Puasa dan Kesadaran Kehambaan di Hadapan Tuhan
Puasa akan mempertajam spiritualitas dan memperhalus sensitivitas diri seorang hamba yang di dalamnya terdapat dimensi ketuhanan dan kemanusiaan.
Ibadah puasa adalah hubungan hamba dengan Tuhannya (kullu ‘amal ibn Adam lahu illas-shiyaam, fainnahu lii wa ana ajzi bihi). Hakekatnya puasa adalah hidangan rohani, suguhan langit, nutrisi jiwa, purifikasi spiritual, yang bisa hapuskan rasa benci dan pongah, iri hati dan segala penyakit hati.
Dikatakan dalam hadis, puasa adalah perisai (al-siyaamu junnatun), yang secara alamiah akan memproteksi orang yang berpuasa dari hal-hal yang melenceng.
Dalam Al-Qur’an puasa adalah medium yang akan mengantarkan kita untuk mencapai gelar taqwa (la’allakum tattaquun). Saat berpuasa seorang hamba sedang melakukan purifikasi jiwa dan sekaligus pendakian spiritual untuk menemui Sang Khalik (farhatun ‘inda liqaa’i rabbih).
Amaliah ramadhan seperti tarawih, tadarrus Al-Qur’an, qiyaamul-lail, berinfak, bersedekah adalah fitur fitur yang akan mengantarkan orang berpuasa untuk semakin dekat kepada-Nya.
Puasa yang dilakoni sepenuh jiwa akan mentransformasi spiritualitas hamba akan mewujud dalam berbagai dimensi, baik dimensi spiritual transenden maupun dimensi sosial horizontal.
Saat seluruh panca indra berpuasa, seorang hamba merasa sepenuhnya terawasi oleh Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.Seluruh pikiran, hati, jiwa dan raganya secara sinergis membangun ekosistem perilaku yang selalu menjaganya selalu merasa berada dalam pengawasan-Nya sehingga tidak akan melakukan hal hal yang akan membatalkan puasanya.
Baca juga Khutbah Bahasa Sunda; Hakekat Ibadah Puasa
Walhasil, puasa adalah tentang merasakan kehadiran Allah yang Mahahadir (omni present) dalam setiap tarikan nafas kita. Sebab, tak satu detik pun Tuhan tidur, lalai, dan absen dari pengawasan dan pemantauan-Nya terhadap hamba-Nya.
Puasa, Hamba dan Tuhan
Puasa adalah tentang kesadaran penuh akan kerendahan diri seorang hamba di hadapan Tuhan Yang Mahamulia; tentang kepasrahan total di hadapan Yang Mahaagung. Juga Puasa adalah wujud cinta dan penghambaan otentik kepada Sang Pencipta. Baca juga Esensi Ramadhan
Karenanya, puasa seyogyanya menjadi penuntun rohani agar kita selalu di jalan-Nya dan perisai yang akan memproteksi kita dari ketakterkendalian diri, kesombongan, kepongahan, dan keangkuhan.
Puasa akan mendekatkan diri kita kepada-Nya; kedekatan otentik yang dirasakan secara genuine. Merasakan kedekatan Tuhan akan membuat kita mencintai-Nya dan menyayangi makhluk-Nya.
Karena kita sadar bahwa kita adalah satu kesatuan makhluk, satu kesatuan hamba Tuhan. Menyayangi orang lain, hakikatnya adalah menyayangi pencipta-Nya dan menyayangi diri sendiri.
Begitu pula sebaliknya. Jika kita merasa dekat kepada Tuhan tapi mengabaikan, menjauhkan, dan bahkan menyakiti orang lain. Mungkin kedekatan itu hanyalah imajiner, palsu, atau semu belaka. (Imam Hamidi Antassalam)