Toufik Imtikhani : NU Butuh Kepemimpinan Yang Solid

NU Cilacap Online, Mei 2024 – Setiap ada pemimpin baru, tentu ada harapan baru. Satu yang perlu digarisbawahi, NU Butuh Kepemimpinan Yang Solid. Inilah buah pemikiran Toufik Imtikhani seorang pemikir NU lokal asal Kabupaten Cilacap yang disarikan dari wawancara bersama NU Cilacap Online.

NU Cabang Kabupaten Cilacap, kini telah mempunyai Nakhkoda baru. Hasil Konferensi Cabang beberapa waktu yang lalu, menghasilkan duet KH. Su’ada Adkiya dan DR. KH. Imam Tobroni, SAg, MM. Bagaimana kira-kira prospek NU Cilacap ke depan, inilah yang menjadi poin pikiran Toufik Imtikhani.

Berikut wawancara Naely Rohmah ( NR) dari NU Online dengan pemikir lokal NU, Toufik Imtikhani, AP. Kom, SIP. ( TI).

NR. Assalamu ‘alaikum…

TI : Wa’alaikumussalam wa rahmah wa barakah. Monggo-monggo pinarak, Mba.

NR: Gimana, Pak, masih aktif menulis?

TI : Alkhamdulillah, masih. Ya.. hanya untuk konsumsi teman-teman secara terbatas. Tulisan dan pikiran yang ringan-ringan saja.

NR: Baiklah, Pak. Kita pada pokok wawancara. NU Cilacap telah mempunyai nakhkoda baru. Bagaimana tanggapan Bapak tentang proses pemilihan kemarin?

TI : Saya tidak berada di arena Konfercab waktu itu. Dan memang tidak ingin kesana. Tetapi saya kan punya informan sana sini. Dan ini sumber beritanya valid. Apapun itu, saya melihat bahwa apa yang terjadi di arena, adalah bagian dari dinamika organisasi.

NR : Maksudnya?

TI : NU kan sebuah sub-kultur, sub-sistem. Di situ ada kultur dan sistem politik lokal Cilacap, yang bisa saja tersambung dengan sistem atau konstelasi politik nasional. Jadi kalo ada intrik-intrik politik di situ ya, normal. Apalagi NU kan, massanya besar. Termasuk di Cilacap.

NR : Benang merah politiknya dimana, Pak?

TI : Ya di penguasaan politik daerah. Ini kan juga tahun politik. Calon pempin daerah di Cilacap, butuh NU. Kalau ada calon pemimpin Cilacap tidak butuh NU, itu ngopinya kurang kental. Plesirnya kurang jauh. Wawasan politiknya sempit.

NR : Artinya, NU sebagai rebutan?

TI : Pastinya begitu.

NR : Ending pointnya, Pak Imam yang terpilih?

TI : Itu sebuah konversi yang baik. Artinya begini, moralitas organisasi terjaga, walau godaan politik besar.

NR : Tapi ada yang khawatir, jika NU akan jadi tunggangan politik Pak Imam?

TI : Itu kekhawatiran yang berlebihan. Mengapa? Sebab NU bukan parpol.

NR : Tapi bisa saja kan, dimanfaatkan?

TI : Lho, daripada NU dimanfaatkan oleh parpol, apa urusannya dengan NU. Ya kalau tokoh NU digunakan oleh parpol, atau direkrut oleh parpol sebagai calon pemimpin daerah, itu bonus. Bonus yang saling menguntungkan.

Baca juga Gus Nadir dan Politik NU; Ketika Suara Nahdliyin Jadi Rebutan

NU tak Lepas Dari Politik

NR : Baiklah, sekarang kita beralih di luar politik.

TI : Baiklah. Tapi saya garis bawahi dulu, bahwa NU tidak bisa lepas dari politik.

TI : Sekarang saya sudah ndak ngurusi NU lagi.

NR : Lho kenapa?

Baca juga Menumbuhkan Kelas Menengah Baru dari NU

TI. : Saya ganti lahan perjuangan.

NR : Baik, Pak.. Apa pandangan anda tentang NU Cilacap ke depan?

TI : Setiap ada pemimpin baru, tentu ada harapan baru. Tetapi kepemimpinan itu kan kolektif-kolegial. Ini yang penting.

NR : Maksudnya gimana?

TI. : Team worknya harus kuat. Prinsip tegak lurus kepada garis komando harus dilakukan. Perdebatan, diskusi, perbedaan, sudah selesai di Konfercab. Tinggal menjalankan program-program. Program organisasi tidak akan jalan, jika masih ada diskusi di organisasi.

NR : Terus kalau terpaksa ada yang beda?

TI. : Kalau ada anggota team work berbeda dengan komandannya, ya keluar saja. Ini virus yang bisa mengganggu. Bukankah program telah disepakati? Jangan berbeda kok tetap di dalam. Lha kalau nggak mau keluar, komandannya harus tegas. Pecat saja.

NR. : Kelihatannya keras yah?

TI. : Lho, saya berorganisasi tidak sehari dua hari. Saya di organisasi juga bukan kader jenggot, atau kader naturalusasi. Bagi saya, tidak ada kompromi terhadap perbedaan dalam implementasi program organisasi. Sebab perbedaan telah usai ketika program telah ketuk palu.

NR. : Secara pribadi, apa harapan Pak Toufik terhadap kepemimpinan NU Cilacap ke depan?

TI : Yah, harus lebih baik lagi. Apa gunanya pemimpin baru kalau tidak membawa perubahan yang lebih baik. Tetapi prinsip al mukhafadlotu ‘alaa qodhimishsholih wal akhdu bii jadiidil ashlah harus tetap digunakan. Agar ada sustainability atau keberlangsungan pemimpin-pemimpin NU Cilacap dari yang satu ke yang lain, dari generasi ke generasi, dan dari masa ke jaman yang lain.

NR : Sebuah harapan yang sangat bagus. Semoga semuanya akan baik-baik saja. Terima kasih atas kesempatan wawancara ini. Semoga bermanfaat. Assalamu ‘alaikum…

TI : Wa’alaikumussalam…

” Toufik Imtikhani, AP. Kom, SIP, adalah kader NU yang merangkak dari bawah. Puncak karirnya dihabiskan di IPNU dan Anshor Kabupaten Kulon Progo. Pendidikan terakhirnya di Fakultas Sospol Universitas Terbuka dan pernah mendapatkan beasiswa dari Departemen Penerangan untuk mengikuti pendidikan di bidang multi media, jurusan Penerangan Umum. Dia kini bekerja di Lapas Klas IIB Cilacap. “

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button