Esensi Ramadhan; Naiknya Tensi Ibadah Dan Amaliah

NU CILACAP ONLINE – Esensi kemuliaan Ramadhan adalah meningkatnya tensi semangat beribadah dan memperbaiki amaliah. Dalam hal ini tidak hanya terfokus pada ibadah puasa dan tarawih saja. Tetapi juga pada ibadah-ibadah yang lain.

Persoalan di atas menjadi pokok bahasan ceramah Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Majenang Majenang Kiai Muttaqin di Masjid Al-Wustho Desa Salebu Kecamatan Majenang, Sabtu (1/4/2023).

Kiai Muttaqin menyampaikan hal itu di acara Safari Ramadhan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Majenang

“Banyak eling dan banyak berdzikir. Dan yang paling pokok hikmah ramadhan ini adalah adanya perubahan. Adanya peningkatan tensi ibadah dengan memperbaiki amaliyah,” ungkapnya.

Bertambahnya jamaah shalat maktubah di masji-masjid dan mushala menurut Kiai Muttaqin menjadi salah satu indikator dari peningkatan tensi ibadah dan amaliah ini.

“Lebih ramai dibanding bulan lainnya. Dari Subuh sampai Isya, jamaah selalu penuh. Ditambah lagi pas shalat Tarawih, Dan ini hanya terjadi di bulan Ramadhan,” tegasnya.

Safari Ramadhan MWCNU Majenang itu bertepatan dengan malam 11 Ramadhan. Dikatakan malam 11 ramadhan, sepertiga kedua bulan ramadhan ini merupakan pintu magfirah, pengampunan Allah SWT.

Baca juga Safari Ramadhan Tim Penggerak PKK – Fatayat NU Adipala 

Diapun menyayangkan adanya fenomena yang terjadi pada masyarakat yang masih enggan laksanakan shalat, memakmurkan masjid tapi gasik dalam merayakan Idul Fitri.

“Shalat Idul Fitri lebih ramai ketimbang shalat tarawih, saking ramene digelar lapangan,” sambungnya.

Baca juga Merawat Kualitas Ibadah Setelah Ramadhan

Terkait jumlah rakaat shalat tarawih, dirinya mengingatkan jamaah untuk tidak ricuh memperdebatkan.  soal khilafiyah jumlah rakaat pada shalat tarawih. Sementara sesungguhnya pokok guru darinya adalah satu.

“Gurunya pendiri Muhamadiyah Kiai Ahmad Dahlan, dan pendiri NU Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari itu sama yakni Almagfurlah KH Kholil Bangkalan, jadi tidak perlu ‘reang’ meributkan soal 8 rakaat, atau 20 rakaat,” bebernya.

Sanad Ilmu

Dijelaskan bahwa kelahiran Muhamadiyah menyasar pada masyarakat kota, dengan bentuk yang simpel dengan lembaga formal. Sementara NU pada basis kultural yakni pendidikan pesantren.

“Namun demikian pada hari ini dibuktikan pada mayoritas baik kualitas maupun kuantitas lebih banyak sarjana dikeluarkan dari lembaga NU.” ungkapnya.

“Hari ini masyarakat kita sudah pinter memilih pendidikan yang secara kualitas lebih dikejar. Inilah wajah NU abad ke 2 yang berkualitas dan punya bobot untuk masyarakat bahkan Dunia,” tegasnya.

Dirinya pun wanti-wanti pada jamaah tentang pendidikan pada anak agar memilih pada guru yang jelas.

“Nduweni sanad ilmu sing bener. Diurut-urut tekan kanjeng nabi Muhammad SAW, mesti jaminane slamet.” Tegasnya.

Baca juga Tarawih 20 (Dua Puluh) Rakaat Dalam Hujjah Aswaja

Diapun berpesan pada jamaah agar bersungguh-sungguh dalam mengisi bulan ramadhan dengan peningkatan amaliyah. Maka keistimewaan bulan ramadhan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, dirinya pun mengajak kepada seluruh jamaah agar selalu meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.

“Semoga kita menangi lailatul qodar. Imam Ghozali dalam kitab i’anah At- tholibin juz 2 halaman 227 menyebutkan bahwa tatkala Ramadhan diawali hari Kamis maka lailatul qodar diperkirakan akan turun pada malam ke 25 ramadhan,” pungkasnya. (IHA)

Baca juga 6 (Enam) Cara Menyempurnakan Puasa, Apa Saja?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button