KH Suada Adzkiya: Kecerdasan Gus Dur Pemberian Allah SWT

NU CILACAP ONLINE – Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap KH Suada Adzkiya memberikan testimoni bahwa Kecerdasan Gus Dur adalah Pemberian Allah SWT; yang tidak bisa dilepaskan dari kecerdasan ayahnya yaitu KH Abdul Wahid Hasyim dan kecerdasan Kakeknya yang tiada lain KH Muhammad Hasyim Asy’ari.

“Saya meyakini bahwa kecerdasan Gus Dur itu “pemberian langsung dari Allah SWT”. Dan itu sudah terlihat dari sejak Gus Dur masih usia remaja,” ungkapnya.

Kecerdasan Genetik

Bagi KH Suada Adzkiya, kecerdasan Gus Dur bisa dibilang bersifat genetik yang itu bersumber langsung dari Allah SWT.

Testimoni KH Suada Adzkiya disampaikannya di hadapan puluhan kader NU Cilacap yang mengikuti refleksi sejarah perjuangan Gus Dur; di Gedung Pusdiklat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap, Selasa (10/01). Acara dilaksanakan bertepatan dengan kegiatan tasyakuran Muktamar NU sekaligus Haul Gus Dur yang ke 12.

Dalam acara Haul Gus Dur ke 12 ini, Rais Syuriyah PCNU Cilacap KH Suada Adzkiya didaulat untuk merefleksikan sejarah perjuangan Gus Dur. Berdasarkan referensi yang beliau baca dari buku-buku tentang Gus Dur dan dari pengalaman perjumpaan langsung, KH Suada mengungkap karakter dari figur seorang Gus Dur.

“Gusdur sejak kecil sudah menjadi Kutu Buku. Bahkan pada usia belasan tahun beliau sudah membaca buku-buku hasil karya para pemimpin Dunia, Hingga mata beliau sakit karena terlalu banyak membaca. Di samping beliau darah biru, ingatannya juga sangat kuat. Singkat kata kecerdasan beliau betul-betul pemberian dari Allah SWT,” ungkap Ulama sepuh yang akrab disapa Mbah Suada.

Menurut Mbah Suada, dari pengalaman pribadinya, ia mengalami secara langsung; bahwa  Gus Dur itu orang yang dimudahkan dalam perjalan perjuangannya. Gus Dur juga termasuk dalam kategori darah biru keturunan dari KH Abdul Wahid Hasyim putera KH M Hasyim Asy’ari,” ungkap beliau.

Diceritakannya, ayah Gus Dur,  KH Wahid Hasyim, meninggal dunia saat baru berusia 39 tahun. Namun demikian beliau sudah menjadi ketua PBNU dan ditunjuk 2 kali menjadi Menteri Agama.

“Itu tidak akan mungkin bisa dilakukan kecuali oleh orang yang memiliki kecerdasan tersendiri. Di usia yang belum genap 40 tahun tersebut, Ayah Gus Dur juga sudah memerankan banyak sekali aspek, tidak terkecuali dalam konteks nation building Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Keistimewaan Gus Dur

Gus Dur sendiri juga telah dipersiapkan oleh Allah SWT dengan berbagai keistimewaan. KH Suada menceritakan pengalamannya saat menjadi ketua pelaksanaan kegiatan Konferensi Besar (Konbes) & Munas di Cilacap (sekitar tahun 1987). Setelah selesai acara beliau ngobrol santai dengan gus Dur. Dari situ Mbah Suada Adzkiya menyaksikan secara langsung kecerdasan seorang Gus Dur.

KH Suada Adzkiya memberikan testimoni lain dari keistimewaan Gus Dur. Suatu saat, KH Suada Adzkiya dimohon oleh KH Abdurrohim untuk hadir di Pondok Pesantren Citangkolo Banjar Jawa Barat. Suatu kehormatan bagi Mbah Suada karena Gus Dur yang saat itu sebagai Ketua Umum PBNU, hadir di pesantren tersebut.

Pada saat perbincangan berlangsung, KH Suada Adzkiya mengatakan bahwa dirinya mengenal baik Ir H Mustafa Zuhad yang saat itu menjabat sebagai salah satu Pengurus di PBNU.

Di luar dugaan Saya, ungkap KH Suada, Gus Dur mempersilakan Saya untuk menghubungi KH Mustafa Zuhad.

“Saya tercengang saat itu, karena Gus Dur langsung menyebutkan nomor telepon Ir H Mustafa Zuhad dengan sangat hafal sekian nomor yanag disebutkannya. Ini membenarkan cerita banyak orang di kemudian hari; bahwa Gus Dur hafal sekian banyak nomor telepon para koleganya,” ungkap KH Suada.

Masih menurut KH Suada Adzkiya, selang beberapa saat setelah Gus Dur wafat, ratusan tulisan tentang Gus Dur terbit baik berupa artikel maupun buku. Dari para mahasiswa hingga pengamat dalam dan luar negeri.

“Semua itu menunjukkan bahwa kecerdasan Gus Dur bersanding dengan keistimewaan Gus Dur. Apa yang saya sampaikan hari ini, hanya sedikit saja refleksi dan ulasan; dan yang terpenting, itu berangkat dari pengalaman diri saya sendiri,” terang KH Suada Adzkiya.

Kontributor : Muhtarom, S.Pd.I
Editor : Naeli Rokhmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button