Rektor UIN SUKA: Agama Adalah Sumber Perdamaian

Dialog Interaktif Agamawan Muda Kabupaten Cilacap

NU CILACAP ONLINE – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (SUKA) Yogyakarta Prof. Noorhaidi Hasan mengingatkan pentingnya menjadikan agama sebagai sumber perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama di tengah meningkatnya potensi konflik sosial berbasis identitas keagamaan.

Pernyataan itu disampaikan dalam pembukaan kegiatan dialog antarumat beragama bertema “Agama sebagai Sumber Perdamaian” yang digelar di Hotel Sindoro Cilacap, Jumat (10/5/2025). Acara ini adalah inisiasi Dialog Center UIN Sunan Kalijaga berkerja sama dengan Multi Religius Colloboration Common Good (MCC).

Hadir via online, Rektor membagikan pengalamannya saat meneliti konflik Ambon pada tahun 2003. Kala itu, ia masih menjadi peneliti muda dari salah satu universitas di Ukraina, dan terjun langsung ke lokasi konflik untuk menyelesaikan disertasi tentang Laskar Jihad.

“Saya dijemput oleh teman, dan sepanjang jalan terdengar suara tembakan. Saya tahu saat itu situasinya tidak baik-baik saja,” ujarnya.

Ia juga menyinggung fenomena menarik saat membeli durian di tengah situasi genting. Warga setempat menyebut durian dengan nama pemiliknya berdasarkan identitas agama: durian “Hasan” untuk pemilik Muslim dan durian “Robert” untuk non-Muslim.

“Di sana, bahkan durian pun dianggap beragama. Itu menunjukkan betapa identitas keagamaan sangat melekat dalam keseharian Masyarakat dan bisa menjadi sumber pemisah jika tidak dikelola dengan bijak,” tambahnya. Baca juga Jalan Sehat Kerukunan Umat Beragama

Rendahnya ekonomi  rentan memicu konflik

Rektor mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan lebih dari 283 juta penduduk yang majemuk dari sisi agama, suku, dan budaya, masih rentan terhadap konflik keagamaan. Salah satu faktor utamanya adalah kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Baca juga Dopokan Pemuka Umat Beragama di St Stephanus Cilacap

“Lebih dari 60 persen penduduk kita tergolong miskin. Pendapatan di bawah 6.000 dolar AS per tahun adalah titik rawan yang membuat masyarakat mudah dipengaruhi hoaks, hasutan, dan fitnah yang memecah belah,” jelasnya. Baca juga FKUB Cilacap Ikuti Seminar Internasional Kurikulum Cinta

Ia menekankan pentingnya kehadiran aktor-aktor sosial, termasuk kalangan agamawan muda, untuk menjadi penyambung pesan damai dan agen kerukunan lintas iman. Tanpa upaya ini, politik identitas bisa menjadi alat destruktif dalam situasi ekonomi dan politik yang tidak stabil.

“Semua agama mengajarkan kebaikan. Dalam Islam, Piagam Madinah menjadi bukti bahwa hidup berdampingan secara damai dengan pemeluk agama lain bukan hanya mungkin, tapi merupakan prinsip yang diajarkan Nabi Muhammad SAW,” tegasnya.

Dialog lintas iman, menurutnya, adalah langkah nyata untuk memperkuat solidaritas dan mencegah konflik di akar rumput.

“Selamat kepada para agamawan muda yang hadir. Semoga pesan damai ini bisa terus dibawa ke lingkungan masing-masing,” pungkasnya.

Tak kurang 50 orang dari komunitas lintas agama se Kabupaten Cilacap mengikuti  Interactiing Living yang menyasar pada agamawan muda. Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari dari hari Jumat hingga Ahad (10-12/05/2025).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button