Shalawatan dan Magnet Uniknya yang Hidup

Tumpah Ruah Ribuan Jamaah Hadiri Karangjengkol Bershalawat

NU CILACAP ONLINE – Tumpah ruah ribuan jamaah shalawat bersama NU Karangjengkol menjadi bukti betapa shalawatan adalah sebuah magnet unik yang hidup. Di sana segala egosentris indentitas melebur jadi satu  dalam bingkai pencinta shalawat.

Suasana langit Desa Karang Jengkol Kecamatan Kesugihan malam itu, pada hari Sabtu (21/10) begitu cerah. Umumnya musim kemarau, tanah-tanah kering karena lama tidak kunjung hujan turun.

Begitulah gambaran kira-kira venue acara shalawatan di Lapangan Desa Karang Jengkol Kecamatan Kesugihan. Yang pastinya tanahnya sama-sama kering sudah berbulan-bulan tidak dilanda hujan.

Akan tetapi lantunan shalawat dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional 2023 bertajug “Karang Jengkol Bershalawat” begitu cair dan khidmat. Malam itu Habib Ali Al Munawwar dari Purwokerto hadir memimpin acara yang digelar oleh Pengurus Ranting Nahdatul Ulama (PRNU) Desa Karang Jengkol.

Jamaah Shalawat melantunkan shalawat bersama-sama Habib Ali Al Munawwar menambah semarak suasana. Ribuan jamaah hadir  dari Desa Karangjengkol sendiri dan desa-desa di sekitarnya.

Acara shalawat yang tentu semarak dan khidmat yang selalu menarik jamaahnya untuk hadir dalam acara shalawat. Mengapa shalawat sendiri begitu digandrungi? Apakah shalawat sendiri sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi beragama bagi orang-orang khususnya di lingkungan Nahdatul Ulama atau NU?

Magnet Shalawat

Memang tidak dipungkiri shalawatan memiliki magnet tersendiri. Di balik melantunkan shalawat berasama-sama pada acara shalawatan. Energi bershalawat jamaah juga seperti tak pernah mati saat shalawatan itu berlangsung. Setidaknya suasana itu yang terasa pada shalawatan di Desa Karangjengkol.

Shalawat sebagai metode mengagungkan Nabi Muhamad SAW serta puji-pujian pada Nabi Muhamad khususnya bagi umat islam merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan kepada Nabi Mohamad SAW sebagai utusan terkahir Allah kepada umat manusia.

karangjengkol bershalawat

Maka tidak heran jika jamaah shalawat sendiri yang terdiri dari berbagai kalangan jamaah baik anak-anak dewasa, laki-laki dan perempuan, ibu-ibu, bapak-bapak. Seperti telah membentuk komunitasnya sendiri sebagaimana  identifikasi sebagai pencinta shalawat.

Sebab itu di dalam acara shalawatan. Tidak peduli di manapun berada. shalawatan di Desa Karangjengkol, Kecamatan Kesugihan sendiri dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai daerah di sekitarnya.

Banyak dari mereka membawa atribut seperti pencinta Al-Habib Syech bin Abdul Qodir as-Segaf atau sering disapa Habib Syech, yang menamakan diri sebagai Syecher Mania.  Selain mereka mafia shalawat pencinta Gus Ali Gondrong juga hadir meskipun bukan salah satu dari mereka yang memimpin shalawat.

Namun di dalam dunia shalawat sendiri tokoh Habib Syech dang Gus Ali Gondrong seperti sudah legendaris. Jika kita berbicara konser Band mungkin sama seperti Band Slank, di mana setiap ada konser musik, bendera Band Slank tidak pernah absen dibawa oleh Slanker meski bukan konser Slank.

Maka dari itu seperti menjadi kepastian itu sendiri setiap acara shalawatan. Gambar Habib Syech pasti ada. Juga komunitas mafia shalawat dapat dipastikan hadir. Di manapun shalawat itu digelar menjadi keunikan tersendiri pada acara shalawatan meski di kampung-kampung.

Baca juga Peringatan Nuzulul Qur’an Musholla Al-Kautsar Bersama Gus Ulin

Pencinta shalawat

Pada faktanya dan menjadi realita. Pencinta shalawat memang seperti telah menyasar semua kalangan.  Itu terbukti dari bagimana rekan-rekan saya juga; jamaah mushola Al-Kautsar Desa Karangrena, Kecamatan Maos. Dengan rasa semangat turut menghadiri shalawat di Desa Karangjengkol, Kecamatan Kesugihan.

Karsim (43) salah satu jamaah mushola Al-Kautsar, yang sebenarnya belum lama, hanya beberapa kali saya ajak ke acara shalawatan. Disamping itu juga di Mushola terdapat hadroh. Dirinya juga salah satu orang yang ikut aktif latihan hadroh dan shalawatan.

Jika ada acara shalawat yang masih terjangkau dari Desa Karangrena. Tidak akan ditawar, diajak pasti jika tidak ada halangan “berangkat” bergabung dengan jamaah lainya ikut bershalawat. Tidak peduli siapapun yang memimpin shalawat itu. Termasuk acara shalawatan di Desa Karang Jengkol Kesugihan malam itu.

Gandrungnya kepada shalawat tidak hanya dirasakan oleh Karsim. Tetapi sebagain besar jamaah mushola Al-Kautsar Desa Karangrena, Kecamatan Maos khususnya bapak-bapak.

Baca juga Takjil Gratis, Memakmurkan Musholla Al-Kautsar Karangrena

Mobil operasional mushola Al-Kautsar khusus untuk kegiatan jamaah yang telah tersedia. Bapak-bapak pencinta shalawat pun rela harus mengeluarkan infak untuk membeli bensin untuk kendaraan oprasional ikut bershalawat.

Bahkan lebih dari itu, mereka “jamaah mushola Al-Kautsar” Desa Karangrena juga sudah memiliki sragam khusus untuk menghadiri acara-acara shalawatan. Yang tentu dari shalawat sendiri sudah jelas menambah keberkahan.

Baca juga Makesta, Ajang Kaderisasi IPNU IPPNU Karangjengkol

Setidaknya yang nyata terjadi adalah menambah kekompakan jamaah bawasannya ketika hal yang baik, mau datang ke majelis-majelis seperti pengajian atau shalawatan bersama. Menjadi dasar semangat tersendiri bagi jamaah untuk terus aktif menambah wawasan ke-islaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button