Pentingnya Riwayat Ilmu Menurut KH Said Aqil Siradj

NU CILACAP ONLINE – KH Said Aqil Siradj menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, menjadi pribadi yang berilmu menjadikan diri kita memiliki derajat yang lebih tinggi, namun, bila ilmu tanpa riwayat, tanpa memiliki sanad, maka gurunya tak lain dan tak bukan adalah bangsa jin dan syetan.

Mengapa? Karena ilmu pengetahuan, apalagi ilmu agama bukan ilmu yang sifatnya coba-coba, tetapi ini menyangkut laku dan budi, akhlak dunia dan akhirat.

“Salah pengamalan akan mengantarkan pada kesesatan. Maka banyak kita jumpai orang edan, gemblung (gila), karena mereka mengamalkan suatu ilmu tanpa guru, tanpa riwayat, tanpa sanad,” ungkap KH Said Aqil Siradj.

Dengan ilmu seseorang akan berjalan pada langkah yang benar dan terang. KH Said Aqil Siradj yang juga Profesor di bidang tasawuf itu menegaskan, Ilmu yang berasal dari sosok guru yang jelas, maka muaranya akan menghasilkan ilmu yang bisa menentramkan hati dan menjernihkan akal pikiran.

Riwayat dan Guru Ilmu

Buya Said, sapaan akrab KH Said Aqil Siradj, mencontohkan, dalam kitab Shahih Muslim Abdullah bin Mubarak rahimahumullah berkata; Sanad adalah bagian dari agama. Kalau bukan karena sanad, pasti siapa pun bisa berkata dengan apa yang dia kehendaki.

الإسنادُ مِنَ الدِّينِ، ولولا الإسناد لَقالَ مَن شاءَ ما شاء

Buya Said menyayangkan, di zaman teknologi ini, katanya, para ustaz gadungan mendominasi dan mengalirkan paham liberal kepada masyarakat awam. Tanpa mengkaji sesuatu yang disampaikannya. Dan lebih ironisnya lagi masyarakatnya pun tidak mengkaji dan meneliti apa yang mereka sampaikan.

“Jangankan isi atau substansi yang disampaikan, kriteria seseorang bisa disebut sebagai ustaz pun tidak dipedulikan dan diperhatikan. Maka bagi seorang muslim yang terpelajar, kader NU apalagi, harus pintar dan jangan sembrono,,” tandas Buya Said.

Buya Said mencontohkan; Imam Bukhari yang terkenal sebagai ahli hadis mempunyai guru yang berjumlah 1.080 ulama. Maka jika belajar agama tanpa guru sangat rawan gagal paham akan dalil-dalil dalam agama, dan rawan dengan kesesatan.

“Jika seseorang ingin mengetahui makna yang terkandung dalam Al-Qur’an tanpa proses belajar dari bimbingan guru atau ulama niscaya ia akan menemui kesulitan dan merasa waswas dalam beragama,” turur Buya Said.

Oleh karenanya belajar agama tidak cukup dengan membaca buku-buku, apalagi sebatas terjemahan, menonton Youtube, atau mendengarkan podcast semata.

“Maka belajar, nyantri di pesantren yang jelas riwayatnya, jelas sanadnya, jelas bimbingannya. Teruji keilmuannya dalam bidang agama,” imbuhnya.

KH Said Aqil Siradj di Majenang
KH Said Aqil Siradj bersama Ulama Kharismatik Majenang KH Imam Subky Najmuddin di Majenang Cilacap

Fitnah dan Teknologi

KH Said Aqil Siradj yang lahir di tahun 1953 itu juga menyinggung bagaimana era kini sering menebar fitnah dengan ragam coba dan penuh godaan pun madharatnya luar biasa.

“Berkat teknologi semua ada di Goggle bahkan ada ceramahnya. tapi ada iklan obat kuat dengan gambar seronok. Secara hukum menurutnya adalah haram dilihat. ini fitnahnya luar biasa. inilah akibat teknologi tidak dibarengi ilmu.” katanya

Namun demikian Internet, menurutnya ada 2 sisi yang harus dipahami. Satu sisi membawa manfaat besar bagi masyarakat. Google atau YouTube mampu menyimpan banyak ilmu pengetahuan. Termasuk karya-karya pemikir besar Islam. Bahkan keberadaan mesin pencari di internet ini sudah menggantikan perpustakaan tradisional dengan koleksi ribuan buku.

“Tapi, madharatnya juga banyak. Ada iklan obat kuat dengan gambar seronok. Sampai penyebaran paham radikalisme,” katanya.

Bahaya Radikalisme

Sementara itu, KH Said Aqil Siradj juga mengidentifikasi aliran agama dunia dengan coraknya, pidato keras adalah Wahabi ini lahir di Arab Saudi. Sementara Salafi dari Yaman pelopornya Syekh Muqbil. Dan ini lebih keras dari Wahabi.

Ada JAD pelopornya Sukri Ahmad Mustofa (Mesir). jaringan Ansoru Daulah ini yang pernah ngebom Polresta Cirebon, yang nusuk wiranto di banten. Ada Isis; Jmam samudra, ba’asyir. dan lainnya.

“Ini saya kemukakan untuk pengetahuan bersama, dan kewaspadaan warga bangsa dari bahaya radikalisme, dalam rangka menjaga Pancasila, dan keamanan bangsa dan negara,” ungkapnya.

Di akhir taushiyahnya, Buya Said menyatakan dukungan pada STMIK Komputama Majenang, Cilacap. Menurutnya, walau perguruan tinggi ini bukan jurusan agama tapi memiliki visi agama yakni menanamkan ilmu mengembangkan teknologi dengan landasan takwaa, akhlakul karimah.

Dalam kesempatan itu pun Buya Said menandatangani prasasti pembangunan pondok pesantren berbasis pertanian (Durian) di bawah Yayasan Nur Jalin dan El Bayan. (IHA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button