Gus Syuhud Dan Ajaran Rembulan, Catatan Akhmad Salim

NU CILACAP ONLINE – Gus Syuhud dan Ajaran Rembulan adalah satu catatan tentang perilaku hidup manusia yang dianalogikan dengan rembulan. Artikel ini merupakan intisari pemikiran Almarhum Almaghfurlah KH Syuhud Muhson yang ditulis oleh Akhmad Salim pada salah satu unggahan statusnya di Facebook.

Sepucuk Rindu

Suatu ketika, saya benar benar kangen pada sosok Almaghfurlah KH Syuhud Muhson Lc, salah satu Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Al Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap. Beliau juga pernah menjabat Ketua PCNU Cilacap dan Ketua Ya Bakii, serta pernah menjabat sebagai Rektor IAIIG (sekarang UNUGHA) Cilacap.

Rasa kangen saya kapada beliau, masih sangat teringat ketika beliau ngisi pengajian di dusun Watugudig Desa Tirtomoyo Kecamatan Poncowarno Kebumen. Pada kesempatan tersebut saya mendampingi beliau dari mulai penjemputan sampai selesai Ngaji. Sesaat sebelum beliau kondur, beliau berpesan kepada saya untuk sowan ke ndalem beliau di komplek Pon Pes Al Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap.

Namun, apa daya saya belum sempat sowan beliau, beliau dikabarkan sakit dan masuk RS di Purwokerto, dan sampai akhirnya beliau Wafat. Ketika mendengar pertama kali berita Beliau Wafat, saya sesaat termenung, dan bibir berucap tarjih, tapi pikiran dan jiwa saya terasa lemes, Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, beliau dipanggil sang Kuasa, sementara saya belum sempat sowan beliau

Sepeninggal beliau KH Syuhud Muhson Lc, saya merasa ada sesuatu yang belum plong pada diri saya, karena saya belum sempat sowan, beliau sudah dipanggil yang Maha Kuasa

Baca artikel terkait

Ajaran Padang Rembulan

Suatu hari, saya ingin melihat Wajah KH Syuhud Muchson Lc sekalipun hanya melalui foto atau atau yang lain. Kemudian saya mencari di Youtube. Di situ saya menemukan video saat beliau Ngaji di acara haul Pondok Al Fiel Kesugihan. Pada saat beliau ngaji, beliau mengatakan bahwa sejatinya beliau lagi kurang fit dan masih dalam kondisi sakit.

Pada kesempatan itu beliau menerangkan tentang Ziarah Qubur, dan saya betul-betul menikmati Pengajian beliau melalui Youtube. Ada satu pelajaran penting yang bisa saya ambil pada pengajian tersebut, yaitu tentang Analogi Hidup seperti Rembulan.

Beliau menggambarkan, zaman dahulu saat bulan purnama datang, anak-anak akan keluar rumah. Senang hati  menyambutnya, anak anak asyik bermain larut menikmati padangnya rembulan.  Bahkan orang tua juga ikut senang menikmati padangnya rembulan. Beliau menalalogikan, bahwa jadi orang itu seperti rembulan di bulan purnama, tidak panas tapi menyinari jagad raya, terang tapi tidak panas.

Begitulah seharusnya manusia, bisa menjadi sinar penentram sesama saudara, keluarga, tetangga dan bahkan masyarakat umum. Beliau menggambarkan, ketika ada saudara yang pulang seisi rumah merasa senang dan lalu seisi rumah mendoakan atas kebaikan.

Jangan Seperti Mendung

Sebaliknya menurut Gus Syuhud  jadi manusia jangan seperti mendung. Beliau menganalogikan mendung yang mengandung hawa panas dan tidak turun hujan.

“Manusia itu jangan seperti mendung, yang hanya membawa panas (sumuk, semromong) yang mengakibatkan pada hal hal yang tidak baik,” kata Gus Syuhud.

Mendung tapi panas, adalah situasi yang sangat tidak nyaman, tidak enak dan tidak disukai. Jadi manusia itu jangan menjadi mendung yang panas, artinya bisa dibahasakan sederhana seperti jadi Provokator, menciptakan suasana yang tidak enak, tidak nyaman baik di keluarga, tetangga dan masyarakat.

Beliau menggambarkan, ketika ada saudara pulang dari jauh, seisi rumah, tetangga dan mayarakat seakan menyesali orang/saudara tersebut, seolah kedatanganya hanya akan membawa ketidakbaikan, ketidakharmonisan dan lainya.

Semoga saja saya bisa meneladani apa yang beliau (KH Syuhud Muhson Lc) ajarkan, jadilah manusia seperti Rembulan dan Jangan Seperti Mendung yang Panas
Untuk beliau Gus Syuhud Lahul Fatihah

Sumber: Facebook Akhmad Salim
Editor: Naeli Rokhmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button