Sosok HM Murtado di Mata Masyarakat Lintas Agama

NU CILACAP ONLINE – Sosok HM Murtado di benak masyarakat lintas agama adalah Bapak Pluralisme Majenang Raya.

Julukan tersebut diberikan oleh masyarakat lintas agama karena dedikasinya yang tinggi terhadap keberagaman dan nilai-nilai toleransi.

Ia merupakan Pribadi yang moderat, toleran, menghargai keberagaman dalam berbagai hal, terutama perbedaan suku, agama, ras, maupun antar golongan (SARA).

Dari pribadinya itu, tak ayal jika Sosoknya sangat membekas di benak Masyarakat Jemaat Katholik, Jemaat Ahmadiyah, Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI).

Mereka menyatakan HM Murtado sebagai Bapak Pluralisme karena telah memberikan gagasan-gagasan universal. Yaitu mengenai pentingnya menghormati perbedaan dan lantang dalam membela kaum minoritas.

Sebagaimana diketahui, bahwa Majenang sendiri bukan hanya sebatas teritori sebuah kecamatan tapi merupakan wilayah kebudayaan yang heterogen. Di mana banyak kelompok yang berbeda suku, agama, ras, bahkan pranata adat sosial budaya, hidup bercampur di daerah ini.

Salah satu bukti nyata yang dilakukannya yakni pembelaannya atas penolakan adanya pembangunan masjid Masroor milik jemaat Ahmadiyah beberapa tahun silam.

Mubaligh Ahmadiyah, Iman Mubarak Ahmad menceritakan, kala itu di Dusun Cigintung, Desa Sadabumi, Majenang, ada kelompok masyarakat yang melarang pembangunan masjid.

Kemudian HM Murtado tampil berani dan mengatakan kepada mereka bahwa masjid merupakan sarana vital lingkungan masyarakat muslim. Selain sarana peribadatan, sarana pendidikan, juga untuk kegiatan kemaslahatan umat

“Akhirnya masjid pun berdiri dan memberi aura keislaman di lingkungan tersebut. Untuk hal itu kami buat film dokumenter ‘the story of cigintung’ sebagai dedikasi kami pada perjuangannya.” Ungkapnya.

Sementara itu Tan Ing Siung, seorang warga Tionghoa mengutarakan mengenai Sosok HM Murtado. Menurutnya sebagai aktivis NU yang Gusdurian, dia berani mendobrak diskriminasi pada warga Tionghoa Majenang.

Prinsip pluralisme dipertahankan olehnya. Perlindungan atas hak asasi masyarakat dan hak kaum minoritas ini diperjuangkannya.

“Gus Tado melakukan hal itu dengan visi memberikan rasa damai, guyub rukun dalam bingkai kebangsaan dan kebhinekaan atas eksistensi NKRI.” Tuturnya.

Aktualisasi Ajaran Gus Dur pada Sosok HM Murtado

Sebagaimana aktualisasi ajaran Gus Dur, lanjut Siung, ajarannya memiliki arti sangat penting bagi kita sebagai warga bangsa. Terlebih, di tengah situasi kehidupan berbangsa yang terpecah belah karena faktor politik.

Bahkan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), menguatnya sikap intoleransi dalam beragama, kebinekaan yang mulai terusik. NKRI pun ikut terancam karena radikalisasi paham keagamaan, serta saling fitnah dan hujat berlatar perbedaan pandangan politik.

“Itu sebabnya, pikiran dan gagasan besar Gus Dur tentang humanisme dan pluralisme perlu untuk terus dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.” Ujarnya.

Bapak Pluralisme Majenang yang juga dikenal dengan slogan “Apa sing dirasa” ini lahir di Majenang, Cilacap, 27 Juli 1969. Gus Tado sapaan akrabnya semasa hidup merupakan putra ke-4 dari seorang pejuang Hizbullah Majenang bernama H Abdul Aziz Bin H Abdul Qohar.

Dalam setiap pembicaraan, Gus Tado selalu terlihat santai dan bersahaja. Adapun karier politiknya berawal ketika keterlibatannya di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menjabat sebagai anggota DPRD Cilacap tahun 2023-2008.

Gus Tado menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu, 04 Oktober 2023 di Rumah Sakit Giyatri Margono Soekarjo (RSUD Jateng) Purwokerto. Ia dikebumikan di Kompleks TPU Puncak Manik Pahonjean di mana Gus Tado dan keluarga dibumikan di situ.

Tidak sedikit tokoh agama yang merasa kehilangan sosoknya. Salah satunya adalah pimpinan Gereja Paroki St Theresia Majenang Romo Bonie Fasius Abbas.

“Di mata saya, Gus Tado adalah pribadi yang sangat tenang dalam menghadapi setiap persoalan. Apalagi yang berhubungan dengan persoalan kemanusiaan. Bapak Pluralisme dinobatkan padanya sesuai dengan jasa-jasanya dalam membuka ruang toleransi seluas-luasnya bagi semua warga.“ Kata Romo Bonie usai melakukan ziarah ke makam Gus Tado pada Kamis, (05/10/2023).

pimpinan Gereja Paroki St Theresia Romo Bonie Fasius Abbas

Testimoni Romo Bonie Fasius Abbas mengenai Sosok HM Murtado:

1. Pribadi yang sangat terbuka. Mau menerima orang apa adanya. Terbuka terhadap ide-ide orang. Mempunyai kemampuan untuk menganalisa keadaan dalam waktu yang cepat.

2. Pribadi yang selalu memandang sesuatu dengan kacamata positif lebih dahulu.

3. Pribadi yang bekerja secara total dan tidak kenal menyerah. Meskipun kadang kala tantangan yang dihadapi terasa agak berat, tetapi dengan kesungguhan dan totalitas tantangan itu bisa terlewati dengan baik.

4. Sangat menghidupi semangat Gus Dur. Dalam hal pluralisme dan kemanusiaan. Karana menyangkut kemanusiaan Gus Tado selalu mau terjun langsung untuk berjuang dan membela kemanusiaan.

Soal kemanusiaan Gus Tado tidak membedakan apa agamanya. Sehingga soal kemanusiaan Gus Tado selalu berada pada posisi paling depan untuk membela kemanusiaan.

5. Hidup spiritual yang menyangkut keislaman sangat kontekstual. Sehingga keislaman Gus Tado sangat mendalam tetap tidak jatuh dalam sikap fanatisme. Bahkan beliau sangat menghargai dan mengerti keinginan saudara-saudaranya yang non muslim.

Bahkan Gus Tado mau menghidupi nilai-nilai positif dari yang dianut dan dihidupi oleh saudara-saudaranya yang non muslim.

“Itu sisi kehidupan Gus Tado yang sangat berarti bagi saya. Kematian Gus Tado membuat saya kehilangan saudara, sahabat, rekan kerja, rekan diskusi dan partner yang selalu berusaha menghidupkan dan memperjuangkan kemanusiaan dan nilai-nilai yang menunjang pluralisme di Majenang ini.” Ungkapnya.

“Semoga saja berlaku prinsip Gus Dur, Gugur satu tumbuh seribu. Semoga kedepannya tumbuh lebih banyak orang yang menghidupi dan menghadirkan semangat Gus Tado.” Tambahnya.

“Selamat jalan dan berbahagialah di Surga, Gus Tado. Doakanlah kami saudara-saudara mu yang selalu menghidupkan dan menghadirkan semangat kemanusiaan dan pluralisme di Majenang.” Tutupnya. (IHA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button