KH Hasyim Muzadi: Peran NU Dalam Revolusi Mental

Peran NU Dalam Revolusi Mental. “NU dikembangkan dengan cara memegang teguh ciri orisinalitas keindonesiaan tanpa kehilangan ruh keislamannya. Mindset yang dibangun oleh pendiri NU adalah membangun mental dan moral keislaman yang membumi dan tidak menabrak nilai-nilai asli Indonesia, apalagi berhadap-hadapan secara destruktif dengan komponen lain yang sama-sama membangun Indonesia. Di sinilah peran NU yang bisa dikembangkan lebih lanjut dalam tema besar revolusi mental”

Demikian disampaikan Rais Syuriyah PBNU Dr. KH Hasyim Muzadi pada agenda Halaqoh Peran NU dalam Revolusi Mental” yang diselenggarakan oleh PCNU Cilacap, Selasa (10/3) di Gedung Pusdiklat PCNU Cilacap. Halaqoh dihadiri oleh seluruh pengurus NU Cilacap, Rais Syuriyah dan Ketua tanfidziyah MWCNU se Cilacap, pengurus lembaga dan Badan Otonom NU.

KH Hasyim Muzadi mencontohkan bagaimana dengan tanpa kompromi, organisasi-organisasi keislaman yang ada di Indonesia saat ini terjebak dalam pola-pola gerakan yang cenderung destruktif, mengabaikan nilai-nilai asli keindonesiaan, menyerang terhadap organisasi keislaman lain dari perspektifnya sendiri.

“Sama-sama orang Indonesia, karena perbedaan garis organisasi keagamaan Islamnya, saling menyerang. Dan NU adalah sasaran empuk bagi mereka. Anehnya, warga NU kadang tetap terdiam meskipun diserang secara bertubi-tubi,” ujarnya.

Baca juga  Refleksi Tahun 2020 & Taushiyah Kebangsaan NU Tahun 2021

Diamnya warga NU bisa dimaknai karena tidak tahu sedang diserang sehingga memilih bertahan. Atau juga bisa dimaknai bahwa warga NU sedang mempersiapkan diri untuk melakukan upaya-upaya pembelaan diri dalam mempertahankan ciri keislaman NU yang mengindonesia tanpa kehilangan ruh tauhid, syariat dan amal sholihnya dalam bingkai tajdid.

“Tauhid, Syariat-Fiqih dan amal sholih merupakan tiga pilar yang dikembangkan oleh NU. Ini harus dipertegas mengingat ada organisasi keislaman lain yang menempatkan pilar Tauhid, syariat-Fiqih , bukan dilanjutkan dengan amal solih, melainkan dengan jihad atau perang. Dan perangnya itu dilakukan hari ini, saat ini, di Indonesia, untuk menyempurnakan Islam yang mereka yakini,” ungkap KH Hasyim Muzadi.

Tajdid di NU

Menyinggung NU yang secara organisatoris akan segera memasuki usia satu abad, KH Hasyim Muzadi mengemukan bahwa Tajdid merupakan keniscayaan bagi NU. Tajdid yang dikehendaki bukan menghadirkan sesuatu yang sama sekali baru.

“Boleh memunculkan yang baru. Tapi Tajdid yang lebih tepat adalah memunculkan yang lama dengan kemasan yang baru. NU memiliki banyak hazanah keislaman yang banyak yang jika dimunculkan bisa memberi warna baru Islam di Indonesia, tanpa kehilangan jejak sejarah dan jejak syariahnya,” demikian dipertegas KH Hasyim Muzadi.

Baca Juga >> Biografi Singkat KH Muhammad Hasyim Asy’ari 

KH Hasyim Muzadi yang merupakan salahsatu anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI menambahkan, bahwa revolusi mental memang sedang diperlukan oleh bangsa Indonesia. Dan NU harus mengambil peran di dalamnya dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai dan karakter keindonesiaan dalam bingkai keislaman yang khas dibangun oleh NU.

Halaqah ditutup dengan doa oleh Rais Syuriyah PCNU Cilacap, KH Suada Adzkiya. Sementara KH Hasyim Muzadi melanjutkan perjalanan untuk memberikan Taushiyah dalam Tablig Akbar yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Islah, Gentasari, Kroya, Cilacap.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button