NU Benteng Islam Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah) | NUCOM

NU CILACAP ONLINE – Nahdlatul Ulama atau NU adalah Benteng Islam Aswaja yaitu paham keagamaan Ahlussunah wal Jamaah yang dianut oleh Jamiyyah; oleh karena itu Nahdlatul Ulama harus mampu menjadi ruhuddin, ruhul wathoniyyah, ruhul ta’abbudiyyah dan ruhul insaniyyah

KH Said Aqil Siradj mempertanyakan, Nahdlatul Ulama (NU) pada usia 88 tahun bisa berbuat apa untuk negeri ini? 12 tahun lagi NU berusia satu abad harus tetap eksis dan bermanfaat dan bisa menjadi andalan, pilar dan fondasi keberlangsungan Bangsa Indonesia dan tegaknya NKRI.

Ormas keagamaan terbesar di negeri tercinta ini juga harus bisa menjadi benteng pertahanan Islam ala ahlussunah wal jamaah (aswaja), dan itu semua bisa tercapai dengan empat syarat yang harus selalu dipenuhi oleh NU.

Hal tersebut disampaikan Said Aqil Siradj dalam pengajian akbar dalam rangka Haul Pendiri dan Ultah Pondok Pesantren Al Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap Jawa Tengah yang disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Prof. Dr. Said Aqil Siradj, MA pada Minggu (27/04) malam lalu.

4 Syarat NU Benteng Aswaja

Syarat yang pertama, NU harus mampu menjadi ruhuddin yakni NU harus selalu membangun, meningkatkan, memperkuat dan memperdalam rohnya agama. Bukan hanya sekedar formalitas dan simbol agama secara lahir, tetapi harus dikembangkan dan diperkuat sisi batinnya.

Oleh karena itu, NU dan persantren tidak boleh dipisahkan, karena keduanya saling memperkuat, saling mengisi dan saling menyempurnakan. NU sebagai kepanjangan visi misi pesantren, dan pesantren sebagai pertahanan ruhuddin.

Syarat kedua, NU harus mampu menjadi ruhul wathoniyyah. NU harus bisa meningkatkan semangat kebangsaan bagi umat Nahdliyiin sebagai bangsa yang cinta terhadap tanah airnya. Semangat kebangsaan yang menjunjung tinggi NKRI dan empat pilar kebangsaan yang telah dirumuskan oleh para pendiri negara.

Syarat ketiga, NU harus mampu menjadi ruhul ta’abbudiyyah. NU harus mampu menjunjung tinggi setiap perbedaan yang ada. Ikhtilaafu ummatiy rahmatun, bahwa perbedaan adalah rahmat dari Allah SWT yang harus kita syukuri, bukan untuk diperdebatkan dan diperuncing menjadi.

Yang keempat NU harus mampu menjadi ruhul insaniyyah, semangat kemanusiaan. Perilaku kita adalah ingin membangun kemanusiaan, yang hidup secara harmonis dan rukun.

Keempat syarat tersebut tentu tidak semata-mata berlaku di kalangan warga nahdliyyin saja, tapi bisa diterapkan dan dilaksanakan oleh siapa saja yang memiliki komitemen untuk mempertahankan kebesaran dan kejayaan NKRI.

Said Aqil Siradj, selain memberikan pengajian akbar juga sekaligus menandai penutupan rangkaian acara haul dan ultah pondok di hadapan ribuan warga nahdliyin Kabupaten Cilacap dan sekitarnya.

Pada kesempatan tersebut, hadir pula Rais Syuriyah PCNU Cilacap KH Suada Adzkiya, Pengasuh PP Al Ihya Ulumaddin KH Chasbullah Badawi dan Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamudji. (Redaksi NUCOM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button