LDII Gelar Wawasan Kebangsaan Dalam Rangka Hari Santri

NU CILACAP ONLINE – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2025, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) turut berkomitmen ikut serta menggelar Kegiatan Wawasan Kebangsaan, yang diselenggarakan pada Senin, (13/10) lalu di Masjid Baitun Na’im, Sindangbarang

Sekretaris Pimpinan Cabang (PC) LDII Kecamatan Karangpucung, M Nur Affan, S.Sos,Gr menyampaikan adanya kegiatan Wawasan Kebangsaan adalah untuk menumbuhkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, serta memperkuat peran santri dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurutnya, peringatan Hari Santri bukan hanya momentum mengenang perjuangan para ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan, tetapi juga sebagai ajang meneguhkan nilai-nilai keislaman yang moderat, toleran, dan nasionalis

“LDII sebagai organisasi dakwah yang berlandaskan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, memiliki tanggung jawab moral untuk ikut serta membangun karakter bangsa melalui kegiatan yang memperkuat wawasan kebangsaan,” katanya

“Kegiatan ini diharapkan menjadi sarana pembinaan karakter santri agar tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Sehingga santri diharapkan menjadi penerus yang berakhlak mulia, cinta damai, dan siap menjaga keutuhan NKRI dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri,” lanjutnya

Kegiatan Wawasan Kebangsaan ini tidak hanya diikuti oleh warga LDII saja, tetapi juga melibatkan unsur Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang turut hadir dan berpartisipasi aktif di dalamnya. Baca juga Di Masjid Saefurrohman Mars Banser-Yalal Wathan

Hal ini menunjukkan semangat kebersamaan antarormas Islam dalam memperkuat nilai-nilai persatuan dan memperkokoh rasa cinta tanah air di kalangan masyarakat.

Selain kegiatan Wawasan Kebangsaan, LDII juga menyelenggarakan Festival Anak Sholeh pada Jum’at (17/10) lalu. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak usia PAUD hingga Sekolah Dasar (SD) dengan antusias yang tinggi

Festival tersebut menghadirkan beragam lomba di antaranya Lomba Adzan untuk peserta laki-laki, Lomba Tahfidzul Qur’an untuk peserta perempuan, serta Lomba Menghafal Sambung Ayat yang dapat diikuti oleh seluruh peserta.

Nur Affan menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya Festival Anak Sholeh adalah untuk menumbuhkan karakter islami sejak usia dini.

Melalui berbagai lomba dan kegiatan bernuansa keagamaan, anak-anak dilatih untuk mencintai Al-Qur’an, mengamalkan ajaran Islam, serta membiasakan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

“Dengan adanya Festival ini, diharapkan dapat membentuk generasi muda yang berakhlakul karimah, sekaligus menjadi wadah pembinaan karakter anak agar memiliki keseimbangan antara kecerdasan spiritual, moral, sosial, dan rasa nasionalisme,” ungkapnya.

Sementara itu, salah satu tokoh LDII Kecamatan Karangpucung, Wasiran, S.P, mengungkapkan bahwa peringatan Hari Santri tahun ini terasa lebih bermakna dengan semangat kebersamaan.

Menurutnya, kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, tetapi juga memperkuat nilai-nilai keagamaan dan nasionalisme di kalangan para santri.

“Saya bangga dan senang melihat antusiasme para warga LDII dalam mengikuti seluruh rangkaian acara HSN. Saya berharap seluruh ormas keagamaan dapat menjaga semangat perjuangan, meningkatkan ilmu pengetahuan, serta kontribusi positif bagi bangsa dan agama,” ujarnya

Lebih lanjut, Wasiran menegaskan bahwa Hari Santri bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan momentum untuk meneguhkan jati diri sebagai generasi yang berakhlak, cerdas, dan cinta tanah air.

Wasiran berharap para santri dapat menjadi generasi penerus bangsa yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki wawasan yang luas, semangat kebersamaan, serta akhlak yang mulia. Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum agar para santri mampu berperan aktif dalam pembangunan bangsa.

“Kami harap para santri menjadi pribadi yang berilmu, berakhlakul karimah, dan mampu mengamalkan ilmu agama yang telah dipelajari dengan penuh tanggung jawab. Ilmu yang dimiliki dapat menjadi pedoman dalam setiap langkah kehidupan, baik di lingkungan pesantren maupun di tengah masyarakat,” pungkas Wasiran.

Kontributor: Nesy Faska Maulidia
Editor: Naeli Rokhmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button