Semaan Al-Qur’an; Gus Miek, Metode Dakwah dan Sejarah
NU Cilacap Online – KH Chamim Djazuli (Gus Miek) menjadi tokoh sentral semaan Al-Qur’an dengan ribuan orang pengikut. Gus Miek memimpin Majelis Semaan, yang mula-mula didirikan di kampung Burengan Kediri medio 1986.
Dan apabila dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an oleh siapa pun, maka dengarkanlah dengan penuh perhatian, dan diamlah sambil memperhatikan tuntunan-tuntunannya dengan tenang agar kamu mendapat rahmat dari Allah.
Disampaikan oleh Al Habib Sayed Dr Abdul Aziz Al Abbasi dalam pengantar tausiyah ngaji tafsir Al-Qur’an dan Doa 100 Majlis Khatmil Qur’an yang berlangsung di Gedung MWCNU Cimanggu, Cilacap Jumat, (10/3/2023)
Dijelaskan jika dibacakan Al-Qur’an, kita diperintahkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik di dalam shalat maupun di luar shalat.
Dia lanjut menjelaskan dalam aktivitas Semaan (Simaan) terdapat kebaikan berlipat ganda, juga rahmat sebagaimana yang Allah SWT janjikan. Sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Al-Quran Surat Al-A’raf Ayat 204 yang menyatakan bahwa;
وَاِذَا قُرِئَ الۡقُرۡاٰنُ فَاسۡتَمِعُوۡا لَهٗ وَاَنۡصِتُوۡا لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ
Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.
Semaan yang berarti membaca, mendengarkan pembacaan Al-Qur’an ini jamak berlangsung di kalangan pesantren dan umumnya masyarakat NU.
Diketahui mereka menghelatnya pada acara-acara istimewa seperti haul masyayikh pesantren, walimatul ‘urs, walimatul hajj, walimatul imtihan, walimatul maulidiyah dan atau walimah-walimah lainnya seperti dalam peringatan peringatan hari lahir, hari jadi Desa, Kabupaten/Kota provinsi, hari kemerdekaan atau seperti yang dicontohkan dan berlangsung baru-baru ini yakni Doa 100 majlis semaan Al Quran MWCNU Dawamancung, dalam peringatan 1 abad NU.
Kata ‘semaan’ yang berarti mendengar ini diserap dari bahasa arab sami’a-yasma’u, dalam bahasa Indonesia menjadi “simaan” atau “simak”
Semaan sebagai metode dan ilmu ini sangat bermanfaat karena bisa melakukan koreksi atau membenarkan jika pelantun Al-Qur’an itu membacanya salah.
Semaan sebagai tradisi mendengar sekaligus menyimak Al Qur’an, dalam penggunaanya menggambarkan suatu aktivitas tidak hanya sekadar membaca dan mendengar Al-Qur’an, suatu amaliyah yang sematkan kepada sejumlah orang berkumpul minimal dua orang, atau lebih, yang salah satu di antara mereka ada yang membaca Al-Qur’an (tanpa melihat teks ayat), sementara yang lainnya mendengar serta menyimaknya.
Dalam lintasan waktu dan sejarah semaan Al-Qur’an, dikutip ensliklopedia islam diterangkan bahwa KH Chamim Djazuli atau yang dikenal Gus Miek merupakan pencetusnya.
Gus Miek menjadi tokoh sentral semaan Al-Qur’an dengan ribuan orang pengikut. Gus Miek memimpin Majelis Semaan, yang mula-mula didirikan di kampung Burengan Kediri medio 1986.
Mula-mula pengikutnya hanya 10-15 orang, tetapi terus berkembang menjadi ribuan. Majlis semaannya pun tidak hanya dalam masjid, pesantren, atau dari rumah ke rumah, tetapi sudah memasuki wilayah pendopo kabupaten, Kodam bahkan sampai ke Keraton Yogyakarta.
Gus Miek yang mempunyai “kebiasaan” berkelana ke beberapa daerah, timbullah gagasan semaan Al-Qur’an. Dawuh Gus Miek yang terkenal, sebagaimana yang dikutip NU Online.
“Saya ingin benar dan tidak terlalu banyak salah, maka saya ambil langkah silang dengan menganjurkan pada para santri untuk berkumpul sebulan sekali, mengobrol, guyonan santai, diiringi hiburan. Syukur-syukur jika hiburan itu berbau ibadah yang menyentuh rahmat dan nikmat Allah SWT. Kebetulan saya menemukan pakem bahwa pertemuan seperti itu jika dibarengi membaca dan mendengarkan Al-Qur’an, syukur-syukur bisa dari awal sampai khatam, Allah SWT akan memberikan rahmat dan nikmat-Nya,” demikian tuturnya.
Jadi menurut Gus Miek, secara batiniah semaan Al-Qur’an adalah hiburan yang baik (hasanah). Di samping itu juga merupakan upaya pendekatan diri kepada Allah, dan sebagai tabungan di hari akhir nanti. (Imam Hamidi Antassalam)
Baca juga Semaan (Simaan) Al-Qu’ran: Amaliyah Berlipat Pahala dan Rahmat