Menimbang Peran Tokoh NU Mutakhir, Harus Bagaimana?
NU CILACAP ONLINE – Peran tokoh NU dalam satu abad terakhir telah terbutki turut membentuk karakter budaya hingga peradaban Islam di Indonesia; menimbang Satu Abad NU, bagaimana seharusnya peran tokoh NU mutakhir ?
Memandang suatu ketokohan dapat dilihat dari pengaruhnya dan pemikiran-pemikirannya yang membuat suatu perubahan besar pada peradaban kebudayaan kelompok maupun umat manusia secara keseluruhan. Dengan dinamika ketokohan, saya melihat bagaimana seorang yang mampu memberikan sebuah pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat.
Kenyataannya setelah sekian lama meski sudah meninggal beradad lamanya, namanya masih dikenal bahkan ada yang masih mengkaji pemikiran dan akhlaknya sebagai sebuah bagian dari menjalani kehidupan baik atas nama pribadi maupun kelompok masyarakat.
Ketokohan Dan Pembentukan Peradaban
Nabi Muhamad SAW yang hidup pada abad ke-7 M, pemikiran dan akhlaknya masih terus dikaji bahkan ditiru oleh umat islam di seluruh dunia. Begitu pun Yesus, Budha, dan tokoh agama lainnya, pemikiran serta akhlaknya juga tetap diikuti oleh para pengikutnya sampai hari ini sampai dengan pelosok dunia.
Para tokoh filsafat, sastrawan, dan seniman yang masyhur, pemikiran akan karyanya serta gagasan-gagasan aksinya, juga tetap diikuti oleh para pengikutnya, yang setuju pada pemikiran mereka.
Baca juga Satu Abad Nahdlatul Ulama, Untaian Doa Merangkai Asa
Filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles, maupun filsuf islam Al- Ghazali, Ibnu Rusd, atau bahkan filsuf modern seperti Karl Marx, Fredrich Nietzche, Jean Paul Sartre, dan lain sebagainya sebagai tokoh besar yang berpengaruh di dunianya masing-masing, pemikirannya juga masih dikaji di abad ke-21 ini.
Tokoh NU Abad 20
Maka dengan kebesaran organisasi NU atau Nahdathul Ulama yang dalam lima tahun kedepan akan berusia satu abad sejak didirikannya pada tahun 1926. Selian para kiai NU seperti KH Hasyim Asy’ari dan Kiai-kiai NU lainnya yang ketokohan dan perannya besar di masyarakat yang sampai saat ini dan juga merupakan panutan bagi warga NU.
Peran dan kiprah mereka tentu menjadi rujukan, baik pemikirannya, pengabdiannya, serta aksi-aksinya yang membuat suatu kontribusi bagi masyarakat, termasuk dalam tokoh-tokoh yang dapat dijadikan contoh dan layak untuk inspirasi bersama bagi warga NU.
Tetapi dengan peran NU kini yang semakin ditantang peradaban modern, majunya teknologi, serta sudah terjadinya konektivitas antar sesama manusia yang tidak ada lagi jarak dan waktu melalui interaksi media.
Tentu NU sebagai ormas keagamaan yang besar, harus terus bertransformasi mengikuti peradaban dengan caranya sendiri, supaya dalam pergaulan nasional serta internasional dapat berkontribusi besar pada kemajuan-kemajuan jaman dan berperan pada kemanusiaan yang damai dan mensejahterakan bagi umat manusia.
Untuk itu saya sebagai warga NU di abad ke-21, tentu berbeda dengan warga NU lainnya yang memandang NU di awal abad ke-20 sewaktu NU dilahirkan.
Baca juga KH Abdul Chalim: Tokoh NU Pahlawan Nasional
Perbedaan itu hemat saya, ada pada garis perjuangan NU sebagai ormas sosial yang berbasis kegamaan, yang diawal kelahirannya NU meruapakan ormas salah satu misinya yakni membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan serta memperjuangkan Islam “ahlisunah wal jamaah”.
Dengan terus bertambahnya usia NU, baik dengan kiprah perjuangnnya dalam bidang kemanusiaan dan politik kebangsaan sejak di lahirkannya, dan saat ini misi memerdekakan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan sudah selesai.
Mungkinkah NU akan terus bermisi dan bertarsformasi sesuai dengan konteks jaman yang terus mengalami suatu kemajuan melalui peran dari tokoh-tokoh NU, yang terbuka pada misi kemanusiaan yang lebih luas dan universal sebagai garis baru perjuangannya?
Serta berperan aktif pada kemandiriaan jamaahnya atau warga NU sendiri yang saat ini mereka pun sama-sama mendapat tantangan oleh zaman yang terus mengalami perubahan baik dalam social, politik, maupun ekonomi?
Baca juga NU Abad ke-2 Harus Relevan dan Punya Relevansi
Gus Dur dan Tokoh Mutakhir NU
Menilik bagaimana sejarah NU pada masa orde baru, pada kenyataannya sebelum Gus Dur atau Abdrurrahman Wahid berperan aktif di NU sebagai ketua umum PBNU, organisasi NU pergerakannya cenderung stagnan.
Gus Dur yang juga merupakan cucu dari pendiri NU yakni KH Hasyim Asy’ari membawa perubahan besar bagi NU yang lebih modern saat itu, yang turut berperan aktif pada sosial-politik. Di mana di bawah kepemimpinan Gus Dur, NU terlibat dalam forum-forum demokrasi yang saat itu yang memasuki masa krisis di masa orde baru dengan gaya pemerintahan yang militeristik.
Pergerakan Gus Dur dalam sosial-politik yang di dukung warga NU, juga mengantarkan Gus Dur pada tampuk kekuasaan menjadi presiden ke-4 Republik Indonesia.
Gus Dur yang juga berlatar belakang seorang budayawan, juga mendorong umat islam khususnya warga NU untuk terlibat dalam peran-peran ekonomi sebagai instrument bangsa untuk mandiri secara ekonomi, yang sebelumnya agama tidak di optimalkan di dalam peranan membangun perekonomian negara.
Untuk itu dengan nilai-nilai sejarah perjuangan NU yang panjang, di mana ketokohan di dalamnya juga merupakan hal dasar dari adanya gagasan serta pergerakan pembaharuan di dalam tubuh NU sendiri.
Menjadi pertanyaan bersama adalah; bagaimanakah seharusnya menjadi tokoh mutakhir NU yang semakin ditantang dengan perubahan social maupun tekonologi yang sangat pesat perkembangannya?
Sebagai organisasi masyarakat yang semakin tua, seyogyannya NU juga harus tumbuh lebih matang, baik dalam sisi keagamaan menuju moderitas yang terlibat aktif dalam sosial, maupun bijaksana dalam hal mengakomodasi warga NU untuk maju bersama memandang tantangan dunia yang lebih luas dengan kompleksitas tantangan permasalahannya.
Sudah terbukti, NU saat ini tidak hanya eksis di Indonesia tetapi sudah merambah ke mancanegara dengan adanya cabang-cabang istimewa pengurus NU di belahan dunia seperti Amerika, Australia, dan masih banyak Negara lainnya, yang membutuhkan peran NU sebagai organisasi masyarakat yang hadir menjawab permasalahan warga NU dan dunia.
Menyongsong Satu Abad NU
Menyongsong usia satu abad, NU membutuhkan suatu tokoh yang dapat diterima oleh dunia dengan pemikiran dan gerakan yang terbuka pada moderintas beragama yang menjujung pluraisme, juga turut berperan aktif dalam dunia sosial yang lebih luas, serta mampu bergaul di dunia internasional dan ikut terlibat aktif pada permasalahan dunia baik social-politik maupun isu-isu kemanusiaan yang masih menjadi pekerjaan penting umat manusia.
Gus Dur merupakan salah satu tokoh NU yang harus menjadi panutan bagi tokoh NU masa depan, di mana lewat perjuangan dan pemikiraanya, NU yang dulu tradisionalis menjadi NU yang mempunyai kekuatan untuk modern dan mampu mengikuti majunya peradaban dunia.
Peran aktif NU di bawah kepemimpinan Gus Dur, yang aktif pada isu-isu sosial, ekonomi serta kemandiriaan jamaiyahnya dan gagasan NU kembali ke bentuk awal didirikan, “khittah NU” tanpa adanya kepentingan politik praktis.
Membuat jalan NU semakin terbuka lebar berperan pada isu keberagamaan yang lebih toleran bukan hanya di Indonesia tetapi juga dunia dan berkontribusi membangun bangsa dan negara lewat peranan agama yang selama itu, “agama” sebagai institusi yang sangat ekslusif menjadi sesuatu yang inklusif memandang kehidupan manusia yang semakin kompleks dengan tantangan jaman.
Penulis: Toto Priyono, adalah Aktivis PAC GP Ansor Maos tinggal di Karangrena
Editor: Munawar AM