Mengenal Elisitor Bio SAKA, Sejarah dan Manfaatnya
NU CILACAP ONLINE – Dari alam kembali alam, demikian prinsip kerja Elisitor Bio SAKA, lantas bagaima sejarah munculnya dan apa saja manfaatnya? Mari kita ulas bersama.
Pelatihan Elisitor Bio SAKA yang diinisiasi pada Jumat Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Kabupaten Cilacap pada Jumat (21/7) kemarin menjadi terobosan baru untuk meningkatkan produktifitas pertanian di Kabupaten Cilacap.
Elisitor Bio Saka pertama dicoba sejak tahun 2006 oleh Petani dari Blitar bernama Muhamad Anshar yang hari itu didatangkan secara khusus untuk menjadi narasumber.
Dalam paparannya Anshar menerangkan bahwa Elisitor adalah molekul signal yang memacu terbentuknya metabolit sekunder di dalam kultur sel.
Elisitor yang berasal dari bahan hayati disebut elisitor biotik yang meliputi polisakarida, protein, glikoprotein atau fragmen-fragmen dinding sel yang berasal dari fungi, bakteri, dan tanaman.
“Sedangkan Elisitor abiotik adalah zat yang dihasilkan dari bahan non hayati berupa logam berat, garam anorganik, pH, stress suhu, cahaya, dan sebagainya,” terang Anshar.
Muhammad Anshar juga berbagi hasil uji coba lapangan yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam pertumbuhan tanaman dan hasil panen.
“Pupuk BIO SAKA merupakan hasil inovasi kami dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian secara alami dan ramah lingkungan,” ungkap Muhammad Anshar.
“Selain dapat meningkatkan hasil panen, penggunaan pupuk organik juga membantu memperbaiki kualitas tanah dan mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia,” sambung Anshar
Baca juga Rais PWNU Jateng Kunjungi Stand Bazar Milik NU Cilacap
Sejarah Singkat
Bio Saka adalah bahan dari larutan tumbuhan atau rerumputan yang diketahui mampu melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit dan mampu menekan penggunaan pupuk mencapai 50-90 persen.
Bio Saka terdiri dari suku kata Bio dan Saka, Bio singkatan dari Biologi, dan Saka singkatan dari Soko Alam Kembali Ke Alam atau dari Alam Kembali ke Alam adalah inovasi yang telah dikembangkan oleh petani dari bahan baru-terbarukan yang tersedia melimpah di alam.
Elisitor Bio Saka tidak menggunakan mikroba maupun proses fermentasi dalam pembuatannya dan bukan teknologi yang rumit, tapi hanya sesuatu yang sederhana sekali.
“Dalam membuatnya tidak menggunakan mesin, hanya dengan tangan,” tutur M. Anshar.
Ansar mengakui, awalnya dirinya hanya ingin membantu petani, namun malah kini berkembang dengan baik di Blitar. Sebagai penggagas BioSaka, ia mulai melakukan riset sejak tahun 2006. Kemudian mulai dikembangkan secara masif pada tahun 2011 melalui pemberdayaan petani.
Baca juga Selapanan dan Pasaran, Pengertian Dan Praktik Dalam Tradisi