Inilah Pola Pengasuhan anak Keluarga Gus Dur

NU Cilacap Online – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2022-2027, Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (77) saat berkunjung ke Majenang kepada wartawan NU Cilacap Online (NUCOM) beliau menuturkan beberapa hal tentang pola pengasuhan anak yang diterapkan dalam keluarga Gus Dur. Inilah Pola Pengasuhan anak keluarga Gus Dur.

Disela-sela waktu santai, saat beliau sudah makan malam, di ruang pastoran Gereja St Theresia Majenang, kami berdua berbincang santai tentunya beliau didampingi oleh 4 asisten para puan yang setia dan juga 10 personil Paspamres yang mengawasi tak jauh dari kami. Saya sendiri ditemani anak-anak untuk tabarukan (ngalap berkah) padanya.

Kendati pada situasi istirahat, paska kegiatan ‘dialog kebangsaan dan buka bersama’ dengan masyarakat Majenang yang berlangsung sejak jam 16.00 – 18.30 WIB di Hall Gereja Paroki St. Theresia Majenang. Jum’at, (21/3/2025) Ibu Nyai Hj Sinta pun tetap ramah menyapa dan memberikan kasihnya pada anak-anak, bahkan ketika mereka dengan iseng bertanya, beliau pun menjawabnya

Adapun perbincangan kami sesungguhnya memang dibatasi waktu oleh tim Paspamres, namun kewenangan tetaplah pada Istri Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Saya mengawali dengan sedikit perbincangan bahwa saya menilai, keluarga Gus Dur adalah keluarga yang harmonis dan demokratis.

Oleh karena saya melihat dari 4 putri beliau bisa menyampaikan argumentasinya bila ada hal yang tidak disepakati.

Nyai Sinta pun menyampaikan beberapa hal prinsip tentang pola asuh anak seperti mas’uliyah (tanggung jawab), fitrah (menghargai keunikan anak), rahmah (semangat kasih sayang), dan uswah (keteladanan).

Mu’asyarah bil Ma’ruf

Di ruang pastoran itu, beliau Nyai Sinta, menuturkan bahwa beliau dalam mengasuh anak-anak dengan melakukan pembagian tugas rumah tangga bersama Gus Dur.

“Intinya, suami dan istri harus saling menghormati dan menghargai, tidak saling memaksakan atau merendahkan,”

“Ketika saya melahirkan anak maka terjadilah pembagian kerja yang baik, yaitu yang disebut mu’asyarah bil ma’ruf (saling kerja sama dalam kebaikan),” ujarnya.

Pendiri Yayasan Puan Amal Hayati ini menuturkan, dalam mengasuh anak sebaiknya orang tua menghindari memerintah atau melarang secara langsung.

Sebagai orang tua penting memberikan gambaran soal konsekuensi logis dari keputusan yang akan dilakukan sang anak.

“Jadi kalau kamu ke timur maka yang kamu temui adalah ini, kemudian kalau kamu ke barat adalah ini. Jadi sekarang keputusan ada pada dirimu,” terang Nyai Sinta.

Adapun Gus Dur selalu menyempatkan waktu untuk anak-anaknya di tengah kesibukannya. Lebih-lebih saat hari ulang tahun anaknya.

“Jadi kalau putrinya ada yang ulang tahun maka dia bebas beli buku berapa saja, sedangkan yang tidak ulang tahun hanya boleh beli buku satu,” kenangnya. (IHA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button