Mengokohkan Pondasi Ke-NU-an dan Keber-NU-an

Refleksi Konercab NU Cilacap

NU CILACAP ONLINE – Ke-NU-an dan Keber-NU-an merupakan dua sisi yang saling menguatkan sebagai identitas seorang Muslim dengan ciri Aqidah, Fiqih dan Tasawuf sebagai pondasi keislamannya.

Saya tidak ingat, kapan pertama kali masuk NU, atau dimasukkan ke NU. Yang saya tahu, bapak saya pernah menjadi rois syuriyah MWCNU Gandrungmangu tahun 1980an dan ibu saya juga pernah menjadi ketua PC Muslimat NU tahun 1980an.

Secara tradisional, di lingkungan keluarga dan tetangga kanan kiri kegiatan tahlilan yasinan ziarah dan sejenisnya, itu adalah kegiatan rutin. Setiap habis adzan di masjid depan rumah, kami juga melakukan puji-pujian kepada Gusti Allah dan kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Puji-pujian itu disisipi dengan berbagai ungkapan-ungkapan yang bersifat doktrinal teologis. Misalnya tentang kembalinya semua makhluk yang dulunya tidak ada, lalu ada, dan akan tidak ada lagi, kepada Tuhan, rahmatullah.

Kalau aktivitas rutin itu menjadi penanda ke-NU-an seseorang, maka saya sudah menjadi NU sejak dulu, bahkan sebelum lahir ke dunia.

Namun, kalau ke-NU-an seseorang ditandai dengan kepemilikan kartu anggota, maka saya baru menjadi NU sejak 21 Oktober 2020, karena secara administratif, saya baru memiliki kartu NU atau Kartanu itu pada tanggal 21 Oktober 2020. Kartanu ditandatangani oleh Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah PCNU Cilacap, KH Su’ada Adzkiya dan KH Drs Nasrulloh Muchson, MH.

Kendati demikian, jauh sebelum tahun 2020, sejak tahun 2000an atau sejak lebih dari 20 tahun lalu saya sudah menjadi direktur PC. Lakpesdam NU Cilacap. Salah satu perangkat perkumpulan NU yang bergerak di bidang pemikiran, penelitian, dan pengembangan sumberdaya manusia.

Pernah tidak menjabat, tetapi sejak 2021 saya menjabat lagi ketua Lakpesdam yang nomenklaturnya berubah menjadi Lakpesdam PCNU Cilacap.

Pondasi Ke-NU-an

Jadi, kalau tema Konfercab PCNU Cilacap sekarang adalah “Mengokohkan Pondasi dan Arah Khidmat Abad ke-2 Jam’iyyah”, pondasi yang mana yang harus dikokohkan?

Tulisan sederhana ini akan mencoba mengungkap sisi ke-NU-an dan ketidak-NU-an yang sepertinya layak untuk di-NU-kan.

Saya hanya mengikuti alur pikir tema Konfercab, mengokohkan pondasi, bisa bermakna bahwa pondasi ke-NU-an yang sudah ada perlu dikuatkan dari sisi internal dan eksternal.

Dari dua sisi ini saya kira arah khidmat jam’iyyah NU akan bisa dibaca. Saya menulis ke-NU-an, sebetulnya lebih bermakna keber-NU-an.

Dari sisi internal, tentu pengokohan pondasi berasal dari fundamental ke-NU-annya, yakni yang bersifat doktrinal teologis disertai dalil-dalil qath’i. Baik yang naqli maupun yang aqli. Pondasi ke-NU-an Ini menyangkut 3 aspek dalam ber-NU, yaitu aspek aqidah/teologi, aspek fiqh, dan aspek tasawwuf yang sudah dibakukan di NU.

Ini saya pikir memang perlu diungkap lembali secara lebih terstruktur, sistematis, dan massif (tsm), meminjam istilah yang lagi trend.

Diakui atau tidak, ke-NU-an seseorang seringkali berbanding lurus dengan ke-Islam-annya. Artinya, seseorang menjadi NU itu lebih karena keturunan dan lingkungannya orang NU. Ini sama saja seseorang menjadi muslim itu karena keturunan dan lingkungannya.

Baca juga Menjaga Tradisi Ibadah Dan Amaliyah, Tantangan Warga NU

Mereka menganut Islam itu bukan karena hasil riset atau mengetahui dalil-dalilnya bahwa Islam itu memang agama yang benar, yang lebih tinggi, lebih luhur ketimbang yang lain. Coba saja cek kepada penganutnya, misalnya Islam itu lebih luhur/tinggi, lebih luhur/tingginya di mana ?

Saya pikir, kondisi ini kurang lebihnya sama halnya dengan orang yang ber-NU. Oleh karena itu menjadi penting kiranya mengkampanyekan kembali ketiga aspek fundamental dalam ber-NU.

Dari sisi eksternal, pengokohan pondasi saya pikir bisa dengan memasukkan isu-isu strategis kekinian. Misalnya, bagaimana kita bisa mengiringi langkah2 industri 5.0, teknologi kecerdasan buatan, dan lain-lain.

Kalau itu dilakukan, atau kita bisa mengadop bahkan menciptakan sendiri, maka saya pikir sumbangsih NU atau khidmah jam’iyyah akan semakin dirasakan. Wallahu a’lam bi al-shawab. (Kroya, 11 April 2024_

Artikel Mengokohkan Pondasi Ke-NU-an dan Keber-NU-an ditulis oleh Fahrur Rozi, ketua Lakpesdam PCNU Cilacap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button