MWCNU Kedungreja Peringati Harlah NU Sesuai Instruksi PBNU

NU CILACAP ONLINE –  Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kedungreja Cilacap menggelar peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama (Harlah NU) ke 99 sesuai Instruksi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Mengutip Instruksi PBNU, Ketua MWCNU Kedungreja Kiai Samsul Mungin mengatakan, meyerukan kepada seluruh Majelis Wakil Cabang (MWCNU), Ranting NU, Anak Ranting NU  agar menggelar kegiatan Istighosah dan Tahlil di tempat masing masing dalam menyemarakan acara HARLAH dengan protokol kesehatan

“Mendasari instruksi PBNU tersebut, Kami telah memperingati Harlah NU dengan menggelar Tahlil dan munajat, Shalawat Nariyah; juga di tutup dengan santap tumpeng bersama,” katanya.

Pengurus MWCNU Kedungreja juga menindaklanjuti Instruksi PBNU dengan memasang bendera NU di Kantor NU Kedungreja. Kiai Samsul Mungin juga mangajak Lembaga Pendidikan, Pondok Pesantren, Masjid, Musholla di lingkungan NU edungreja untuk memasang bendera NU.

Tasyakur Harlah NU ke 99 MWCNU Kedungreja dilaksanakan pada Ahad (13/02/22); hadir semua pimpinan Badan Otonom  NU dan Lembaga di bawah MWCNU Kedungreja; dengan mengacu surat edaran dari PBNU bahwa Harlah NU dilaksanakan pada bulan Rajab 1443 H.

Samsul Mungin Ketua MWCNU Kedungreja

Kiai Samsul Mungin selaku Ketua Tanfidziyah MWCNU Kedungreja juga menyampaikan beberapa hasil Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) PWNU Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu. Ia misalnya, menyinggung penghargaan dari PWNU Jawa Tengah kepada PCNU Cilacap.

“Sebagai bagian dari NU Cabang Cilacap, MWCNU Kedungreja ikut merasa bangga dengan penghargaan tersebut. Kita ikut berharap bisa mempertahankan penghargaan tersebut,” tegas Kiai Samsul Mungin.

Seperti diberitakan NU Cilacap Online, beberapa waktu yang lalu PCNU Cilacap menerima penghargaan dari PWNU Jawa Tengah. Penghargaan atas kategori Manajemen Pengelolaan Organisasi; Ekonomi Umat Bidang Pengembangan Ekonomi melalui Konsolidasi dan KOIN NU.

Tumpeng Harlah NU

MWCNU Kedungreja memperingati Harlah NU sekaligus juga memperingati Isra Mi’raj Nabi MUhammad SAW. Dalam kesempatan tersebut, dimeriahkan dengan santap tumpeng bersama. Masing-masing tumpeng merupakan persembahan dari Pimpinan Anak Cabang Badan Otonom NU di wiayah MWCNU Kedungreja.

Mengapa tumpeng? Tidak nasi box saja.? Menurut sejarah tumpeng disajikan sebagai syarat menyelenggarakan upacara adat, suku Jawa, Madura, Sunda, dan Bali. Biasanya, upacara adatnya berkaitan dengan daur kehidupan seseorang, mulai dari kehamilan, kelahiran, perkawinan, hingga kematian.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu tumpeng tidak hanya digelar atau disajikan pada saat upacara adat saja, tetapi juga berbagai jenis syukuran seperti yang ada pada malam hari ini.

Tumpengan adalah  kegiatan yang dilakukan oleh orang asli pribumi. Kemudian, ketika islam datang tumpengan tidak dihilangkan. Akan tetapi tumpengan menjadi alat penyebaran agama islam. Tradisi Islam Jawa menyebut tumpeng merupakan akronomi dari “ yen metu kudu sing mempeng” artinya bila keluar harus dengan sungguhh sungguh.

Kontributor: Anas Mubarok
Editor: Munawar AM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button