Tuntunan Syariat Saat Gerhana Matahari
NU Cilacap Online – Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita tuntunan syariat yang mulia ketika terjadi gerhana matahari yaitu: menghadirkan rasa takut kepada Allah, melaksanakan Shalat Gerhana, menyeru Shalat Gerhana dengan berjamaah.
Tuntunan Syariat
Tuntunan Syariat Saat Gerhana Matahari sebagai berikut;
- Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana matahari dan bulan, karena peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan.
- Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad SAW dalam Shalat Kusuf. Diriwayatkan bahwa dalam shalat kusuf, Rasulullah SAW diperlihatkan oleh Allah surga dan neraka, bahkan beliau ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka. Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai shalat gerhana, beliau bersabda, “Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
- Menyeru dengan panggilan “Asshalaatu Jaami’ah”. Maksudnya adalah panggilan untuk melakukan shalat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan bahwa saat terjadi gerhana, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyerukan “Ashshalaatu Jaami’ah” (H.R. Abu Daud dan al-Nasa’i). Tidak ada azan dan iqamah dalam pelaksanaan shalat gerhana. Karena azan dan iqamah hanya berlaku pada shalat fardhu yang lima.
Tata Cara Shalat Gerhana Matahari
Menyusul akan terjadinya fenomena gerhana matahari pada hari Kamis (20/4/2023), pemerintah mengimbau umat Islam di Indonesia untuk melaksanakan shalat Gerhana Matahari. Adapun tata cara shalat gerhana matahari adalah sebagai berikut;
Tatacara Shalat Gerhana Matahari adalah Ketika jamaah sudah berkumpul dan gerhana mulai terjadi maka Bilal menyerukan shalat dengan membaca seruan:
الصلاة جامعة ..
Kemudian imam memulai shalat gerhana dengan Tata cara shalat gerhana sebagai berikut :
- Takbiratul ikhram bersamaan dengan niat shalat kusuf lillahi ta’ala (sebagai Imam atau Makmum)
- Doa iftitah, taawudz
- Membaca surat al fatihah dan surat lain (sunahnya baca QS Al-Baqarah atau boleh juga baca surat pendek), adapun pembacaan ini dilafalkan secara sirry (tanpa dikeraskan)
- Ruku’ dengan membaca tasbih (17 kali)
- Bangun dari ruku’
- Membaca surat fatihah ke 2 dan surat lain (sunahnya baca QS Ali Imran atau boleh juga baca surat pendek), adapun pembacaan ini dilafalkan secara sirry (tanpa dikeraskan)
Ruku’ yang ke 2 dengan membaca tasbih (17 kali) - Bangun dari ruku’ yakni dengan membaca bacaan I’tidal.
- Sujud dua kali.
- Melanjutkan rekaat yang kedua
- Berdiri untuk Membaca Ta’awudz surat al-Fatihah dan dan surat lain (sunahnya baca QS an-Nisa atau boleh juga baca surat pendek), adapun pembacaan ini dilafalkan secara sirry (tanpa dikeraskan)
- Ruku’ membaca tasbih (17 kali)
- Bangun dari ruku’
- Membaca surat ta’wud lalu surat Al fatihah lagi dan surat lain (sunahnya baca QS Al-Ma’idah atau boleh juga baca surat pendek), adapun pembacaan ini dilafalkan secara sirry (tanpa dikeraskan)
- Ruku’ lagi dengan membaca tasbih (17 kali)
- Bangun dari ruku’ membaca i’tidal.
- Sujud dua kali.
- Tasyahhud akhir.
- Salam
- Tertib.
Baca juga Khutbah Jum’at Bahasa Sunda – Balukarna Nimbun Harta
Bilal Shalat Gerhana Matahari
Setelah selesai shalat maka Bilal berdiri di depan mimbar menghadap jama’ah kemudian mengucapkan :
يَامَعَاشِرَالْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ ، وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا ، وَتَصَدَّقُوا… حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ
اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ, اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ, اَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Setelah Khatib naik ke mimbar, Bilal mengucapkan doa sebagai berikut :
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ،وَاْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ قَوِّاْلاِسْلاَمَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، وَيَسِّرْهُمْ عَلىٰ اِقَامَةِ الدِّيْنِ. رَبِّ اخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ وَيَاخَيْرَالنَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah Shalat Gerhana Matahari
Khatib memulai berkhutbah dengan ketentuan: Khutbah 2 kali (seperti khutbah jumat, baik syarat maupun rukunnya). Tema khutbah Isi dianjurkan motifasi melakukan taubat nasuha, memperbayak dIkir, istighfar, sedekah dan menjelaskan bahwa gerhana adalah bagian dari fenomena alam dan tanda kekuasaan Allah SWT.
Ketika Khatib duduk di antara dua khutbah.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Khatib melanjutkan khutbah ke 2 sampai selesai.
Wallahua’lam bisShawab. (Imam Hamidi Antassalam)