Media Massa Berperan Penting Dalam Melawan Covid-19

Media massa berperan peran penting dalam melawan COVID-19 dengan cara melakukan penyebaran informasi yang positif dan menyehatkan mengenai COVID-19. Tak hanya itu, media massa mampu menjangkau masyarakat secara luas. Dengan demikian, Informasi yang sampai kepada masyarakat  sedianya bisa dipahami untuk menumbuhkan kesadaran diri dalam mengakhiri penularan COVID-19.

TVRI, RRI, dan Kompas adalah media yang tetap konsisten melakukan pemberitaan mengenai covid 19 sejak awal pandemi masuk ke Indonesia. Secara khusus Tim Komunikasi Publik Satgas Penanganan covid-19 mengundang ketiga media tersebut dalam sebuah talskshow bertajuk media massa melawan covid-19. (31/8/20)

Masing-masing diwakili oleh Usrin Usman selaku Direktur Program dan Berita LPP TVRI. Johanes Eko Priyanto sebagai Kepala Bidang Kerjasama dan Multimedia Direktorat Program dan Produksi LPP RRI. Ninuk Mardiana Pambudy selaku Redaktur Senior Harian Kompas. Ketiganya kompak berbicara tentang peran media di masyarakat dalam melawan COVID-19.

TVRI sebagai televisi pertama di Indonesia sudah melakukan pemberitaan mengenai COVID-19 sejak awal pandemi ini masuk ke Indonesia. Komitmen ini juga ditunjukkan dengan pemberitaan yang konsisten hingga hari ini.

Sejalan dengan TVRI, RRI juga melakukan hal yang sama. Sejak 26 Maret 2020, kebijakan siaran RRI diarahkan sebagai Radio Tanggap Bencana COVID-19.

Karena kebijakan siaran ini, hampir semua acara siaran dikemas dengan konten bagaimana memberikan informasi yang benar dan tepat. Serta meresahkan terkait dengan penyebaran covid-19 ini. Ujar Johanes Eko Priyanto sebagai Kepala bidang kerjasama multimedia direktorat program dan produksi LPP RRI.

Menyambung pernyataan keduanya,  Ninuk Mardiana Pambudy selaku Redaktur Senior Harian Kompas. Menyatakan bahwa membangun kesadaran atas COVID-19 merupakan tanggung jawab bersama dan media massa tidak lepas dari tanggung jawab tersebut. Sebagai media yang berperan di lapangan, penerapan protokol kesehatan serta 3M  adalah kewajiban bagi rekan-rekan wartawan yang melakukan liputan.

“Kalau di kantor ketat sekali, jadi hanya 30 persen yang boleh masuk. Selalu menggunakan masker, jarak kerja juga dibatasi harus dimulai dari kita sendiri sebelum mengajak masyarakat.” jelas Ninuk.

Berbeda dengan apa yang diterapkan oleh Kompas di kantor, TVRI sempat melakukan kebijakan kerja 80/20. Kebijakan ini mewajibkan 80 persen orang untuk melakukan kerja dari rumah (WFH) dan 20 persen lainnya dari kantor (WFO). Enam pegawai dari TVRI pernah terdeteksi positif COVID-19, dan TVRI segera melakukan langkah tepat dalam menanggapinya.

“Enam-enamnya langsung dibawa ke Wisma Atlet dan kita lockdown. Program kita re-run selama satu minggu. Namun tidak semua bisa re-run, terutama berita dan kita menerapkan kebijakan 80/20,” tambah Usrin.

Reporter Sangat Rentan Penularan Covid-19

Senada dengan TVRI dan Kompas, RRI melihat reporter sebagai kelompok yang sangat rentan terhadap penularan COVID-19 ini. Mobilitas yang tinggi dalam melakukan wawancara dengan narasumber dari berbagai latar belakang adalah hal-hal yang menjadikan alasan reporter sangat rentan.

“Jadi kita fasilitasi masker, termasuk hand sanitizer, kemudian suplemen kesehatan,” jelas Johanes.

Ninuk memberikan masukkan terhadap penanganan COVID-19 dengan mengurangi hal-hal yang berbau seremonial. Seremonial biasanya akan menimbulkan kerumunan yang seharusnya tidak terjadi selama masa pandemi ini.

Lebih lanjut, Usrin menambahkan bahwa penyebaran informasi yang dapat dilakukan tidak melulu harus berbentuk hard news. ILM (iklan layanan masyarakat), dokumenter singkat, atau film-film singkat yang berisikan informasi pencerahan mengenai COVID-19 juga dapat dijadikan opsi utama.

Johanes kemudian menambahkan bahwa selama masa pandemi ini, informasi yang bertebaran sangatlah banyak dan cepat. Sehingga sebagai aktor yang bertanggung jawab atas penyebaran informasi, media tidak boleh lupa untuk tetap memberitakan informasi yang baik.

“Dan karena itu kita mengajak seluruh media. Mari kita tampilkan berita-berita yang betul-betul baik, jangan sampai berita itu meresahkan, membohongi, datanya harus akurat,” jelas Johanes.

Menutup talkshow ini, Ninuk mengingatkan agar penyampaian berita tetap dilakukan dengan akurat. Tidak mengecilkan hati namun harus tetap objektif dan jujur. Sementara itu Usrin menekankan agar masyarakat tetap disiplin diri, terutama rekan-rekan jurnalis yang bekerja di lapangan. Johanes mengingatkan masyarakat untuk patuh dengan anjuran pemerintah, karena pemerintah ingin melindungi masyarakatnya. (Naeli Rokhmah)

sumber bnpb.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button