Apa itu Metode Baca An-Nahdliyah?

NU Cilacap Online – Ketua Majlis Pembina (Mabin) Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) dan Madrasah Diniyah (Madin) Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Cilacap KH M Salman Alfarisi mengatakan seperti lazimnya setiap TPQ, dan Madin bahkan Pondok Pesantren (Pontren) menggunakan salah satu dari sekian metode pembelajaran dalam baca Al-Qur’an. Lalu apa itu Metode Baca An-Nahdliyah?
“Lantas apa itu Metode Baca An-Nahdliyah? Mari kita selami dan dalami melalui momentum Diklat kali ini.” Terangnya mengawali kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Orientasi Implementasi Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an (CTBA) dengan Metode An-Nahdliyah pada Ahad, (23/06/2024) kemarin.
Kegiatan yang dihelat di Pondok Pesantren Salafiyah Diponegoro Majenang, Cilacap tersebut diikuti oleh 61 Asatidz atau guru ngaji dari lembaga TPQ, Madin dan Pontren di wilayah Majenang Raya.
Dia menyampaikan istilah An-Nahdliyah diambil dari organisasi sosial kemasyarakatan terbesar di Indonesia bahkan dunia bernama Nahdlatul Ulama (NU).
“Dari kata Nahdlatul Ulama inilah kemudian dikembangkan menjadi metode pembelajaran Al-Qur’an, yang di beri nama “Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, yang disingkat CTBA Annahdliyah atau Metode An-Nahdliyah.” jelasnya
An-Nahdliyah sebagai metode baru memiliki ciri khas pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan menggunakan ketukan atau titian murottal.
Metode ini menggunakan alat bantu antara lain tongkat untuk memperoleh kesesuaian dan keteraturan ketukan.
“Metode An-Nahdliyyah mengutamakan praktek penggunaan ketukan dalam membantu pembelajaran membaca Al Qur’an yakni jilid dasar dimulai jilid 1 hingga 6.” bebernya.
Baca juga: Metode Cepat Tanggap Belajar Alqur’an (CTBA) An-Nahdliyah
Apa itu Metode Baca An-Nahdliyah
Dia menjabarkan bahwa Metode An-Nahdliyah merupakan pengembangan metode Baghdadī.
“Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an CTBA An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al Qur’an yang dicetuskan untuk pertama kali oleh KH Munawir Kholid tahun 1990-an yang dikenal sebagai “Metode An-Nahdliyah.” Tuturnya.
“Dalam penyusunannya oleh Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Tulung Agung, Jawa Timur. Dan masuk ke Cilacap sejak tahun 2000-an dalam pengembangannya sampai ke Majenang ini.” Imbuhnya.
Dengan berjejaring itulah metode ini tersebar secara nasional ke seluruh Indonesia bahkan ke manca negara. Sebagai kantor pusat di Tulung Agung melalui pengurus majelis pembina (Mabin) TPQ/Madin An-Nadhliyah.
“Namun demikian, tidak semua TPQ/Madin dan PontPntren secara otomatis menggunakan metode ini.” ungkapnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan adapun yang dimaksud penekanan metode ini pada kesesuaian dan keteraturan “ketukan”.
Maksud dari ketukan atau titian murottal, yakni jarak pelafalan satu huruf dengan huruf lainnya, sehingga bacaan akan sesuai, baik panjang maupun pendek dari bacaan Al-Qur’an.
Sebagaimana ditulis Sofian Effendi pada Ensiklopedia Cara Baca Al-Qur’an di Indonesia (2022: 161-162) menyebut beberapa alasan mengapa An-Nahdliyah perlu dibuat.
Pertama, perlunya metode yang cepat dan mudah diserap oleh anak dalam belajar membaca Al-Qur’an.
Kedua, pola pembelajaran berciri khas nahdliyin dengan menggabungkan nilai salaf dan modern, sisi lain menjadi upaya menjaga tradisi membaca Al-Qur’an yang berdasarkan metode kalangan nahdliyin.
Ketiga, penamaan dan pembekalan sejak dini untuk mampu membaca Al-Qur’an dan menjadi bekal ke tahap selanjutnya.
Sistematika Ketukan Talaffudzi
Materi ajar dari metode yang nama lengkapnya “Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah” ini disusun dalam 6 jilid. Dengan menggunakan ketukan sebagai metode pembelajaran pada sistem talaffudzi.
Adapun perbedaan dengan sistem talaffuzi lainnya, yaitu ketukan saat membaca contoh-contoh huruf maupun kata dalam buku ajar atau dalam peraga pembelajaran.
Selain pendidikan tentang metode baca Metode An-Nahdliyah dalam kesempatan itu panitia penyelenggara mengarahkan pada peserta Diklat yakni Kepala TPQ-Madin untuk belajar bagaimana menata managemen kurikulum kelembagaan TPQ-Madin.
Dalam majlis tatakelola managemen kelembagaan TPQ-Madin ini sebagai narasumber Ustadz Mapul Pratama, MM.
“Kunci sukses TPQ-Madin sebelum menata managemen bermula dari Visi dan Misi yang dibuat, oleh karenanya masing-masing kepala TPQ dan Madin untuk sedia utarakan pemaparan Visi dan Misinya.” terang Mapul Pratama yang juga aktivis GP Ansor Cilacap.
Kegiatan Diklat Orientasi Implementasi Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an (CTBA) dengan Metode An-Nahdliyah diinisiasi oleh Majlis Pembina (Mabin) Taman Pendidikan Al Qur’an-Madrasah Diniyah (TPQ-Madin) Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap. Sementara sebagai penyelengara adalah RMI Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Majenang.
Kegiatan bertajuk ‘Menuju Profesionalisme High Level of Commitment’ yang diketuai oleh Ketua RMI MWCNU Majenang KH Ir Khatim Sam’ani menegaskan bahwa RMINU Majenang sebagai penyelenggara kegiatan akan mengawal perjalanan metode An-Nahdliyah.
“Mulai dari pengajaran, Kurikulum sampai Khatamannya, akan di pusatkan di Pondok Pesantren Salafiyah Diponegoro”. terang KH Ir Khatim Sam’ani yang juga Pengasuh Pesantren Salafiyah tersebut.
Baca juga: Guru Ngaji Se Majenang Raya Ikuti Diklat CTBA An-Nahdliyah
Perlu diketahui Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) adalah lembaga Nahdlatul Ulama dengan basis pondok pesantren yang mencapai +23.000 buah di seluruh Indonesia. Dalam pengembangannya kini menyasar pada Majlis taklim, TPQ dan Madin.
Lembaga RMI-NU ini lahir sejak Mei 1954 dengan nama Ittihad al-Ma’ahid al-Islamiyah yang dipelopori oleh Almagfurlah KH Achmad Syaichu (Surabaya) dan Almagfurlah KH Idham Khalid (Bogor). (IHA)