Niat Adalah Salah Satu Rukun Dari Puasa Ramadhan

NU Cilacap Online – Niat adalah salah satu Rukun Puasa Ramadhan. Kedudukan niat puasa Ramadhan wajib hukum nya, sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW., “Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya”. Dalam riwayat Ad Daruquthni disebutkan, “Tidak ada puasa bagi yang tidak berniat ketika malam hari.”

Dalam konteks puasa, keabsahan dan kesempurnaan ibadah puasa kita akan bergantung sekali pada niat di malam hari. lalu bagaimana dengan keesokan harinya? Apakah orang yang niat puasa sebulan penuh tidak perlu mengulang niatnya setiap malam Ramadhan? Lalu bagaimana orang lupa mengikrarkan niat puasa di malam hari?

Baca juga Niat Puasa Ramadhan Versi Daerah Suku di Nusantara

Berikut ini merupakan keterangan Syekh Sulaiman Bujairimi dalam Hasyiyah Iqna’

 ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر

Artinya, disyaratkan menjatuhkan niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah SAW, “Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.” Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits.

 قوله: فلا صيام له أي صحيح لا كامل خلافا للحنفية، فإن نفي الصحة أقرب إلى نفي الحقيقة من نفي الكمال. وقوله خلافا للحنفية فإنهم يجوزون النية في النهار في الفرض والنفل

Redaksi “maka tiada puasa baginya”, maksudnya tidak sah, bukan tidak sempurna. Pandangan Syafi’iyah ini berbeda dengan pandangan Hanafiyah. Karena menurut Syafi’iyah, menganulir keabsahan itu lebih dekat dengan menganulir puasa itu sendiri, dibandingkan hanya menganulir kesempurnaan puasa.

Baca juga Pengertian Wakaf, Rukun, Syarat, Harta Dan Pahala Wakaf

Sementara “Pandangan Syafi’iyah ini berbeda dengan pandangan Hanafiyah” karena Hanafiyah membolehkan niat di siang hari baik puasa wajib maupun puasa sunah.

Atas perbedaan pendapat di kalangan ulama ini, perlu kiranya kita belajar menenggang. Pasalnya mereka berdasar pada sumber hukum Islam yang sama, yaitu hadits dalam konteks ini.

Lafal Niat Puasa

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”

Kata “Ramadhani” dianggap sebagai mudhaf ilaihi yang juga menjadi mudhaf sehingga diakhiri dengan kasrah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarrnya. Sedangkan kata “sanati” diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr atas badal kata “hādzihi” yang menjadi mudhaf ilaihi dari “Ramadhani”.

Baca Juga >> Hukum, Syarat, Rukun, Sunah Khutbah Jumat dan Adab Khatib

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button