Inilah Cerita Nyai Hj Sinta Nuriyah Wahid Bukber di Majenang

NU Cilacap Online – Kedatangan Istri mendiang Presiden Republik Indonesia ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Dr (HC) Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, M. Hum di Majenang pada Jumat, (21/3/2025) lalu kini meninggalkan cerita dan kenangan. Inilah Cerita Nyai Hj Sinta Nuriyah Wahid, Panitia Bukber, dan Tokoh Agama Majenang.

Kedatanganan beliau dalam rangka ‘sahur keliling dan buka bersama’ masyarakat di Majenang betapa disambut meriah oleh warga masyarakat dengan berpakaian adat nusantara, beserta jajaran para tokoh agama dari Nahdlatul Ulama, Ahmadiyah hingga perwakilan gereja Kristen dan Katolik di Majenang.

Sekitar pukul 16.00 WIB rombongan tokoh nasional yang akrab disapa Nyai Sinta ini tiba di Halaman Gereja Paroki Theresia, Jalan dr Wahidin, Jenang, Majenang. Terlihat beliau dikawal secara ketat oleh Paspamres (Pasukan Pengamanan Presiden).

Dalam penyambutan Ibu Nyai Sinta menyaksikan langsung pementasan teater kolosal yang menggambarkan keberagaaman, kebhinekaan dan kenusantaraan hal itu memberinya kesan baginya, mengagumkan.

Pementasan kolosal ini dibawakan oleh Siswa-siswi SMK Karya Tunas Nusantara (KTN) Wanareja berkolaborasi dengan santri sekolah seni Lesbumi Majenang dengan sutradara H Anas Danu Sudrajat, apalagi dikuatkan dengan paduan suara gabungan dari beragam unsur kelompok kepercayaan dan agama, hal tersebut membuat Majenang makin Menyala.

“Majenang mengagumkan, dari sekian daerah kunjungan, Majenang ini titik ke-23 yang saya kunjungi selama bulan Ramadhan tahun 2025 ini,” ujar Nyai Sinta usai acara.

Nyai Sinta menuturkan, kegiatan sahur keliling dan buka bersama sesungguhnya sudah sejak lama dilakoninya, bahkan sebelum Gus Dur sebagai kepala negara.

“Hal biasa kami lakukan bersama kaum terbelakang, kaum dhuafa dan kaum marginal,” katanya.

Meski begitu, ibu empat putri tersebut menjelaskan bahwa kegiatan tahunannya ‘sahur keliling dan buka bersama’ dimaksudkan selain untuk menyapa masyarakat luas tanpa sekat, juga untuk menebar kasih sayang, dan semangat kerukunan, dan persatuan bangsa.

Adapun perbedaan kelompok, ras, suku, agama, dan budaya bukan penghalang baginya.

“Justru adanya perbedaan menjadi penyemangat untuk menjaga persatuan dan kesatuan secara utuh,”

“Kita semua bersaudara, satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu Ketua Panitia, Paulus Dwi Harsono mengatakan bahwa kegiatan yang dilangsungkan di Gereja Paroki St Theresia Majenang merupakan permintaan dari Ibu Nyai Sinta sendiri, dan kami merasa bahagia.

“Tujuannya untuk kebersamaan. Karena seperti yang beliau sampaikan memang biasanya menggelar sahur bersama. Namun, kebetulan jatah untuk Majenang, pas kebagian acara buka bersama,” ungkapnya.

Diapun mengaku bahwa acara dapat berjalan lancar karena atas dukungan semua pihak dan tamu undangan yang hadir cukup banyak.

“Kami undang dari semua elemen, tokoh agama dan tokoh masyarakat lintas agama, hingga komunitas maupun kelompok marginal yang ada di Majenang dan sekitarnya,” imbuhnya.

Maka, tak heran jika kegiatan yang digelar menjelang buka puasa itu dihadiri oleh masyarakat dari beragam kelompok, dan lintas agama.

Bahkan, ada penampilan Paduan Suara Majenang Bersatu yang merupakan gabungan dari beragam unsur, mereka membawakan nyanyian bernafas kebangsaan untuk merajut kebersamaan, kebhinekaan, Indonesia Jaya, bahkan Ya Lal Wathon, lagu khas NU yang berisi pesan ajakan cinta tanah air.

Sementara itu, Mustasyar MWCNU Majenang KH Mazin Alhajr mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kerawuhan Ibu Negara ke-4 yang juga Mustasyar PBNU, Ibu Nyai Sinta.

“Saya bangga dan senang sekali. Rasanya suatu keistimewaan, dan ini sejarah Majenang pertama kalinya, Ibu Gus Dur menyambangi kita, menghadiri kita, menyemangati kita. Semoga semangat ini semakin membawa kesempurnaan dalam hidup kita,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Buya Mazin yang juga Pengasuh Pesantren Cigaru Majenang, mengajak masyarakat untuk bisa meneladani Gus Dur. Bahkan setelah wafatnya, Gus Dur masih memberikan manfaat bagi masyarakat.

“Semoga kita mencontoh apa yang Gus Dur lakukan,” tandasnya. (IHA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button