu. Sebelum masa kemerdekaan Muktamar NU terlaksana setiap tahun. Berbeda dengan sekarang, yang 5 tahun sekali [ Baca; Muktamar NU Adalah… ? ]
Selanjutnya, KH Muhammad Hasyim Asyari, adalah satu-satunya tokoh yang berhasil meluluhkan hati KH Mahfudz Siddiq agar tetap bersedia menerima amanat itu. “Kowe kudu gelem, Fudz! (Kamu harus bersedia, Fudz!),” dawuh KH Hasyim Asyari.
Sebagai santri, tentu saja KH Mahfudz tidak bisa berkutik lagi menghadapi permintaan sang guru. Dengan berat hati, amanat muktamar itu lalu diterima. Lalu terjadilah duet harmonis antara KH Hasyim Asyari dan KH Mahfudz Siddiq yang tak ubahnya seperti duet kiai dengan santri.
Itulah sepintas jejak ulama KH Mahfudz Siddiq, yang pernah menjabat sebagai Ketua HBNO (PBNU) selama 4 Periode