Ustad Arji Andika; Ada 4 Kriteria Anak Dalam Al-Qur’an

NU CILACAP ONLINE – Ada 4 kriteria anak dalam Al-Qur’an, yakni ziinatun (perhisan), qurrota a’yun (penyejuk hati), fitnah (ujian), hingga ‘aduww (musuh). Demikian disampaikan oleh Ustad Arji Andika, alumni Aksi Indosiar 2023. Hal ini ia sampaikan di hadapan ratusan wali murid Madrasah Ibtidiyah (MI) Yabakii Karangjengkol, Desa Karangjengkol Kecamatan Kesugihan.

Anak di dalam Al-Qu’an

Pada kesempatan tersebut dirinya yang juga tenaga pendidik di sekolah tersebut didaulat untuk menyampaikan tausiyah dalam acara tasyakuran dan pelepasan anak didik MI Yabakii Karangjengkol yang ke 60 pada hari Sabtu, (24/6/23).

Acara hari itu dihadiri ratusan peserta didik dan wali murid dari kelas satu sampai kelas enam. Hadir juga beberapa tokoh masyarakat dan anggota komite sekolah.

Dalam paparannya, Ustad Arji mengungkap bahwa mendidik anak pada dasarnya menjadi kewajiban setiap orang tua. Namun demikian dikarenakan ketidakmampuan mereka, maka diperbolehkan untuk menyerahkan proses pendidikan kepada orang lain.

Ketidakmampuan itu dikarenakan faktor kesibukan ataupun hal yang lain. Inilah fungsi lembaga-lembaga pendidikan baik formal seperti sekolah atau non formal seperti Madrasah Diniyah (Madin) atau pondok pesantren.

“Maka didikan orangtua dan guru-guru di sekolah inilah yang nantinya akan membentuk karakter anak,” kata Ustad Arji.

” Ada empat karakter atau kriteria anak di dalam Aqur’an, yakni ziinatun atau perhiasan, qurrota a’yun, fitnah atau cobaan, dan aduwwu, atau musuh,” terangnya. Baca juga Ning Sheila, Wanita Karir Dalam Pandangan Islam

Anak sebagai ziinatun (perhiasan)

“Ada empat kriteria anak dalam Al-Qur’an, yang pertama anak adalah perhiasan atau ziinatun, kedua penyejuk hati, ketiga fitnah, dan terakhir musuh,” terang ustad Arji.

Anak sebagai ziinatun, perhisan. Artinya anak diposisikan sebagai perhiasan atau harta bagi orang tuanya. Layaknya perhiasan dan harta, anak diperlakukan dan dijaga dengan sebaik-baiknya. Hal ini sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an;

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,” (QS. Al-Kahfi [18]: 46).

Kaitan dengan tipikal ini, anak disejajarkan dengan perhiasan dan kekayaan dunia yang lainnya, sebagaimana yang diisyaratkan dalam ayat yang lain. Sebagaimana yang diisyaratkan dalam ayat yang lain.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga), (QS. Ali ‘Imran [3]: 14).

Anak qurrata a’yun (penyejuk hati)

Anak qurrota a’yun artinya anak penenang hati, penyejuk jiwa, dan pemimpin orang-orang yang bertakwa. Tipikal ini menjadi yang terbaik dan tertinggi dari seorang anak. Hal itu sebagaimana terungkap dalam doa Al-Qur’an berikut ini.

رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan [25]: 74).

Anak Sebagai Fitnah (Ujian)

Ketiga anak adalah fitnah atau cobaan. Sebagaimana yang diungkap dalam ayat:

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun [64]: 15).

Mungkin ini pula yang dimaksud anak sebagai amanah atau titipan yang diharus dijaga dengan sebaik-baiknya. Dipenuhi hak-haknya, disayang, dirawat, dididik agar memiliki masa depan yang cerah dan membahagiakan orang tuanya. Ingatlah Allah memiliki balasan yang besar bagi mereka yang menjaga amanat ini. Maka janganlah sia-siakan jiwa dan raga anak, jangan bunuh mereka karena takut miskin. Baca juga Kiai dan Ulama, Juga Adalah Manusia

Anak Sebagai Aduww (Musuh)

Keempat, anak menjadi musuh. Hal itu diungkap dalam ayat berikut.

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْواجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun [64]: 14).

Dalam paparannya, ustad Arji mengungkap bahwa harta menjadi salah satu pemicu permusuhan anak terhadap orangtua.

“Banyak terjadi, anak dirawat dari kecil, eh setelah dewasa memusuhi orang tua gara-gara harta warisan,” katanya.

Namun dalam hal ini, permusuhan sesungguhnya adalah di mana anak menjadi pihak yang menghalangi pada jalan Allah. Banyak orangtua melakukan perbuatan yang melanggar syariat agama hanya karena menuruti kemauan anak yang di luar kemampuan orangtua. Mareka pun akhirnya mencuri, merampok, korupsi dan lain sebagainya.

Dari empat kriteria tersebut, menurut Ustad Arji yang terbaik adalah anak qurrata a’yun (penyejuk hati). Maka yang penting diperhatikan di sini adalah pendidikan akhlaq mereka.

“Maka di sini pendidikan yang paling utama adalah pendidikan akhlaq,” ungkap Ustad Arji. .

Inilah pentingnya menerapkan pendidikan akhlaq sejak dini sebagaimana dilakukan di MI Yabakii karangjengkol ini.

“Di sekolah Yabakii Karangjengkol ini anak-anak diajarkan pendidikan akhlaq dari hal-hal kecil. Pembiasaan mengucap salam saat bertemu guru, pembiasaan shalat dhuha, jamaah shalat dzuhur, tahfidzul qur’an, dan lain sebagainya,” ujar Ustad Arji.

Pendidikan agama ini menurut Ustad Arji akan menjadi bekal anak-anak untuk mengantar mereka menjadi anak yang shalih-shalihah dan menjadi penyejuk hati orang tua.

MI Yabakii Karangjengkol

Ratusan wali murid dan juga peserta didik yang hadir pada hari itu begitu antusias menyimak tausiyah yang disampaikan ustad Arji. Terlebih saat dirinya melempar beberapa pertanyaan tentang kepada beberapa murid disertai reward untuk mereka yang mampu menjawab pertanyaannya.

Pada saat itu ia melempar beberapa soal tajwid. Ia juga mengetes kemampuan hapalan sekaligus pemahaman mereka pada kitab Tuhfatul Athfal yang menadi rujukan dalam pengajaran ilmu tajwid di MI Yabakii tersebut. Reward berupa amplop kepada masing-masing murid yang mampu menjawab pertanyaan

Dalam kesempatan tersebut, Kepala MI Yabakii Karangjengkol Umi Songidah memasrahkan kembali putra-putri siswa kelas 6 yang telah menyelesaikan pendidikan mereka kepada orangtuanya masing-masing.

“Dalam kesempatan ini saya pasrahkan kembali putra-putri panjenengan yang telah menyelesaikan pendidikan di sini selama 6 tahun. Silahkan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan berikutnya. Semoga ilmunya bermanfaat,” tandas Umi Songidah.

Menariknya, acara pelepasan siswa kelas 6 hari itu penuh tangis saat anak-anak sungkem kepada orang tuanya masing-masing. (Naeli)

Baca juga Pengertian Wakaf, Rukun, Syarat, Harta Dan Pahala Wakaf

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button