Nasihat Rektor untuk Pelajar; Yuk Maksimalkan Bulan Ramadhan

NU CILACAP ONLINE – Tidur saat berpuasa itu baik, tapi minimalis. Lantas, kalau ada yang maksimalis kenapa pilih yang minimalis? Inilah nasihat Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA) Cilacap Dr. Ahmad Luthfi Hamidi untuk kaum pelajar yang masih suka memakai dalil tidurnya orang puasa itu ibadah.
Wacana libur sebulan penuh di bulan Ramadhan yang sempat dilontarkan oleh Mentri Agama namun gagal disinyalir membuat para pelajar merasa di PHP. Namun apakah benar bila hal ini menjadikan para siswa menjadi malas dan tidak produktif di bulan Ramadhan?
Tidurnya orang puasa adalah ibadah, inilah yang menjadi acuan para kawula muda yang lebih suka memilih tidur saat berpuasa ketimbang melakukan aktifitas yang lebih produktif.
Akan tetapi bila dibandingkan dengan spirit Ramadhan yang luar biasa, aktifitas tidur adalah kebaikan yang minimalis.
“Ramadhan adalah bulan yang luar biasa. Di mana kita terkondisikan untuk mudah berbuat kebaikan, karena faktor ligkungan mendorong betul, agar kita menjadi orang baik,” ujar Rektor.
Contoh saat berpuasa di luar bulan Ramadhan itu berat. Tetapi berbeda ketika masuk bulan Ramadhan, Puasa menjadi mudah.
Ini karena orang-orang di sekitar kita berpuasa. Kemudian orang yang biasa menawarkan makanan juga menjaga tidak pamer makanan yang bisa membuat orang puasa jadi lapar.
Kemudian yang biasanya shalat di masjid berat, tapi bulan Ramadhan menjadi mudah. Ini karena lingkungan mendukung sehingga kita secara sadar ikut.
“Maka bila kita mau memanfaatkan ini dengan baik, semua menjadi mudah. Maka kemudian, sayang rasanya, bila suasana yang kondusif ini kita abaikan,” ucap Dr. Luthfi.
Libur Puasa di Bulan Ramadhan
Fenomena sekolah libur di bulan Ramadhan justri dianggap aneh oleh Dr. Luthfi. Ia membandingkan dengan tradisi tradisi di pesantren yang justru aktifitasnya dua kali lebih padat dibandingkan dengan waktu biasanya. Baca juga Hari Libur Nasional Tahun 1443 Hijriyah Digeser, Ini Alasannya
Kegiatan ngaji itu menjadi padat dua kali lipat. Memang kemudian suasananya lebih nyantai. Karena kita tau betul para kiai yakin bahwa bulan Ramadhan adalah factor eksternal bagi seseorang menjadi baik dengan usaha yang cenderung menimal. Baca juga Tips Atasi Rasa Malas Bekerja Usai Libur Lebaran
“Ngaji puasaan di pesantren biasanya berjalan cepat, tidak bertele-tele. Ini karena para kiai meyakini ada spirit bulan Ramadhan. Meskipun ngajinya lebih cepat tetapi santri tetap memahami, karena terbawa semangat bulan Ramadhan,” terangnya.
“Maka beruntung bagi siswa-siswa hari ini dipaksa pada bulan Ramadhan, otaknya juga bekerja semangatnya juga bekerja, sehingga saya yakin hasilnya juga lebih baik dua kali lipat dari yang biasa mereka lakukan,” sambungnya
“Maka dengan seperti ini ayok kita progresif di bulan Ramadhan jangan ambil yang minimalis, tidur itu baik, tapi minimalis. kalau ada yang maksimalis kenapa harus ambil yang minimalis. Bulan Ramadhan postensinya dua kali lebih baik dari bulan-bulan lainnya,” tandasnya. (Naeli Rokhmah)
Simak tausiyah selengkapnya di sini